Pranatacara: Pengertian dan yang harus dikuasai dalam Upacara Adat Jawa

Avatar of Supriyadi Pro

- Author

Friday, 16 August 2024 - 09:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kawruh Basa – Dalam bahasa Jawa Pranatacara disebut juga Panatacara atau Pambyawara. Lalu, mana yang benar untuk disebut? Menurut admin semuanya benar, karena arti ketiganya jika dalam bahasa Indonesia sama-sama merujuk pada kata pembawa acara atau MC (Master of Ceremony).

Menurut asal katanya Pranatacara berasal kata pranata artinya menata dan acara juga berarti acara. Jadi, secara simpel pranatacara adalah orang yang menata sebuah acara.

Dalam sebuah upacara adat Jawa, kesan agung, lucu, dan suasana lainnya tergantung pada sang pranatacara. Sebagai contoh, seorang MC campursari akan menentukan bagaimana suasana yang diciptakan.

Pengertian Pranatacara

Pranatacara adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab mengendalikan jalannya sebuah acara, seperti upacara pengantin Jawa, kematian, acara formal, pertemuan, pesta, pengajian, pentas seni dan lain-lain.

Misalnya dalam upacara ada pengantin Jawa, pranatacara diberi tanggung jawab menata jalannya acara dari ijab qobul hingga jalannya upacara temu pengantin. Namun, terkadang acara ijab qobul berjalan sendiri tanpa ada pranatacara. Hal ini karena biasanya acara ijab qobul terlalu pagi dan tamu undangan belum hadir, sehingga tidak dibutuhkan pembawa acara.

Sedangkan dalam upacara kematian, pambyawara biasanya hanya membawakan sedikit acara, karena acaranya memang pendek. Misalnya pidato kesan dan kesan belasungkawa yang diakhiri dengan pemberangkatan jenasah ke makam.

Pranatacara juga disebut MC (master of ceremony), pembawa acara, pambyawara (pambiawara), pranata titi laksana, pranata adicara, panata adicara, paniti laksana atau pranata laksitaning adicara.

Jadi, Pranatacara adalah seseorang yang ditunjuk atau dipercaya sebagai penata sebuah acara.

Yang harus dipersiapkan Pranatacara

Pranatacara upacara pengantin Jawa
Pranatacara: Pengertian dan yang harus dikuasai dalam Upacara Adat Jawa 2

Agar menghasilkan sebuah acara yang baik dan rapi, maka pranatacara atau pembawa acara harus mampu menguasai sebagai berikut:

1. Suara

Seorang pranatacara harus memiliki suara yang indah agar nyaman didengarkan oleh para tamu. Kata yang keluar dari mulut harus jelas dan detail, bunyi vokal (a, e, u, i, o) dan konsonan harus benar-benar jelas tanpa harus diulang-ulang. Kosakata Jawa sangat detail pengucapannya, misalnya utama-utamane, rasa-rasane, rendheng, manis-manise, petel-pethel, pendeng, dan sebagainya.

Irama, dinamika, panjang pendek suara harus dilagukan sedemikian rupa agar mampu menciptakan suasana sabar namun tegas. Dalam bahasa Jawa, lagu (wirama) yang mencakup sora-lirih (keras-pelan), dawa-cendheking (panjang pendek suara), mendat mentul, rikat-rindhik, dan lak-luking swara. Melagukan suara yang bagus dalam bahasa Jawa disebut dhekung.

2. Busana/Pakaian

Dalam adat Jawa ada kalimat “Ajining raga gumantung busana” yang berarti nilai badan seseorang tergantung cara berpakaian (berbusana). Untuk itu seorang pranatacara harus belajar bagaimana berpakaian yang rapi, sopan dan enak dipandang mata. Dalam busana adat Jawa seorang pambyawara harus bisa berpakaian sebagai berikut:

  • bener lan pener (benar dan pas)
  • murwat (pantas)
  • laras karo kahanan utawa kaperluwane ana ing upacara (sesuai situasi dan kondisi atau menurut kebutuhan)
  • rapi
  • tumata panatane (jelas penataannya)

3. Sopan Santun (Subasita)

Seorang pembawa acara harus memiliki sifat sopan santun atau tata krama layaknya orang Jawa, karena etika sopan santun bagi orang Jawa sangatlah penting dalam keadaan apapun. Karena tanpa itu nilai kewibawaan seorang pranatacara akan menurun. Tingkah laku sebaiknya apa adanya dan tidak dibuat-buat, tenang, mantab, tetapi tidak kaku.

Perubahan mimik wajah seorang pambiawara juga harus dipelajari sebaik mungkin agar nantinya mampu menggambarkan isi hati dan sesuai dengan situasi dan kondisi.

4. Bahasa dan Sastra

Bahasa yang digunakan pranatacara harus dipelajari dengan benar, pas, bagus, indah, dan mudah diterima oleh para tamu, jelasnya harus komunikatif. Bahasa Jawa yang baik yaitu bahasa yang sesuai situasi dan kondisi. Agar terwujud demikian maka seorang pambiawara harus mengingat hal-hal berikut:

  • Siapa yang berbicara
  • Siapa audiens yang dihadapi
  • Apa yang dibicarakan
  • Bagaimana suasana, kapan waktunya, dan di mana tempatnya

Tips agar menjadi pranatacara yang profesional

Adapun ilmu kesusastraan yang harus dikuasai bagi yang ingin menjadi pranatacara atau pembawa acara bahasa Jawa yang profesional mencakup hal-hal: pepindhan, panyandra, wangsalan, parikan, tembang, purwakanthi pewayangan, kawruh karawitan/gendhing Jawa upacara manten, dan lain-lain.

