Aksara Jawa: Penjelasan dan maknanya

Avatar of Supriyadi Pro

- Author

Selasa, 28 Mei 2024 - 10:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kawruhbasa.com – Aksara Jawa mengandung makna, petunjuk hidup manusia, dan filosofi yang mendalam. Jadi, huruf Jawa tidak dibuat begitu saja tanpa maksud dan tujuan. Hal ini dapat ditemukan pada peringatan Keraton Surakarta Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IX.

Hal ini dituliskan dalam sebuah tembang macapat Kinanthi di bawah ini:

Nora kurang Wulang Wuruk, artinya: Tidak kurang petunjuk

Tumrape Wong Tanah Jawi, artinya: Untuk orang Tanah Jawa

Laku-lakune ngagesang, artinya: Perjalanan hidup

Lamun gelem hanggoleki, artinya: Jika mau mencari

Tegese Aksara Jawa, artinya: Makna/arti huruf Jawa

Hiku Guru kang Sejati, artinya: Itu guru yang sejati

CATATAN : Mohon maaf jika ada terjemahan tulisan yang kurang tepat, karena terkadang ada kata dan kalimat yang sulit dijelaskan ke dalam bahasa Indonesia sacara tepat. Hal ini karena masih kurangnya pengetahuan admin, kami akan sangat senang jika ada yang merevisinya sehingga menjadi terjemahan yang tepat tidak lepas dari konteks yang dimaksud.

Pelajari juga: Paramasastra Basa Jawa Baku jangkep aksara Jawi lan Sandhangane

20 huruf Jawa dan Latin

Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf yang jika dijabarkan memiliki arti, makna, dan filosofi yang mendalam bagi masyarakat Jawa khususnya. Huruf Jawa berbeda huruf latin yang terdiri dari satu huruf, secara default aksara Jawa terdiri dari dua huruf sekaligus yaitu konsonan yang diikuti huruf vokal “a”. Berikut daftar huruf Jawa dan latin.

ha: ꦲ,​ na: ꦤ,​ ca: ꦕ, ra: ​ꦫ,​ ka: ꦏ

da: ꦢ, ta: ​ꦠ​, sa: ꦱ​, wa: ꦮ​, la: ꦭ

pa: ꦥ, dha: ​ꦝ, ja: ​ꦗ, ya: ​ꦪ, nya: ​ꦚ

ma: ꦩ, ​ga: ꦒ​, ba: ꦧ, tha: ​ꦛ, nga: ​ꦔ

Pengucapan carakan

Agar tidak keliru dalam pengucapan berikut cara pengucapan carakan seluruh huruf:

ha na ca ra ka da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga

Mungkin ada yang bertanya kok ada aksara yang mirip atau hampir sama. Orang Jawa itu dalam menjelaskan sesuatu memang sedetail mungkin yang ditujukan agar tidak menimbulkan kerancuan di waktu mendatang.

Sebagai contoh huruf Jawa di atas ada empat huruf yang mirip yaitu: ta: ​ꦠ dengan tha: ​ꦛ, da: ꦢ dengan dha: ​ꦝ. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan kosakata orang Jawa yang membedakan keduanya.

Pengucapan per huruf

Agar lebih jelas, berikut cara pengucapan setiap huruf carakan:

1. ha: ꦲ

Pengucapan carakan ha

2. na: ꦤ

Pengucapan carakan na

3. ca: ꦕ

Pengucapan carakan ca

4. ra: ​ꦫ

Pengucapan carakan ra

5. ka: ꦏ

Pengucapan carakan ka

6. da: ꦢ

Pengucapan carakan da

7. ta: ​ꦠ​

Pengucapan carakan ta

8. sa: ꦱ​

Pengucapan carakan sa

9. wa: ꦮ​

Pengucapan carakan wa

10. la: ꦭ

Pengucapan carakan la

11. pa: ꦥ

Pengucapan carakan pa

12. dha: ​ꦝ

Pengucapan carakan dha

13. ja: ​ꦗ

Pengucapan carakan ja

14. ya: ​ꦪ

Pengucapan carakan ya

15. nya: ​ꦚ

Pengucapan carakan nya

16. ma: ꦩ

Pengucapan carakan ma

17. ga: ꦒ​

Pengucapan carakan ga

18. ba: ꦧ

Pengucapan carakan ba

19. tha: ​ꦛ

Pengucapan carakan tha

20. nga: ​ꦔ

Pengucapan carakan nga

Pelajari juga : Unggah ungguh Basa Jawa lengkap jenis dan penerapannya dalam percakapan sehari hari

