Ejaan Bahasa Jawa yang disesuaikan dengan EYD

Avatar of Supriyadi Pro

- Author

Minggu, 9 Juni 2024 - 23:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kawruhbasa.com – Semakin adanya kemajuan jaman, ejaan Bahasa Jawa perlu adanya penyesuaian dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).

Dikutip dari kemdikbud.go.id Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) adalah pedoman resmi yang dapat dipergunakan oleh instansi pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Pada pembahasan kali ini akan menjabarkan secara detail tentang penyesuaian bahasa Jawa dan Indonesia yang meliputi: pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan huruf besar, dan tanda baca.

Nah, agar lebih jelas baca terus artikel ini agar anda lebih mudah memahaminya, karena semuanya akan dibahas secara detail disertai contohnya.

ejaan bahasa jawa
Ejaan Bahasa Jawa yang disesuaikan dengan EYD 2

Pemakaian Huruf ejaan bahasa Jawa

Dalam pemakaian huruf dirinci lagi menjadi, huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, kata ganti pungut, dan nama diri.

1. Pemakaian huruf abjad

Huruf-huruf yang digunakan, nama-nama dan nilai bunyinya adalah sebagai berikut:

HurufNamaNilai bunyi
Aaa/a/
Bbbe/b/
Ccce/c/
Ddde/d/
Eee/e/
Ffef/f/
Ggge/g/
Hhha/h/
Iii/i/
Jjje/j/
Kkka/k/
Llel/l/
Mmem/m/
Nnen/n/
Ooo/o/
Pppe/p/
Qqki/q/
Rrer/r/
Sses/s/
Ttte/t/t/
Uuu/u/
Vvfe/f/
Wwwe/w/
Xxeks/s.ks/
Yyye/j/
Zzzet/z/

2. Pemakaian huruf vokal

a. Pemakaian tidak berubah:

  • a : alon (perlahan), mari (sembuh), ora (tidak), apa (apa), tampa (terima), dina (hari).
  • e : emong (enggan, tidak mau), kertas (kertas), puter (putar)
  • i : ibu (ibu), limpa (limpa), pari (padi), lir (laksana), walik (balik)
  • o : omah (rumah), gombak (gombak), mengko (nanti), otot (urat), bongkot (pangkal).
  • u : udan (hujan, turi (turi), lumpat (loncat), aku (aku), kursi (kursi), timun (mentimun).

b. Yang berubah:

Huruf vokalEjaan lamaHuruf vokalYang disempurnakan
eenak (enak, tembok (tembok), sore (sore)eenak, tembok, sore
eemper (serambi), sen (sen) aren (enau)eemper, sen, aren

Catatan: tanda-tanda ‘dan’ hanya digunakan untuk kepentingan pengajaran, terutama pada tingkat sekolah dasar, misalnya dalam penulisan buku pelajaran dan kamus ejaan.

3. Pemakaian huruf konsonan

Pembahasan ini meliputi huruf konsonan yang tidak berubah, yang berubah, dan yang diresmikan pemakaiannya.

a. Pemakaian huruf konsonan yang tidak berubah

Huruf konsonanKata
bbasa (bahasa), aba (aba), bab (bab)
ddara (merpati), padu (bertengkar), udud (merokok)
ggogor (anak harimau), sega (nasi), grobag (gerobag)
hhawa (hawa), saha (dan), luwih (lebih)
kkamar (kamar), siksa (siksa), watak (watak)
lloma (murah hati), alum (layu), sikil (kaki)
mmara (datang), sami (sama), alam (alam)
nnila (nila), kuna (kuna), awan (siang)
ngngaku (mengaku), angop (menguap), kakang (kakak)
ppasa (puasa), apa (apa), surup (terbenam)
rrosa (kuat), piring (piring), nalar (akal)
ssaka (tiang), wasuh (basuh), alus (halus)
ttapa (bertapa), atos (keras), obat (obat)
wwani (berani), sawah (sawah)

b. Pemakaian huruf konsonan yang berubah

KonsonanEjaan lamaKonsonanYang disempurkana
ddisik (dahulu), pada (sama)dhdhisik, padha
djdjogan (lantai), podjok (sudut)jjogan, pojok
jjuta (juta), aju (cantik)yyuta, pojok
njnjata (nyata), anjar (baru)nynyata, anyar
ttukul (tumbuh), batuk (dahi)ththukul, bathuk
tjtjara (cara), patjul (cangkul)ccara, pacul

b. Huruf-huruf yang diresmikan pemakaiannya

HurufKata
ffakultas, afdruk, aktif
vvitamin, revolusi

4. Kata-kata pungut

Kata-kata pungut yang bertalian dengan huruf “dh“, penulisannya disesuaikan dengan EYD Bahasa Indonesia huruf “d“.