Bagi yang serius ingin belajar menjadi pranatacara, hal ini telah admin bahas pada artikel di bawah ini, silahkan ikuti masing-masing tautan:

  1. Pepindhan: Tegese, dan 400+ Contoh
  2. Panyandra: Pengertian, Jenis lengkap dengan contoh
  3. Wangsalan: pengertian, jenis dan 22 contoh kalimatnya
  4. Parikan: Pengertian lengkap dengan contohnya 2 baris dan 4 baris
  5. 3 Tembang Jawa: Jenis, Watak, Sasmita, lan Tuladha yang harus Anda ketahui
  6. Purwakanthi: asal kata, pengertian, jenis dan contoh

Kerangka teks Pranatacara

Sebagai rambu-rambu teks panatacara, yang ingin belajar harus tahu pokok-pokok teks panatacara. Sebagai kerangka teks pranata cara, adalah sebagai berikut:

  1. Salam pembuka, salam pembuka dengan kalimat, “Asalamualaikum Warahmatullah wabarokatuh” (bagi yang Islam/muslim), atau “nuwun kawula nuwun” bagi yang ingin terdengar condong ke adat Jawa.
  2. Ucapan Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa serta sholawat salam untuk kanjeng Nabi Muhammad SAW.
  3. Menyapa, menyapa terhadap para tamu undangan. Dalam menyapa harus dimulai dari yang paling tua hingga yang paling muda, dari yang strata sosialnya tinggi hingga yang paling rendah.
  4. Inti acara, yaitu apa yang menjadi inti acara yang dilaksanakan. Seorang pranatacara harus paham benar mengenai acara apa yang dikendalikan, harus sesuai dengan permintaan yang punya hajad, serta harus sesuai dengan suasana dan tatanan adat yang ada pada masyarakat sekitar.
  5. Penutup, pada bagian ini seorang prantacara harus mampu mengatur terhadap para tamu agar acara yang sudah dirancang sedemikian rupa lancar dengan mengajak mereka mematuhi urutan jalannya upacara dengan baik.
  6. Salam penutup, saya kira ini tidak perlu dijelaskan.

Untuk teksnya, anda bisa menelusuri dan mempelajarinya pada artikel pidato Bahasa Jawa

7 unsur Pranatacara

Menurut Rama Sudi Yatmana (1989:1), untuk menjadi seorang pranatacara yang profesional harus mempelajari dan berlatih 7 unsur yang disebut “Saptama Pangolahing Raga“, yaitu:

1. Magatra, yaitu wujud dan wajah, sastra yang bagus, cara berbusana yang pas, pantas dan lengkap. Tingkah laku yang luwes dan apa adanya tanpa dibuat-buat.

2. Malaksana, berjalan setapak demi setapak selangkah demi selangkah ditata dengan baik, luwes namun berwibawa, tegas dan tidak memalukan.

3. Mawastha, berdiri tegak, tidak kendor, tidak miring.

4. Maraga, tidak ragu-ragu, tidak takut, tidak gemetar, gerakan badan mantab dan tenang, kepala dan leher harus lurus tidak menengadah, tangan harus siap menambah kejelasan apa yang diucapkan.

5. Malaghawa, trampil dan trengginas, cekatan dalam merampungkan pekerjaan. Tidak lambat namun juga tidak terlihat tergesa-gesa.

6. Matanggap, cepat tanggap terhadap segala situasi, bisa menambah meriah suasana. Maka pranata cara juga harus bisa membuat suasana ceria yang dapat mempengaruhi jiwa para tamu menjadi semangat.

7. Mawwat, mantab menyelesaikan acara dari awal, tengah hingga akhir acara. Seorang pambyawara harus bisa mengendalikan acara dari awal hingga akhir dengan mantab dan sempurna. Jangan sampai ada acara yang terlewat dalam urutannya, sehingga semua terlaksana dengan baik dan benar.

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai Pranatacara, semoga mudah dimengerti sehingga menuai manfaat bagi yang membutuhkannya.

Berita Terkait

Contoh Purwakanthi Guru Sastra, Pemahaman dan Penggunaan dalam Karya Sastra Jawa
Aja Bahasa Jawa, Apa arti kata ini? Kapan kata ini digunakan?
Agek Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Agama Bahasa Jawa: Memahami Makna dan Filosofi Hidup
Adus Bahasa Jawa: Pengertian, Tingkatan, dan Contoh Ungkapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Adu Bahasa Jawa: Serunya Menjelajahi Ragam Dialek dan Tingkatan Bahasa
Adon Bahasa Jawa: Memahami Arti, Filosofi, dan Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Adol Bahasa Jawa: Menggali Potensi Bahasa Daerah sebagai Peluang Bisnis dan Pelestarian Budaya

Berita Terkait

Tuesday, 3 December 2024 - 21:04 WIB

Contoh Purwakanthi Guru Sastra, Pemahaman dan Penggunaan dalam Karya Sastra Jawa

Monday, 2 December 2024 - 19:36 WIB

Aja Bahasa Jawa, Apa arti kata ini? Kapan kata ini digunakan?

Monday, 2 December 2024 - 19:23 WIB

Agek Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-Hari

Thursday, 28 November 2024 - 20:51 WIB

Agama Bahasa Jawa: Memahami Makna dan Filosofi Hidup

Wednesday, 27 November 2024 - 21:51 WIB

Adu Bahasa Jawa: Serunya Menjelajahi Ragam Dialek dan Tingkatan Bahasa

Berita Terbaru

Bahasa Jawa

Aja Bahasa Jawa, Apa arti kata ini? Kapan kata ini digunakan?

Monday, 2 Dec 2024 - 19:36 WIB

Bahasa Jawa

Agama Bahasa Jawa: Memahami Makna dan Filosofi Hidup

Thursday, 28 Nov 2024 - 20:51 WIB