Daftar angka Jawa dan penulisannya

Selain huruf, aksara Jawa juga memiliki angka. Adapun wujud tulisannya sebagai berikut:

0 = ꧐, 1 = ꧑, ​​2 = ꧒, 3 = ꧓, ​​4 = ꧔, ​​5 = ꧕,​​

6 = ꧖, ​​7 = ꧗, 8 = ꧘, ​​9 = ꧙

Keterangan: angka Jawa di atas di tulis satu-persatu, untuk menuliskan dua angka maka tinggal menggabungkan saja. Misalnya angka 10, maka penulisannya ꧑꧐

Lalu bagaimana penulisan tanda baca dalam huruf Jawa? Admin telah menelusuri baik di buku maupun internet, sementara kami baru menemukan tanda baca koma (,) ditulis dan titik (.) ditulis ꧉​. Tanda baca lainnya ditulis seperti tanda baca dalam bahasa Indonesia.

Untuk tanda baca seperti tanya dan seru belum kami temukan. Ada kemungkinan memang aksara Jawa tidak menggunakan tanda baca tersebut.

Makna 20 aksara Jawa

Seperti telah disinggung di atas bahwa aksara Jawa dibuat untuk memberikan petunjuk hidup bagi orang Jawa khususnya dan manusia pada umumnya. Berikut penjelasan makna dan arti aksara Jawa secara detail:

ha: ꦲ,​ na: ꦤ,​ ca: ꦕ, ra: ​ꦫ,​ ka: ꦏ

Makna dan arti: Hana hutusan ugi hutusaning urip, inggih punika “napas” ingkang kewajibanipun manunggalaken jiwa lan wadhagipun manungsa.

Artinya: Ada utusan hidup yaitu nafas yang kewajibannya menyatukan jiwa dan raga manusia.

Jlentrehipun (penjabaran):

  • Wonten hingkang mitados, artinya: ada yang mempercayakan
  • Wonten hingkang kapitados, artinya: ada yang dipercaya
  • Wonten hingkang kapitados makarti, artinya: ada yang dipercaya bertindak

Paugeran Titah Manungsa lan Kuwajibanipun Tumitah” = Pedoman hidup manusia dan kewajiban hidup

da: ꦢ, ta: ​ꦠ​, sa: ꦱ​, wa: ꦮ​, la: ꦭ

Makna dan arti: Manungsa menawi sampun kakersakaken tumitah ngantos dumugining da: ꦢ, ta: ​ꦠ​ inggih punika wanci pinasthi kedah mboten sa: ꦱ​, wa: ꦮ​, la: ꦭ, tegesipun hamung nampi lan nglampahi pepesthen.

Artinya: Jika manusia sudah diinginkan (Allah) hidup hingga sampai waktu yang telah ditentukan seharusnya tidak mengingkari, harus diterima dengan ikhlas apa yang telah ditentukan-Nya.

pa: ꦥ, dha: ​ꦝ, ja: ​ꦗ, ya: ​ꦪ, nya: ​ꦚ

Makna dan arti: Manunggaling Hingkang Paring Gesang kaliyan ingkang dipun Paringi Gesang. Keplasipun “padha” utawi “keplok” “jumbuh” tunggil batin winedharing Pakarti (lahir) adhedhasar Luhur lan Utama. Jaya punika Menang.

Artinya: Bersatunya Yang Memberikan Hidup (Allah) dengan yang diberi hidup (manusia). Kata padha (sama) atau kompak sesuai satu batin diwujudkan dengan tingkah laku berpedoman Luhur dan Utama. Jaya yang dimaksud adalah Menang

ma: ꦩ, ​ga: ꦒ​, ba: ꦧ, tha: ​ꦛ, nga: ​ꦔ

Makna dan arti: Sumangga dhawuh lan Pepacuhipun Hingkang Paring Gesang.

Tegesipun: Sumarah Garising Kodrat nadyan kalilan hamiradati.

Artinya: Menerima garis hidup meskipun boleh di akali.