Contoh: demontrasi, daftar, penduduk

5. Nama diri

a. Penulisan nama orang dan badan hukum disesuaikan dengan ejaan bahasa Jawa yang disempurnakan, kecuali bila ada pertimbangan-pertimbangan khusus dari segi hukum, tradisi atau sejarah.

b. Penulisan nama-nama geografis disesuaikan dengan EYD bahasa Indonesia.

Pelajari juga Tembung Sengkalan lengkap Jenis, 10 Watak, dan contohnya

Penulisan Kata ejaan bahasa Jawa

Penulisan kata yang disempurnakan meliputi kata dasar (tembung lingga), kata jadian (tembung andhahan), kata ulang, dan kata majemuk. Pembahasan selengkapnya sebagai berikut:

1. Kata dasar (tembung lingga)

Kata yang berupa kata dasar masing-masing ditulis sebagai satuan terpisah.

Contoh:

  • Aku tuku dara loro. (Saya membeli dua ekor merpati)
  • Bapak kondur saka kantor. (Ayah pulang dari kantor)
  • Ibu lagi tindak pasar. (Ibu sedang pergi ke pasar)

2. Kata jadian (tembung andhahan)

a. imbuhan: awalan (ater-ater), sisipan (seselan), akhiran (panambang), ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Contoh: nggawa (membawa), ditulis (ditulis), kajupuk (diambil), pinunjul (unggul), tumindak (berlaku), nggawakake (membawakan), dibaleni (diulang), tinimbalan (dipanggil).

b. awalan (ater-ater) atau akhiran (panambang), ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya, jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.

Contoh: ngadi sarira (bersolek), ngalap berkah (mencari berkah),, mata walangen (tidak terkejap karena heran).

c. kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan (ater-ater) dan akhiran (panambang), maka kata-kata tersebut ditulis serangkai.

Contoh: mbadakalani (mendatangkan kesulitan), ditapakasmani (ditandatangani).

3. Kata ulang

Kata ulang dirangkaikan dengan tanda hubung.

Contoh:

  • mlaku-mlaku (berjalan-jalan)
  • nongas-nangis (berulang-ulang menangis)
  • owah-owahan (perubahan)
  • sambung-sumambung (sambung-bersambung)
  • jaga-jinaga (saling menjaga)
  • sawayah-wayah (sewaktu-waktu)

4. Kata majemuk

Bagian-bagian dari apa yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah, misalnya:

  • bapa biyung (ayah ibu)
  • anak putu (anak cucu)
  • mara tuwa (mertua)

Kecuali dalam kata-kata seperti:

  • nagasari (nama makanan)
  • parangrusak (nama baik)
  • paribasan (peribahasa)
  • senapati (hulubalang)

Pelajari juga 137 Tembung Mbangetake dalam bahasa Jawa dari A sampai Z lengkap contoh kalimatnya

Penulisan huruf besar ejaan bahasa Jawa

Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama:

a. kata pertama suatu kalimat

  • Mangga sami kondur (Marilah kita pulang)
  • Dalane menggak-menggok tur lunyu banget. (Jalannya berkelok-kelok lagi lagi sangat licin)

b. nama diri atau kata yang dipakai sebagai nama diri

Bila nama diri disusun oleh lebih dari satu kata, tiap kata itu sudah padu.

  • Prawata
  • Edi Sunarta
  • Raden Ajeng Kartini
  • Martaatmaja
  • Sala
  • Tanah Jawa
  • Museum Sanabudaya
  • Paheman Radyapustaka

Catatan:

1. Huruf besar pada huruf rangkap, hanya huruf yang pertama yang ditulis dengan huruf besar.

Contoh:

  • Dhandhanggula (nama tembang macapat)
  • Ngayogyakarta (Yogyakarta)
  • Joko Thole (nama orang)

2. Kata-kata berikut ditulis dengan huruf kecil, contoh:

  • kumlanda-landa
  • diinggrisake
  • kejawen

Pelajari juga Geguritan: Pengertian, Contoh, 9 Unsur, dan Ciri

Penulisan tanda baca dalam ejaan bahasa Jawa

Tanda-tanda baca yang berikut dan yang mengikutinya dipisahkan oleh satu spasi:

  • . . . . . . . )
  • . . . . . . . ]
  • . . . . . . . “
  • ? . . . . . . ?
  • ! . . . . . . !

