Kawruh Basa – Dalam bahasa Jawa terdapat macam-macam tembung yang digunakan menurut situasi dan kondisi tertentu. Jenis tembung tersebut adalah:
- Tembung lingga
- Tembung andhahan
- Tembung rangkep
- Tembung tanduk
- Tembung tanggap
Daftar isi artikel
5 macam tembung Jawa
Agar lebih rinci dan jelas mari kita bahas macam-macam tembung di atas hingga anda benar-benar memahaminya.
1. Tembung lingga
Tembung lingga adalah tembung (kata) yang belum berubah dari asalnya, karena belum mendapatkan imbuhan apapun.
Dalam bahasa Jawa tembung lingga yaiku tembung kang durung owah saka asale, kang durung oleh imbuhan apa-apa, utawa tembung kang isih wungkul, isih wantah utawa isih asli.
Tembung lingga dapat digolongkan bentuk bebas, ada yang terbentuk/terjadi dari 1 wanda (suku kata), 2 (dua), atau 3 suku kata.
Contoh tembung lingga:
- adus
- tangis
- mustaka
- tuku
- pangan
- tulis
- pari
- turu
Baca juga Tembung Rangkep: Pengertian, Macam, Contoh, dan perbedaannya
2. Tembung andhahan
Tembung andhahan adalah kata yang sudah berubah dari asalnya. Dalam bahasa Jawa tembung andhahan yaiku tembung kang wis owah saka asale.
Tembung andhahan terbentuk dari tembung lingga yang mendapatkan imbuhan atau yang sudah dirimbag. Perubahan tersebut bisa berbentuk berikut:
- Wuwuhan (imbuhan)
- Ngrangkep tembung (kata ulang)
- Nyambor (kata majemuk)
Salah satu cara menggabungkan tembung andhahan dengan cara memberi wuwuhan (imbuhan) ada tiga, yaitu: ater-ater (awalan), seselan (sisipan), dan panambang (akhiran).
1. Ater-ater
Contoh tembung andhahan karena mendapatkan ater-ater (awalan):
- Nyilih : ny- + silih
- Mlaku : m- + laku
- Diwaca : di- + waca
- Kesandhung : ke- + sandhung
- Dakjupuk : dak- +jupuk
2. Seselan
Contoh tembung andhahan karena mendapatkan seselan (sisipan):
- Gumuyu : um + guyu
- Tinulis : in + tulis
- Kerelip : er + kelip
3. Panambang
Contoh tembung andhahan karena mendapat panambang (akhiran):
- Telatan : telat + -an
- Awake : awak + -e
- Bukuku : buku + -ku
- Tulisen : tulis +-en
4. Wuwuhan Gabung
Contoh tembung andhahan karena mendapatkan wuwuhan gabung:
- Digawakake : di- + gawa + -ake
- Njupuki : n- + njupuk + -i
- Nilasake : n- + tilas + -ake
Baca juga Tembung Sanepa: Pengertian, Fungsi, Ciri, Contoh, dan Artinya
3. Tembung rangkep (Kata rangkap)
Tembung rangkep atau reduplikasi adalah tembung yang rangkap katanya atau sebagian wuku katanya. Tembung rangkep dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu dwipurwa, dwilingga, dan dwiwasana. Mari kita bahas satu-persatu.
a. Tembung Dipurwa
Tembung Dipurwa adalah tembung yang dirangkap suku katanya dibagian depan atau awalan. Dwi purwa berasal dari kata dwi artinya dua dan purwa artinya depan atau awalan.
Contoh:
- Bungah > bubungah > bebungah
- Lara > lalara > lelara
- Gaman > gagaman > gegaman
b. Tembung Dwilingga
Tembung Dwilingga adalah tembung lingga yang dirangkap. Cara merangkapnya ada yang sama persis disebut dwilingga padha swara, dan ada yang berubah suaranya disebut salin swara.