Jika manusia sudah bisa meletakkan rasa menurut kehendak Yang Maha Kuasa berarti sudah bisa disebut “Satriya“. yang artinya sebagai berikut:

Sa – Sawiji (Satu), Tri – telu (tiga) ya – ingsung (saya). Jika sudah menduduki Satriyanya, manusia akan mendapatkan daya atau buah perbuatan yang dinamakan Kanugrahan (Pahala), mendapatkan pinjaman supaya dirawat. Seperti dalam tembang macapat kinanthi di bawah ini:

Kinanthi

Kabeh tetanduran puniku

Bisane uwoh marasi

Awit Gustinira

Sapa hingkang hanampani

Senadyan begja cilaka

“Aku” wajib den ilangi

***

Satriya hingkang satuhu

Ha- Na- Ca- Ra- Ka- ning tulis

Titis tetah titi tata

Tatas lakuning ngaurip

Sesongaran dadya wisa

Uwoh kang bakal tinampi

Itu adalah isi pemikiran tentang aksara Jawa yang ada hubungannya dan sesuai dengan “Kawruh Kasampurnan” (ilmu kesempurnaan) dalam menjalani kehidupan.

Sedangkan kesesuaian aksara Jawa dengan kehidupan nyata: Ha Na Ca Ra Ka dan seterusnya yang isinya wajib dipelajari dengan membaca. Artinya, memahami atau mempelajari kejadian di sekitar.

Juga belajar menulis, artinya melaksanakan apa yang telah di pelajari, ditimbang-timbang mana yang terbaik untuk dijalani.

Baca juga Sejarah Aksara Jawa: Asal Usul, Makna, dan Perkembangan

Makna Sandhangan huruf Jawa

Selain aksara tanpa sandhangan (pakaian), masih ada makna huruf Jawa yang menggunakan sandhangan untuk melengkapi tuntunan manusia hidup di dunia.

Dalam kehidupan, orang yang tanpa pakaian berarti telah melanggar susila, etika, maupun norma. Maka dari itu, pada aksara Jawa juga menggunakan pakaian yang disebut sandhangan. Berikut makna setiap sandhangan dalam huruf Jawa:

  1. SUKU dalam bahasa Indonesia adalah KAKI, maknanya alat untuk memberikan peringatan supaya waspada dalam menjalani hidup.
  2. TALING, ini adalah sindiran terhadap pendengaran yang merupakan pintu untuk menyaring suara yang indah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  3. TARUNG, menyaring yang terdengar kemudian disesuaikan dengan tajamnya pemikiran, kemudian disesuaikan dengan batin.
  4. CECEG, disebut juga CECAG ini berdasarkan wujud tulisan, seperti layaknya ujung hidung sebagai pintu pembau yang dilihat dari samping. Hidung dalam ilmu Jawa Kuno disebut “GUNUNG TURSINO” ciri-ciri bagi orang yang akan pulang ke alam keabadian.
  5. PEPET, dalam bahasa Jawa “pentog tutut” yang artinya manusia wajib mengetahui ilmu hingga sempurna.
  6. LAYAR, dalam bahasa Jawa disebut juga “babar atau jembar” yang artinya luas. Yaitu luasnya pengetahuan, ikhlas menerima cobaan hidup, serta sopan santun. Hati yang sabar dalam perbuatan, ini merupakan benih kebijaksanaan.
  7. PANGKON, dalam aksara Jawa jika menggunakan sandhangan pangku maka huruf tersebut akan mati. Hal ini berhubungan dengan ucapan lidah. Ini merupakan peringatan jika berbicara sebaiknya yang tidak menyakiti hati orang lain, agar nama si pengucap tidak mati. Dalam slogan Jawa telah memperingatkan “LUHUR NISTHANING ASMA, gumantung wijiling pangandika yang artinya: bagus tidaknya nama seseorang tergantung perkataannnya. Atau ada pepatah lain: Ajining dhiri gumantung kedaling lathi, yang artinya kehormatan seseorang tergantung ucapannya.
  8. WULU, atau disebut juga HULU adalah sandhangan aksara Jawa sindiran untuk yang terpenting, artinya: alat untuk terbang ke langit, diambil dari pemikiran yang tinggi.