Tanda-tanda baca berikut dipisahkan satu spasi dari huruf atau tanda baca yang mendahuluinya:

  • ( . . . . .
  • [ . . . . .
  • ” . . . . .
  • ! . . . . .

Tanda baca lainnya tidak dipisahkan oleh spasi, baik dari huruf yang mendahuluinya maupun yang mengikutinya.

1. Titik ( . )

a. mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan, contoh:

  • Otto kalih pisan lajeng sami bidhal. (Kedua mobil itu lalu berangkat)

b. dipakai di belakang singkatan nama orang, contoh:

  • Bb. Sumantri (Bambang Sumantri)
  • Sn. Bonang (Sunan Bonang)
  • Sri M.N. IV (Sri Mangka Nagara IV)
  • Sucipta Sp. (Sucipta Sastrapujangga)

c. dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ilhtisar, dan daftar (Lihat juga pemakaian tanda kurung)

II. Kabupaten X

  • A. Kecamatan a
  • B. Kecamatan b
  • C. Kecamatan c

d. dipakai di belakang singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.

Prof., Kol., Sek., Kab.,

  • R.Ng. = Raden Ngabei
  • K. R. T. = Kangjeng Raden Tumenggung
  • R. W. = Raden Wedana
  • R. P. = Raden Panewu
  • R. P. = Raden Panewu
  • Rr. = Radenrara

e. dipakai di belakang singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum., contoh:

  • lsp. = lan sapanunggalane (dan sebagainya)
  • up. = upama (umpama)
  • l.p. = inggih punika (yaitu)
  • tmr. = tumrap (bagi)

f. dalam bilangan dapat memisahkan angka ribuan, jutaan dan seterusnya, kecuali dalam angka tahun dan nomor (halaman, mobil, telepon, dan lain-lain). Dalam penyebutan waktu tanda titik memisahkan angka jam dari angka menitnya. Contoh:

  • 1.966
  • 1.966.345.850
  • 1.945 kaca
  • jam 19.45

Tetapi:

  • kaca 1945
  • taun 1945
  • tilpun nomor 2137

g. tidak dipakai dalam singkatan yang ditulis dengan huruf besar, contoh:

  • MPR
  • UUD
  • ABRI
  • PSIM
  • LSD
  • P dan k
  • LBN
  • UGM
  • IKIP
  • SD

h. tidak dipakai dalam akronim, contoh:

Muspidadhelik (besar kecil)
reskrimndhekwur (tinggi rendah)
Sekjenworsuh (campur aduk)

i. tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang, contoh:

OlRp
emkgf

j. tidak dipakai di belakang judul (buku, karangan, berita, dan buku), contoh:

  • Ngulandara (Nama buku roman)
  • Serat Riyanta (Nama buku roman)
  • Sejarah Kasusastraan Jawa (Judul karangan pada majalah Kunthi)
  • Pengetan serangan umum 1 Maret ing Ngaygyakarta (artikel berita)
  • Oto mogok (Sub judul buku roman Ngulandara)
  • Pemakaian huruf (Bab I Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan)

Tetapi:

  • Aku mentas maca buku Babad Tanah Jawa (Saya baru saja membaca buku Babad Tanah Jawa)

k. dalam surat-menyurat tidak dipakai di belakang tanggal, nama dan alamat, yang tidak menjadi bagian kalimat, contoh:

Ngayogyakarta, 17 Mei 1973
Katur
Panjenenganipun Mas Martasubrata
Jalan Slamet Riyadi 215a
Sala

Tetapi:

Mas Martasubrata dedalem ing Jalan Slamet Riyadi 215a Sala. (Mas Martasubrata tinggal di Jalan Slamet Riyadi 215a, Sala.)