Contoh
Dwilingga padha swara:
- takon > takon-takon
- buku > buku-buku
- watuk >watuk-watuk
Dwilingga salin swara:
- thinguk > thingak-thinguk
- bali > bola-bali
- lali > lola lali
Ada kata-kata yang bentuknya sama seperti tembung dwilingga, tetapi tembung-tembung tersebut bukan tembung rangkep. Tembung-tembung tersebut tidak bisa ditelusuri lingganya, meskipun bisa tetapi artinya berbeda dengan gabungan tembung dwilingga. Tembung seperti itu disebut dwilingga semu.
Contoh:
- Anting-anting
- Ontang-anting
- Ondhe-ondhe
c. Tembung Dwiwasana
Tembung Dwiwasana adalah tembung yang dirangkap wandane (suku katanya) baik depan atau belakang. Diwasana terbentuk dari kata dwi artinya dua dan wasana artinya belakang atau terakhir.
Contoh:
- cengis > cengisngis > cengingis
- cekak > cekakkak > cekakak
- cenuk > cenuknuk > cenunuk
Baca juga Tembung Sengkalan lengkap Jenis, 10 Watak, dan contohnya
4. Tembung tanduk (Kalimat aktif)
Tembung tanduk adalah semua tembung lingga yang mendapat awalan suara hidung. Tembung tanduk merupakan tembung lingga di dalam Bahasa Jawa yang mendapatkan awalan hanuswara yaitu: m-, n-, dan ny-.
Ada 3 jenis tembung tanduk, yaitu:
a. Tembung tanduk kriya wantah, adalah tembung yang tidak mendapat panambang (akhiran). Contoh: maju, ngadeg, nyapu.
b. Tembung tanduk i – kriya, adalah tembung tanduk yang mendapatkan panambang (akhiran) i. Contoh: nulungi, ngumbahi, nyaponi.
c. Tembung tanduk ke – kriya, adalah tembung tanduk yang diberi panambang (akhiran) -ke atau -ake. Contoh: nyelehake, nuduhake, mbalekake.
5. Tembung Tanggap (Kalimat pasif)
Tembung tanggap adalah tembung lingga yang mendapatkan ater-ater tripurusa (dak, ko, dan di) dan seselan (sisipan) -in. Adapun macam tembung tanggap dibagi menjadi 4 (empat), yaitu sebagai berikut:
a. Tanggap tripurusa, adalah tembung lingga yang mendapatkan ater-ater (awalan) tripurusa.
Contoh:
- dakpangan
- kojupuk
- dibalangi
b. Tanggap na, adalah tembung lingga yang mendapatkan seselan (sisipan) -in.
Contoh:
- tinulis
- tinubruk
c. Tanggap tarung, adalah tembung dwilingga yang mendapatkan seselan (sisipan) -in tripurusa.
Contoh:
- sawang-sinawang
- cokot-cinokot
d. Tanggap ka, adalah tembung lingga yang mendapatkan ater-ater (awalan) -ka.
Contoh:
- kaobong
- kagendhong
Baca juga: Tembung Garba Bahasa Jawa: Pengertian, Fungsi, Jenis dan 57+ Contohnya
Ayahane tembung
Ayahane tembung juga disebut lungguhing tembung, dalam bahasa Indonesia disebut “jabatan kalimat“. Membongkar kalimat ayahane tembung berarti mencari bagian kalimat yang disebut jejer, wasesa, lesan atau keterangan.
Dalam bahasa Indonesia:
a. Jejer = pokok kalimat = subyek
b. Wasesa = predikat = sebutan
c. Lesan = pelengkap = obyek
d. Katrangan = keterangan
Keterangan:
a. Jejer
- Pada kalimat aktif (tanduk) berarti bagian kalimat yang melakukan pekerjaan.
- Pada kalimat pasif (tanggap) berarti bagian kalimat yang disebut pekerjaan.
Contoh:
- Bapak maca buku crita
- Peleme dibalangi Tatik.
b. Wasesa
Adalah bagian kalimat yang menjelaskan pekerjaan, maka wasesa selalu terbentuk dari tembung kriya atau tembung-tembung yang dibuat kriya.
Contoh:
- Mbak Dewi nampa layang.
- Omah iku payone seng.
c. Lesan
Pada kalimat tanduk (aktif) berarti bagian kalimat yang dikenai pekerjaan.
