kawruhbasa.com – Bahasa Jawa dikenal sebagai bahasa yang sarat makna dan penuh filosofi. Setiap kata tidak hanya memiliki arti harfiah, tetapi juga nilai-nilai yang berkaitan dengan pandangan hidup masyarakat Jawa. Salah satu contoh kata yang mengandung makna mendalam adalah “laku.” Dalam konteks ini, arti laku dalam bahasa Jawa adalah jalan. Namun, maknanya tidak sesederhana itu. Kata ini mencakup konsep spiritual, sosial, dan filosofis yang luas.
Pengertian “Laku” dalam Bahasa Jawa
Secara harfiah, “laku” berarti “jalan” atau “perjalanan.” Namun, dalam kebudayaan Jawa, laku mencakup lebih dari sekadar proses berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Ia menggambarkan perjalanan hidup, perilaku, hingga praktik spiritual yang ditempuh seseorang dalam mencapai tujuan tertentu, baik duniawi maupun batiniah.
Contoh kalimat:
- “Urip iku kudu nduwe laku sing bener.” (Hidup itu harus memiliki jalan yang benar.)
- “Laku ne wong suci iku angel ditiru.” (Perjalanan hidup orang suci itu sulit ditiru.)
Makna Filosofis Kata “Laku”
Dalam pandangan hidup masyarakat Jawa, setiap manusia sedang menjalani sebuah laku. Ini adalah bentuk perjalanan hidup yang melibatkan sikap, perilaku, dan prinsip hidup yang dipegang teguh. Laku tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga batiniah.
Laku sebagai Jalan Hidup
Laku menjadi simbol dari pilihan hidup seseorang. Dalam budaya Jawa, seseorang diharapkan menjalani hidup dengan laku yang lurus, artinya menjauh dari hal-hal buruk dan berusaha mencapai kehidupan yang selaras dengan nilai moral dan etika. Oleh karena itu, istilah “laku utama” sering dipakai untuk menyebut jalan hidup yang penuh kebajikan.
Laku dan Ajaran Spiritual
Dalam dunia spiritual Jawa, laku juga merujuk pada praktik tirakat atau tapa, yaitu usaha pengendalian diri yang dilakukan melalui puasa, menyepi, atau meditasi. Laku jenis ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Contoh:
- “Panjenengané lagi nglakoni laku tapa brata.” (Beliau sedang menjalani laku tapa brata.)
Laku sebagai Cerminan Etika dan Moral
Selain sebagai perjalanan spiritual, laku juga digunakan untuk merujuk pada perilaku atau cara hidup seseorang. Istilah seperti “laku becik” (perilaku baik) atau “laku ala” (perilaku buruk) menunjukkan bahwa kata ini juga berfungsi sebagai tolok ukur etika dalam masyarakat.
Penggunaan “Laku” dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam bahasa Jawa modern maupun klasik, kata laku sering dijumpai dalam berbagai ekspresi, ungkapan, dan peribahasa. Berikut adalah beberapa konteks penggunaannya:
Dalam Bahasa Sehari-hari
- “Anaké saiki wis ngerti laku urip.” (Anaknya sekarang sudah paham jalan hidup.)
- “Kudu ati-ati, laku urip iku kadhang kebak godaan.” (Harus hati-hati, jalan hidup itu kadang penuh godaan.)
Dalam Ungkapan dan Pitutur
- “Sing sabar bakal entuk laku kang mulya.” (Yang sabar akan mendapatkan jalan yang mulia.)
- “Laku apik bakal ngasilake kamulyan.” (Jalan yang baik akan menghasilkan kemuliaan.)
Dalam Kesenian dan Sastra Jawa
Kata laku juga sering digunakan dalam tembang-tembang macapat, cerita wayang, dan karya sastra lainnya sebagai simbol dari perjalanan hidup tokoh utama.
Nilai Budaya dalam Konsep “Laku”
Ketekunan dan Konsistensi
Masyarakat Jawa menghargai orang yang memiliki laku yang konsisten. Artinya, ia menjalani hidup dengan prinsip, tujuan, dan disiplin tinggi. Orang seperti ini dianggap memiliki sikap tanggung jawab dan bisa dipercaya.
Keselarasan dan Kesadaran Diri
Laku yang baik mencerminkan keselarasan antara pikiran, ucapan, dan perbuatan. Hal ini menjadi fondasi penting dalam membangun kehidupan yang harmonis dalam budaya Jawa.
Kesederhanaan dan Kebijaksanaan
Laku dalam arti budaya juga mencerminkan gaya hidup yang sederhana, tidak berlebihan, dan penuh kebijaksanaan. Orang Jawa meyakini bahwa kesederhanaan adalah jalan menuju ketenangan batin.
Perbandingan dengan Makna Lainnya
Meskipun kata laku memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia seperti “perjalanan” atau “perilaku,” namun makna laku dalam bahasa Jawa memiliki nuansa khas yang tidak mudah diterjemahkan secara langsung. Ia adalah konsep multidimensi yang mencakup aspek fisik, mental, dan spiritual.
Kesalahan Umum dalam Memahami Kata “Laku”
Beberapa kesalahpahaman yang sering terjadi antara lain:
- Menganggap laku hanya sebagai aktivitas fisik.
- Mengartikan laku secara sempit tanpa memahami konteks budaya dan spiritual.
- Tidak membedakan antara laku sebagai jalan hidup dan laku sebagai tingkah laku.
Relevansi Konsep Laku di Masa Kini
Di era modern, pemahaman terhadap laku tetap relevan, terutama dalam konteks pengembangan diri dan spiritualitas. Banyak orang kembali mencari makna hidup melalui berbagai bentuk laku, seperti meditasi, introspeksi, dan gaya hidup yang lebih selaras dengan alam dan sesama.
Dalam konteks pendidikan dan kebudayaan, memahami konsep laku sangat penting untuk melestarikan kearifan lokal yang menjadi warisan leluhur.
Sekolah-sekolah yang mengajarkan muatan lokal bahasa Jawa sebaiknya memasukkan pembahasan mendalam tentang kata ini sebagai bagian dari kurikulum.
Arti laku dalam bahasa Jawa adalah jalan, tetapi maknanya jauh lebih luas dari sekadar arti harfiah. Kata ini mencerminkan perjalanan hidup, perilaku, serta proses spiritual yang ditempuh seseorang dalam rangka mencapai kebijaksanaan dan kebajikan.
Laku menjadi bagian integral dari kebudayaan Jawa yang mengajarkan pentingnya hidup selaras, bermoral, dan penuh kesadaran.
Dengan memahami makna laku secara komprehensif, kita dapat mengapresiasi kekayaan bahasa Jawa sebagai cermin dari nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.