Kawruhbasa.com – Tembung geguritan linggane gurit, tegese kidung utawa tembang, tulisan utawa karangan. Nggurit ateges ngripta tembang, kidung, utawa rerepen.
Dalam bahasa Indonesia geguritan berasal dari kata dasar gurit, yang artinya kidung atau tembang, tulisan atau karangan. Nggurit berarti menciptakan tembang, kidung atau tembang.
Geguritan merupakan sebuah karya sastra kuno (sastra lama) yang biasanya tidak disematkan nama penulis atau pengarangnya (anonim).
Konon, geguritan atau puisi Jawa ditemukan sejak tahun 1929, yang pertama kali diterbitkan dalam sebuah majalah yang berjudul Kejawen, dengan tokoh utamanya R. Intoyo dan Subagiyo Ilham Notodijoyo.
Sebuah karya geguritan biasanya berisi pesan, ungkapan isi hati, petunjuk, atau bahkan sebuah ajaran orang Jawa yang patut dijadikan panutan.
Saat ini geguritan masih banyak dilombakan dalam berbagai acara seni baik di sekolah atau instansi tertentu. Karya geguritan merupakan sebuah seni sastra berbentuk puisi yang ditulis dengan bahasa Jawa, Untuk menunjukkan keindahan geguritan, seorang pembawa akan membacakannya dengan gaya dan intonasi kata yang unik dan khas.
Geguritan ternyata juga mengikuti perkembangan jaman. Ini terlihat dari berbagai karya yang masih dituliskan sampai saat ini dengan tema yang bervariasi. Misalnya tentang keindahan alam, budaya, kebersihan, percintaan, dan lain-lain.
Ini berarti bahwa geguritan mampu mengikuti perkembangan jaman sesuai suasana kehidupan pada saat itu.
Daftar isi artikel
Pengertian geguritan
Seperti telah di singgung di atas geguritan berasal dari kata dasar “gurit” yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti coretan atau tatahan.
Dengan merujuk penjelasan tersebut geguritan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Geguritan adalah sebuah puisi berbahasa Jawa bermajas, yang pembawaannya dibacakan dengan gaya dan intonasi khas Jawa.
Contoh geguritan
Di bawah ini adalah contoh geguritan yang terdiri dari 2 bait dengan tema pergaulan anak muda jaman sekarang.
Sun nggegurit
Kahanan jaman sakiki (Keadaan jaman sekarang)
sipat pemudha-pemudhi (sifat pemuda dan pemudi)
srawungane saya ndadi (pergaulannya semakin menjadi)
raket wewekane sepi (akrab dengan suasana sepi)
tan kadi duk jaman nguni (tidak seperti jaman dahulu)
srawung sarwa ngati-ati (bergaul selalu berhati-hati)
Yen manut wasitaneng kuna (Jika menurut petunjuk jaman dahulu)
priya srawung lan wanita (pria bergaul dengan wanita)
gampang ketaman panggodha (mudah tergoda)
nerak ing laku susila (melanggar etika dan norma)
temah darbe jeneng ala (akhirnya memiliki nama buruk)
wusananing tibeng papa (akhirnya sengsara)
Sumber: Kapethik saka: Ngengrengan Kasusastran Jawa II, S. Padmosoekoco
9 unsur geguritan
Dengan mengamati dua bait di atas kita dapat menyimpulkan bahwa geguritan dibentuk dari beberapa unsur. Antara lain sebagai berikut:
1. Pesan
Dalam sebuah karya geguritan harus mengandung sebuah pesan. Tanpa adanya sebuah pesan di dalamnya, sebuah puisi akan terdengar ngelantur tak berbobot. Ini akan membuat pendengar tak mengerti apa yang disampaikan seorang penggurit.
2. Pemotongan kata/kalimat
Dalam istilah lain disebut enjambment. Sebuah geguritan tanpa adanya pemotongan kata, kalimat, atau frase mustahil akan menghasilkan keindahan.
Tujuan enjambment adalah untuk memberikan penekanan di kata atau kalimat tertentu yang berfungsi untuk menghubungkan ke kata berikutnya.
3. Pilihan kata
Pilihan kata dikenal dengan istilah “Diksi“. Untuk menghasilkan sebuah geguritan yang menarik dan indah harus pintar memilih kata yang tepat.
Dengan memilih kata yang tepat, pendengar atau pembaca akan terlarut lebih dalam memahaminya. Selain itu, dengan pemilihan kata yang tepat geguritan akan terdengar indah jika dibawakan maupun dibaca.
4. Gaya Bahasa
Dengan intonasi dan gaya bahasa yang pas geguritan akan terdengar lebih indah dan menarik pendengarnya.
Penekanan kata tertentu yang diluapkan dengan gaya bahasa yang pas akan semakin membuat sebuah geguritan semakin membawa emosi pendengarnya.
5. Imajinasi
Imajinasi sangat berperan penting dalam sebuah karya sastra. Karenanya, sebuah geguritan akan tercipta dengan indah jika dalam menulis si pengarang menajamkan imajinasinya
Ini merupakan salah satu tips bagaimana agar si pembaca atau pendengar mampu terlarut emosinya ketika membaca atau mendengarkannya.
6. Latar
Dengan memasukkan unsur latar, pembaca/pendengar akan mengetahui kapan dan di mana sesuatu itu terjadi.
Geguritan jenis ini biasanya menceritakan sebuah kejadian yang sudah terjadi, misalnya ketika masa kerajaan.
7. Perasaan
Dalam menciptakan sebuah geguritan, perasaan merupakan salah satu unsur penting yang akan mempengaruhi keindahannya.
Setiap orang memiliki perasaan bawaan yang unik. Dengan mencurahkan perasaan, akan banyak mempengaruhi keindahan karya gurit.
8. Rima
Rima adalah bentuk pengulangan bunyi awal, tengah, dan akhir. Dengan penempatan dan pemilihan rima yang tepat, geguritan akan semakin mencerminkan keindahannya.
9. Tema
Seperti layaknya karya sastra lainnya, sebuah karangan harus memiliki tema. Jadi, sebelum membuat geguritan, kita harus terlebih dahulu menentukan tema apa yang akan disampaikan.
Pemilihan tema yang tepat pendengar akan paham maksud maupun arah yang dibahas. Dengan begitu, mereka akan menerka-nerka apa tujuan geguritan tersebut.
Ciri-Ciri Geguritan
Mungkin anda pernah bingung antara geguritan, tembang maupun karya sastra Jawa yang lain. Secara sekilas mungkin iya, namun jika anda mau memperhatikan lebih jeli, ada ciri-ciri khusus geguritan, antara lain sebagai berikut:
Geguritan memiliki ciri-ciri, yaitu:
- Bahasa indah dan sopan karena menggunakan pemilihan kata yang tepat.
- Menggunakan aturan dasar seperti guru wilangan, guru lagu, dan guru gatra.
- Menggunakan kalimat bermajas yang indah.
- Pengarang anonim.
Pelajari juga:
- 3 Tembang Jawa
- Tembung Dasanama
- Arane Dina, Pasaran, Wuku, Sasi, Wilangan, Wayah, Kiblat, Bocah, Sedulur, Turun, lan Watak
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai geguritan, silahkan terus ikuti update artikel belajar bahasa Jawa dengan mengunjungi kawruhbasa.com atau ikuti kami di Google News