Pelajari juga Tembung Dasanama: Pengertian, Manfaat, Jenis, lengkap Contohnya

2. Koma ( , )

a. dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan, contoh:

  • Aku tuku bakal klambi, sarung, lan sandhal. Saya membeli bahan baju, sarung dan sandal)
  • Siji, loro . . . telu!

b. menceraikan anak kalimat, baik yang dirangkaikan oleh kata penghubung maupun yang tidak, contoh:

  • Lakune remben banget, jalaran dalane lunyu lan menggak-menggok. (Jalannya lambat sekali, karena jalannya licin dan berkelok-kelok)
  • Sapa salah, seleh. (Siapa salah, tentu menyerah)

c. menceraikan kutipan langsung dari bagian lain dalam kalimat, contoh:

  • Raden Ajeng Tien gugup anggenipun mangsuli dhateng Rapingun. “Ana apa, Rap?” (Raden Ajeng Tien gugup menjawabnya kepada Rapingun. “Ada apa, Rap?”)

d. dipakai di antara ( i ) nama dan alamt, ( ii ) bagian-bagian alamat, ( iii ) tempat dan tanggal, yang ditulis sebaris. Contoh:

Pemimpin Museum Sanabudaya, Jalan Pangurakan, Ngayogyakarta
Sala, 10 Mei 1973.

e. menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka, contoh:

Poerwadarminta, W.J.S., Baoesastra Djawa, J.B. Wolters’ Uitgevers Maatschappij N.V. Groningen, Batavia, 1939.

f. dipakai diantara nama orang dan gelar akademis yang mengikutinya, untuk membedakan dari singkatan nama keluarga atau marga. Contoh:

Djokosutomo, SH.

Tetapi:

Ismail Mz.

g. dipakai di muka angka persepeluhan dan antara rupiah dan sen dalam bilangan, contoh:

  • 12,55 m
  • Rp 12,50

3. Titik koma ( ; )

Titik koma memisahkan bagian-bagian kalimat, jika dalam bagian-bagian kalimat itu sudah ada koma, contoh:

  • Ingon-ingone pak Wangsa warna-warna: sapi, kebo, lan wedhus; pitik lan bebek. (Ternak pak Wangsa bermacam-macam: sapi, kerbau dan kambing: ayam dan bebek.)

4. Titik dua ( : )

a. dipakai sebagai pengantar suatu daftar, rangkaian, atau pemerincian dan penunjukan. Contoh:

  • Kebutuhane wong urip sing baku: omah, sandang, lan pangan. (Kebutuhan orang hidup itu yang pokok: rumah, pakaian, dan makan)

b. dipakai ( i ) diantara jilid atau nomor dan halaman, ( ii ) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, atau ( iii ) di antara judul dan anak judul suatu karangan.

Kunthi, 11 (1971), 4 : 6
Surat Yasin: 9
Karangan, Kawruh Basa: Unggah-ungguh basa, wis dicap. (Karangan, Pengetahuan Bahasa: Ragam Bahasa, sudah dicetak.)

5. Tanda hubung ( – )

a. menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris, contoh:

  • . . . . wis suwe oleh teka (. . . sudah lama datangnya)

b. menyambung awalan (ater-ater) dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran (panambang) dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris., contoh:

  • . . . . wis suwe diundang ibune (. . . sudah lama dipanggil ibunya)
  • . . . . wis gelem nggawakake bukune (. . . . sudah mau membawakan bukunya)

c. menyambung unsur-unsur kata ulang, contoh:

  • bocah-bocah (anak-anak)
  • saoleh-olehe (sedapat-dapatnya)

d. menyambung bagian-bagian tanggal, contoh:

  • 17 – 8 – 1945

Pelajari juga 55+ contoh Cangkriman wancahan, irib iriban, blenderan, tembang, dan wantah

6. Tanda pisah ( – )

a. membatasi penyisipan kata, kelompok kata, atau anak kalimat yang memberi penjelasan khusus, contoh:

  • Karepku mono – lan pancen iya wis mangsane – Sumi kae arep takomah – omahake sasi besar ngarep iki. (Akan maksud saya – dan memang juga sudah waktunya – Sumi itu akan saya kawinkan bulan Rabiulawal yang akan datang ini.)
  • Kabeh barang darbekmu – klasa, bantal, lan panganggo gawanen. (Semua barang milikmu – tikar, bantal, dan pakaian – bawalah.)

b. menegaskan adanya aposisi atau penjelasan lainnya, contohnya:

  • Meh saben wong ngerti karo jeneng Borobudur – araning candhi ing Jawa Tengah). (Hampir setiap orang mengerti nama Borobudur – nama candi di Jawa Tengah)

c. diantara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ke, sampai, 1908 – 1945. Contoh:

  • Sala – Madiun

7. Tanda elipsis ( . . . )

a. menggambarkan kalimat yang terputus-putus, contoh:

  • Nek ngono . . . ya uwis, dijaluk bali wae dhuwite. (Kalu begitu . . . ya sudah, minta kembali saja uangnya.)

b. menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan, contoh:

  • “Kalawarti Jawa wiwit . . . dikumpulke.” (“Majalah Jawar sejak . . . dikumpulkan.”)