Pada kalimat tanggap (pasif) berarti bagian kalimat yang melakukan pekerjaan.
Contoh:
- Ibu nggodhog wedang
- Layange ditampa Dhik Andhi
d. Katrangan
Adalah bagian kalimat yang memberi keterangan terhadap jejer, wasesa, atau lesan.
Contoh:
- Mau bengi Dhik Siti lunga rene.
- Dhik Andang Arimurti diajak menyang Ngadireja.
Baca juga Tembung Saroja lengkap contoh dan artinya dalam bahasa Jawa dan Indonesia
Silah-silahing tembung (Pembagian tembung)
Menurut golongannya tembung Jawa ada 10, yaitu:
- Tembung aran (kata benda)
Contoh: meja, kursi, lemari, radio, dan lain-lain. - Tembung kriya (kata kerja)
Contoh: nulis, maca, nyapu, mangan, ngombe, dan lain-lain. - Tembung ganti (kata ganti)
Contoh: aku, kowe, ku, dheweke, dll. - Tembung wilangan (kata bilangan)
Contoh: telu, setengah, siji, akeh, dll. - Tembung sipat/kahanan (kata sifat)
Contoh: bagus, susah, apik, seneng, dll. - Tembung katrangan (kata keterangan)
Contoh: tengah, kene, ndhuwur, wetan, dll. - Tembung seru/Pangguwuh (kata seru)
Contoh: wah, aduh, tulung, eh, dll. - Tembung sandhangan (kata sandang)
Contoh: sang, hyang, raden, kyai, dll. - Tembung panyambung (kata sambung)
Contoh: sarta, lan, wusana, mulane, dll. - Tembung pangarep (kata depan)
Contoh: ing, saka, sing, menyang, dll
Silah-silahing ukara (Pembagian kalimat)
Pembagian ukara (kalimat) yang perlu diketahui ada 6, yaitu:
1. Ukara kandha (kalimat langsung), adalah kalimat yang mengatakan omongan orang lain secara persis.
Contoh:
- Bapak ngendika, “Sesuk aku menyang Jogja”.
- “Kowe kudu sing sregep ngaji” dhawuhe ibu.
2. Ukara crita (kalimat tak langsung), adalah kalimat yang menceritakan omongan orang lain tetapi hanya inti atau ringkasannya saja.
Contoh:
- Tini takon, kena apa aku wingi ora mlebu sekolah.
- Ngendikane guru, yen sregep sinau mesthi pinter.
3. Ukara tindak/tanduk (kalimat aktif), adalah kalimat yang statuse melakukan pekerjaan.
Contoh:
- Ibu mendhut jajan kanggo tukang.
- Rudi ngundhuh jambu.
4. Ukara tanggap (kalimat pasif), adalah kalimat yang statusnya dikenai pekerjaan.
Contoh:
- Sarunge dikrikiti tikus.
- Jajane dirubung semut.
5. Ukara pakon (kalimat perintah)
Contoh:
- Jupukna tasku ing ndhuwur kursi kuwi.
- Balekna buku iki menyang omahe budi.
6. Ukara panjaluk (kalimat permohonan)
Contoh:
- Coba kowe mreneya dak kandhani.
- Tulung aku penekna blimbing kuwi.
Keterangan: Ukara kandha (kalimat berita) bisa dijadikan ukara crita (kalimat cerita), dan ukara crita juga bisa dijadikan ukara kandha.
Menurut menjelaskan gagasan (ide) ukara bisa dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Ukara Lamba (kalimat tunggal), adalah kalimat yang menjelaskan gagasan hanya satu.
Contoh:
- Adhik tuku buku.
- Tono nunggang kebo.
b. Ukara Camboran (kalimat majemuk), adalah kalimat yang menjelaskan gagasan lebih dari satu. Kalimat camboran itu pengulangan kalimat lamba.
Contoh:
- Didi cethil nanging mbak Yuni loma.
- Danu munggah kelas amarga sregep anggone sinau.
Baca juga tembung camboran
Demikian penjelasan macam-macam Tembung Jawa lengkap penjelasannya, semoga menambah wawasan bagi anda yang ingin lebih memperdalam bahasa Jawa.