Arti Lali dalam Bahasa Jawa: Menyelami Makna Lupa dalam Budaya Jawa

- Author

Sunday, 29 June 2025 - 13:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

kawruhbasa.com – Bahasa Jawa memiliki kekayaan kosakata yang sangat luas dan mendalam, dengan setiap kata mencerminkan pandangan hidup masyarakatnya. Salah satu kata yang cukup sering digunakan dalam percakapan sehari-hari adalah “lali.”

Dalam konteks bahasa Jawa, arti lali adalah lupa. Namun, seperti banyak kata lainnya dalam bahasa Jawa, makna ini juga mengandung dimensi budaya dan filosofi yang lebih luas.

Pengertian Lali dalam Bahasa Jawa

Secara umum, lali adalah kondisi di mana seseorang kehilangan ingatan terhadap sesuatu, baik secara sementara maupun dalam jangka waktu lebih lama.

Dalam kehidupan sehari-hari, kata ini digunakan untuk menjelaskan kelalaian atau ketidaksengajaan, dan sering kali diucapkan tanpa konotasi negatif yang mendalam.

Contoh penggunaan:

  • Aku lali yen dina iki ana rapat.” (Saya lupa kalau hari ini ada rapat.)
  • “Lali kunci omah, kudu bali maneh.” (Lupa kunci rumah, harus kembali lagi.)

Namun, dalam konteks budaya Jawa, kata lali tidak selalu dimaknai sebagai sesuatu yang remeh. Kadang kala, lali bisa menjadi simbol dari kelengahan batin, lupa akan nilai hidup, bahkan lupa akan jati diri.

Dimensi Filosofis Kata Lali

Lali sebagai Simbol Kelalaian

Dalam ajaran moral Jawa, lali kerap dijadikan sebagai cerminan kelalaian. Lali dalam hal ini bukan hanya terkait dengan ingatan, tetapi juga dengan perhatian dan kesadaran. Orang yang lali dianggap kurang waspada atau tidak memperhatikan hal-hal penting dalam hidup.

Ungkapan yang biasa digunakan:

  • “Wong sing lali karo asalé, gampang kesasar.” (Orang yang lupa asal-usulnya, mudah tersesat.)
  • Aja lali karo sing wis mbantu kowe.” (Jangan lupa dengan yang sudah membantu kamu.)

Lali terhadap Jati Diri

Dalam budaya Jawa, mengenal dan mengingat jati diri adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan. Lali terhadap jati diri dianggap sebagai bentuk kehilangan arah hidup. Oleh karena itu, lali tidak hanya bermakna secara kognitif, tetapi juga mengandung nilai-nilai eksistensial.

Lali dalam Konteks Spiritual

Pada tingkat spiritual, lali bisa berarti lupa akan Tuhan atau Sang Pencipta. Dalam falsafah Jawa yang kental dengan nilai-nilai religius, orang yang terlalu sibuk dengan duniawi hingga lali berdoa atau lali bersyukur dianggap telah keluar dari harmoni hidup yang seimbang.

Ungkapan dan Peribahasa Mengenai Lali

Bahasa Jawa kaya akan peribahasa yang melibatkan kata lali, antara lain:

  • “Lali gunung lan segara”: Melupakan asal-usul atau kampung halaman.
  • “Lali dhiri”: Tidak sadar diri; sering digunakan untuk menyindir orang yang lupa akan posisi atau siapa dirinya.
  • “Lali marang Gusti”: Lupa kepada Tuhan; kerap menjadi peringatan moral dalam konteks religi.

Lali dalam Praktik Sosial Masyarakat Jawa

Dalam kehidupan masyarakat Jawa, istilah lali banyak muncul dalam percakapan sehari-hari untuk menggambarkan:

  1. Lupa Menjalankan Tugas, Contoh: “Kowe lali ngumbah piring, yo?”
  2. Lupa Mengucapkan Terima Kasih, Contoh: “Aja nganti lali matur nuwun yen wis dibantu.”
  3. Lupa pada Janji, Contoh: “Janji arep teka, kok malah lali?”

Kata lali juga bisa menjadi penanda lunak dalam teguran sosial. Dengan mengatakan seseorang lali, masyarakat Jawa cenderung menyampaikan kritik secara halus agar tidak menyinggung perasaan.

Perspektif Psikologis dan Sosial terhadap Lali

Lali bisa menjadi tanda bahwa seseorang mengalami tekanan mental, kelelahan, atau beban pikiran. Dalam konteks ini, lali bukan sekadar kelupaan biasa, melainkan sinyal bahwa individu tersebut membutuhkan istirahat atau introspeksi.