8. Tanda tanya ( ? )

a. menunjukkan pertanyaan yang mengharapkan jawaban atau yang bersifat teroris, contoh:

  • Dina apa tekane? (Hari apa datangnya?)
  • Mestine rak ora ngono ta? (Mestinya kan tidak begitu, bukan?)

Tetapi:

  • Aku ora weruh menyang ngendi parane. (Saya tidak tahu ke mana perginya.)

b. bila ditaruh dalam tanda kurung menunjukkan ucapan yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya, contoh:

  • Buku iki regane regane Rp 2.000,00 (?). (Buku ini harganya Rp 2.000,00 (?)
  • Sudi menyang Surabaya (?) golek gawean. (Sudi ke Surabaya (?) mencari pekerjaan).

9. Tanda seru ( ! )

Tanda seru menunjukkan ungkapan seruan, perintah, dan yang meminta perhatian khusus. Contoh:

  • Banjir! (Banjir!)
  • Adhuh abote! (Bukan main beratnya!)
  • Renea! (Kemarilah!)

10. Tanda kurung ( ( ) )

a. mengapit keterangan yang ditambahkan pada kalimat atau bagian-bagiannya. COntoh:

  • Udan es ing Wonosobo (Jawa Tengah) nuwuhake kerusakan gedhe. (Hujan es di Wonosibi (Jawa Tengah) menimbulkan kerusakan besar.)

b. mengapit keterangan yang bukan bagian dari keseluruhan pokok pembicaraan, contoh:

  • kandhane (embuh nyatane) ragade ora ana. (Katanya (entah kenyataannya) biayanya tidak ada.)

c. mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka huruf itu dapat juga diikuti hanya oleh kurung tutup.

– Ubarampene wong nginang warna-warna, kayata:

  • suruh,
  • enjet,
  • gambir ( 1 )

utawa:

  • suruh,
  • enjet, jambe
  • gambir ( 2 )

– Ramuan orang makan sirih ada bermacam-macam, kayata:

  • sirih,
  • kapur,
  • gambir ( 1 )

atau:

  • sirih,
  • kapur,
  • pinang ( 2 )

Pelajari juga Wangsalan: pengertian, jenis dan 22 contoh kalimatnya

11. Tanda kurung siku ( [ ] )

a. mengapit, kata atau kelompok kata yang ditambahkan pada kalimat kutipan, contoh:

  • Wong kuwi aja sok dhemen me ( r ) dhukun. (orang itu jangan suka berdukun.)

b. mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung, contoh:

  • (Bab menika ing ngajeng [kaca 27] sampun kawasaruwa sawatawis. (Hal itu di depan tadi [hal.27] sudah disinggung sedikit.)

12. Tanda petik (” . . . . “)

a. mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicara, dari naskah atau bahan bertulis lain. Kedua tanda petik itu ditulis sama tinggi di atas baris. Contoh:

  • Saryana mangsuli: “Inggih sendika.” (Saryana menjawab: “Ya, baiklah.”)
  • Bapak ngendika maneh: “Ya uwis, enggal mangkata!” (“Sudah, lekas-lekas berangkatlah!” sambung bapak.)

b. mengapa judul syair, karangan, dan buku, contoh:

  • Kaya kang kasebut ing “Tripama” (Seperti yang tersebut dalam “Tripama”)
  • Apa kowe wis tahu maca “Serat Riyanta”? (Sudahkah kamu pernah membaca “Surat Riyanta”?)
  • Kula aturi maos bab “Pejahipun putri Cina” ing serat Menak Cina jilid IV. (Silahkan membaca bab “Matinya putri Cina” dalam kitab Menak Cina jilid IV.)

c. mengapit istilah yang kurang dikenal atau kata yang diberi arti khusus, contoh:

  • Tembung “Kethek Ogleng” iku jenenging tontonan. (Kata “Kethek Ogleng” itu namanya pertunjukan)
  • Aja nganti “tinggal glanggang colong playu.” (Jangan sampai terpaksa meninggalkan pekerjaan, setelah menjumpai kesulitan)

Catatan: Tanda petik tutup (” . . . “) didahului oleh titik, koma, tanda tanya, dan tanda seru yang menjadi bagian kutipan. Contoh:

  • Wicantenipun, “Asrep sangat ngriki menika.” (Katanya, “Dingin benar di sini ini.”)
  • Pitakenipun, “Jenengmu sapa?” (Ia bertanya, “Siapa namamu?”)

Pelajari juga Pepindhan: Tegese, dan 400+ Contoh

13. Tanda petik tunggal (” . . . “)

Tanda petik tunggal mengapit kutipan dalam kutipan lain, contoh:

  • Ibu ndangu, “Apa pakolehe nggonmu melu “piknik” menyang Tawangmangu?” (Ibu bertanya, “Apakah manfaatnya kepergianmu mengikuti ‘piknik’ ke Tawangmangu?”).

14. Apostrof ( ‘ )

Tanda apostrof dipergunakan apabila pada sebuah kata ada huruf, suku kata, atau angka yang dihilangkan, contoh:

  • September ’73.

15. Tanda ulang ( 2 )

Tanda ini terbatas pemakaiannya pada tulisan cepat, notula, dan surat kabar.

16. Tanda garis miring ( / )

a. dipakai dalam penomoran kode surat.

b. dipakai sebagai pengganti kata per dan atau, contoh:

  • No. 272/Sek/II/66
  • Regane Rp 76,00/kg. (Harganya Rp 73,00/kg.)
  • Bapak/Ibu (Bapak Ibu)

Dapatkan juga Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai ejaan Bahasa Jawa yang disesuaikan dengan EYD, semoga bermanfaat bagi anda yang ingin memperdalam belajar Bahasa Jawa. Kunjungi kawruhbasa.com untuk mendapatkan update terbaru kami, atau ikuti kami di Google News.

Berita Terkait

Bahasa Jawanya Rambut: Memahami Makna, Penggunaan, dan Variasinya dalam Bahasa Jawa
Bahasa Jawanya Jarum: Arti, Penggunaan, dan Maknanya dalam Budaya Jawa
Teks Anekdot Bahasa Jawa: Contoh, Ciri, dan Cara Membuatnya
Cerpen Bahasa Jawa: Mengenal Karya Sastra Daerah yang Sarat Makna
Arti Gendeng Bahasa Jawa: Makna, Penggunaan, dan Konteks Budaya
Peribahasa Jawa dan Artinya: Makna dalam Kehidupan Sehari-hari
Pepatah Jawa Kuno: Kearifan Lokal yang Penuh Makna
Bojo Artinya dalam Bahasa Jawa: Makna, Penggunaan, dan Filosofinya

Berita Terkait

Selasa, 29 Oktober 2024 - 22:47 WIB

Bahasa Jawanya Rambut: Memahami Makna, Penggunaan, dan Variasinya dalam Bahasa Jawa

Selasa, 29 Oktober 2024 - 22:37 WIB

Bahasa Jawanya Jarum: Arti, Penggunaan, dan Maknanya dalam Budaya Jawa

Senin, 28 Oktober 2024 - 15:15 WIB

Teks Anekdot Bahasa Jawa: Contoh, Ciri, dan Cara Membuatnya

Senin, 28 Oktober 2024 - 15:11 WIB

Cerpen Bahasa Jawa: Mengenal Karya Sastra Daerah yang Sarat Makna

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 11:22 WIB

Arti Gendeng Bahasa Jawa: Makna, Penggunaan, dan Konteks Budaya

Berita Terbaru

Bahasa Jawa

Teks Anekdot Bahasa Jawa: Contoh, Ciri, dan Cara Membuatnya

Senin, 28 Okt 2024 - 15:15 WIB

Bahasa Jawa

Cerpen Bahasa Jawa: Mengenal Karya Sastra Daerah yang Sarat Makna

Senin, 28 Okt 2024 - 15:11 WIB

Bahasa Jawa

Arti Gendeng Bahasa Jawa: Makna, Penggunaan, dan Konteks Budaya

Sabtu, 26 Okt 2024 - 11:22 WIB