Baca juga Pengertian Kebudayaan menurut orang Jawa dan secara umum

Watak aksara Jawa

Watak jiwa Kejawen dapat ditemukan dalam huruf Jawa, berikut penjelasannya:

  1. JAWA, ja:​ꦗ wa: ꦮ terdiri dari Ja dan Wa yang artinya: Ja = persaja (apa adanya), dan Wa = Walaka (jujur). Jadi jika diartikan secara lengkap Jawa adalah watak apa adanya dan jujur.
  2. JAWI, ꦗꦮꦶ, jika huruf WA di beri sandhangan WULU, maka akan berbunyi JA-WI. Ini adalah bahasa Kramanya JAWA. Artinya, JAWI adalah tempatnya tata krama dan kesusilaan atau sopan santun.
  3. JIWA, ꦗꦶꦮ, jika JA di beri sandhangan Wulu maka akan terbaca JI-WA. Ini menjadi peringatan bahwa orang Jawa wajib mendasari hidupnya dengan jiwa Kejawen.
  4. JIWI, ꦗꦶꦮꦶ, jika Ja dan Wa di beri sandhangan Wulu maka akan terbaca Jiwi. Artinya, “JI” adalah “Sawiji” (satu), dan “WI” adalah “Hyang Widhi” (Tuhan). Jelasnya, JAWA pedomannya adalah budayanya, bersatu dengan Tuhan, tingkah laku lahir yang selalu utama, perbuatan batin berpedoman “LUHURING BUDI” (Budi luhur). Jadi, hidupnya orang Jawa yang berdasar pada petunjuk Sinuhun Kangjeng Susuhunan IX di Keraton Surakarta adalah dituntun oleh Aksara Jawa.

Seperti yang tersirat dalam tembang macapat Dhandhanggula di bawah ini:

Dhandhanggula

Mungguh laku miwah hurip iki

Wus cinakup hing aksara Jawa

Jawi Jiwa lan Jiwane

Jawa pikajengipun

Prasahaja walaka yekti

Jawi basa kramanya

Subasitanipun

Jiwaning budayanira

Jiwi iku sawiji lawan Hyang Widhi

Purneng haksara Jawa

Kesimpulan

Aksara Jawa tidak dibuat begitu saja tanpa makna dan maksud, tetapi diciptakan untuk menjadi tuntunan hidup manusia Jawa khususnya sejak lahir hingga waktu meninggalkan dunia untuk hidup dalam alam keabadian. Jika orang Jawa sungguh-sungguh mempelajari makna dari aksara Jawa, maka akan menemukan jalan hidup yang apa adanya, jujur dan ikhlas dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai Aksara Jawa lengkap dengan maknanya, semoga bermanfaat bagi anda yang ingin belajar bahasa Jawa. Selalu kunjungi kawruhbasa.com atau ikuti kami di Google News untuk mendapatkan update terbaru.

Berita Terkait

Aksara Jawa: Warisan Budaya yang Menyimpan Sejarah dan Kearifan Lokal
Sejarah Aksara Jawa: Asal Usul, Makna, dan Perkembangan
Paramasastra Basa Jawa Baku jangkep aksara Jawi lan Sandhangane
Asal usul Aksara Jawa secara ilmiah dan jenisnya
Aksara Rekan Bahasa Jawa: Definisi, Sejarah, Fungsi, Jenis, dan Kaidah Penulisan
Cara Mudah Menerjemahkan Teks Latin ke Aksara Jawa

Berita Terkait

Rabu, 25 September 2024 - 09:09 WIB

Aksara Jawa: Warisan Budaya yang Menyimpan Sejarah dan Kearifan Lokal

Rabu, 28 Agustus 2024 - 10:34 WIB

Sejarah Aksara Jawa: Asal Usul, Makna, dan Perkembangan

Selasa, 28 Mei 2024 - 10:46 WIB

Paramasastra Basa Jawa Baku jangkep aksara Jawi lan Sandhangane

Selasa, 28 Mei 2024 - 10:44 WIB

Aksara Jawa: Penjelasan dan maknanya

Minggu, 3 September 2023 - 20:53 WIB

Asal usul Aksara Jawa secara ilmiah dan jenisnya

Berita Terbaru

Bahasa Jawa

Teks Anekdot Bahasa Jawa: Contoh, Ciri, dan Cara Membuatnya

Senin, 28 Okt 2024 - 15:15 WIB

Bahasa Jawa

Cerpen Bahasa Jawa: Mengenal Karya Sastra Daerah yang Sarat Makna

Senin, 28 Okt 2024 - 15:11 WIB

Bahasa Jawa

Arti Gendeng Bahasa Jawa: Makna, Penggunaan, dan Konteks Budaya

Sabtu, 26 Okt 2024 - 11:22 WIB