Di sisi lain, lali bisa digunakan sebagai bentuk penghindaran tanggung jawab. Misalnya, seseorang yang mengatakan dirinya lupa padahal sebenarnya menghindari suatu kewajiban. Dalam konteks ini, lali bisa bersifat manipulatif.

Lali dan Konsep Maaf dalam Budaya Jawa

Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai pemaafan. Ketika seseorang melakukan kesalahan karena lali, biasanya akan lebih mudah dimaafkan dibanding kesalahan yang disengaja. Kata lali menjadi semacam pembenaran ringan yang menunjukkan bahwa kesalahan tersebut tidak direncanakan.

Contoh:

  • “Nyuwun pangapunten, aku lali.” (Mohon maaf, saya lupa.)

Permintaan maaf yang disertai pengakuan lali sering kali diterima dengan lapang dada, terutama jika diucapkan dengan tulus.

Relevansi Nilai Lali di Era Modern

Di era digital saat ini, konsep lali menjadi semakin relevan. Dengan banyaknya informasi dan distraksi, manusia modern sering kali mengalami lali terhadap hal-hal mendasar:

  • Lupa akan nilai kebersamaan
  • Lupa terhadap keluarga
  • Lupa untuk menjaga kesehatan mental

Masyarakat Jawa memandang penting untuk mengingat kembali apa yang dianggap esensial. Dalam hal ini, momen lali bisa menjadi pengingat untuk kembali menyusun prioritas hidup.

Arti lali dalam bahasa Jawa adalah lupa, tetapi kata ini mengandung makna yang lebih luas daripada sekadar kehilangan ingatan.

Dalam budaya Jawa, lali tidak hanya berkaitan dengan memori, tetapi juga dengan kelalaian, kehilangan arah hidup, hingga hilangnya hubungan spiritual.

Ungkapan dan peribahasa yang mengandung kata ini menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran, rasa hormat, dan kewaspadaan dalam menjalani hidup.

Dengan memahami makna kata lali secara menyeluruh, kita dapat menghargai kearifan lokal yang terkandung dalam bahasa Jawa, serta menjadikannya pelajaran moral dalam kehidupan modern yang serba cepat dan mudah membuat manusia terlena.

Berita Terkait

Arti Laku dalam Bahasa Jawa: Menelusuri Makna dan Filosofi “Jalan” dalam Budaya Jawa
Arti Laki dalam Bahasa Jawa: Memahami Makna Suami dalam Budaya Jawa
Arti Lair dalam Bahasa Jawa: Memahami Makna Kelahiran dalam Perspektif Budaya Jawa
Arti Lagi dalam Bahasa Jawa: Memahami Makna “Baru Saja” dalam Konteks Budaya Jawa
Arti Ladi dalam Bahasa Jawa: Menelusuri Makna “Layan” dalam Perspektif Budaya dan Sosial
Arti Labuh dalam Bahasa Jawa: Menyelami Makna “Berjasa untuk” dalam Konteks Budaya
Arti Kumawani dalam Bahasa Jawa: Memahami Makna dan Konteks Sosial “Terlalu Berani”
Arti Kuwi dalam Bahasa Jawa: Memahami Makna “Itu” dalam Konteks Budaya dan Bahasa
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Sunday, 29 June 2025 - 13:13 WIB

Arti Lali dalam Bahasa Jawa: Menyelami Makna Lupa dalam Budaya Jawa

Saturday, 28 June 2025 - 10:18 WIB

Arti Laku dalam Bahasa Jawa: Menelusuri Makna dan Filosofi “Jalan” dalam Budaya Jawa

Saturday, 28 June 2025 - 10:13 WIB

Arti Laki dalam Bahasa Jawa: Memahami Makna Suami dalam Budaya Jawa

Saturday, 28 June 2025 - 08:42 WIB

Arti Lair dalam Bahasa Jawa: Memahami Makna Kelahiran dalam Perspektif Budaya Jawa

Friday, 27 June 2025 - 13:33 WIB

Arti Lagi dalam Bahasa Jawa: Memahami Makna “Baru Saja” dalam Konteks Budaya Jawa

Berita Terbaru

Bahasa Jawa

Arti Lali dalam Bahasa Jawa: Menyelami Makna Lupa dalam Budaya Jawa

Sunday, 29 Jun 2025 - 13:13 WIB

Bahasa Jawa

Arti Laki dalam Bahasa Jawa: Memahami Makna Suami dalam Budaya Jawa

Saturday, 28 Jun 2025 - 10:13 WIB