Kawruhbasa.com – Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa yang banyak digunakan di Indonesia, terutama di wilayah Jawa. Bahasa peninggalan nenek moyang orang Jawa ini memiliki tiga jenis bahasa, yaitu Ngoko, Krama, dan Halus. Masing-masing bahasa memiliki aturan tata bahasa, kosakata, dan konjugasi yang berbeda-beda. Karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara ketiga bahasa ini agar dapat menggunakan bahasa yang tepat dalam situasi yang sesuai.
Dalam artikel ini, kami akan membahas perbedaan antara Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari. Kami akan menjelaskan secara detail tentang masing-masing bahasa, perbedaan antara ketiganya, serta bagaimana menggunakan bahasa tersebut dengan tepat dalam situasi yang berbeda. Diharapkan artikel ini dapat membantu pembaca untuk memahami perbedaan antara ketiga bahasa tersebut dan menggunakannya dengan tepat sesuai konteks.
Daftar isi artikel
Apa itu Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus?
Ngoko, Krama, dan halus merupakan bagian penting dalam penggunaannya. Dengan memahami ketiganya kita dapat berbicara dengan tepat menurut situasi dan kondisi dan siapa lawan bicara kita.
Bahasa Jawa Ngoko
Bahasa Ngoko adalah bahasa yang umum digunakan dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat Jawa antara seseorang dengan orang yang seusia dan sudah akrab atau dekat. Bahasa ini memiliki kosakata yang lebih sederhana dan konjugasi yang lebih mudah dibandingkan dengan Krama dan Halus.
Bahasa Ngoko biasa digunakan dalam situasi santai dan informal yang memiliki ciri khas penggunaan kata-kata sederhana dan pengucapan yang santai. Biasanya, digunakan dalam percakapan dengan teman, keluarga, atau orang yang lebih muda.
Namun, perlu diingat bahwa penggunaan bahasa Jawa Ngoko harus disesuaikan dengan situasi dan konteks yang tepat. Terlalu banyak menggunakan bahasa Ngoko dalam situasi formal atau di hadapan orang yang lebih tua atau yang seharusnya dihormati dapat dianggap kurang sopan atau tidak pantas.
Untuk menghindari kesalahan dalam menggunakan bahasa Ngoko, disarankan untuk mempelajari kosakata dan tata bahasa yang tepat serta mengamati contoh penggunaan bahasa Ngoko dalam situasi yang tepat.
Bahasa Jawa Krama
Bahasa Jawa Krama adalah bahasa yang digunakan dalam situasi formal atau resmi, seperti dalam pertemuan bisnis atau acara resmi. Bahasa ini memiliki kosakata yang lebih kaya dan kompleks dibandingkan dengan bahasa Ngoko. Konjugasi dalam bahasa Krama juga lebih rumit dan formal.
Contoh penggunaan bahasa Krama adalah “Sugeng dalu” yang artinya “Selamat malam” dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Krama juga digunakan untuk menghormati orang yang lebih tua, berstatus sosial lebih tinggi, atau memiliki kedudukan yang lebih penting.
Ciri khas dari Bahasa Jawa Krama adalah penggunaan kata ganti orang kedua yang berbeda dengan Bahasa Ngoko. Kata ganti “kowe” yang digunakan dalam Bahasa Ngoko diganti menjadi “sampeyan” dalam Bahasa Krama.
Penggunaan Bahasa Krama yang tepat dapat mencerminkan rasa sopan santun dan penghormatan terhadap lawan bicara. Namun, penggunaan Bahasa Krama yang berlebihan dalam situasi yang tidak tepat juga dapat dianggap sebagai perilaku yang sombong atau mengesankan diri.
Contoh: “Kula nembe dhahar” (Saya baru makan)
Kalimat di atas adalah contoh penggunaan bahasa krama yang salah, karena dalam aturannya, diri sendiri tidak boleh dibahasakan krama, karena filosofi orang Jawa tidak boleh meninggikan diri-sendiri di harapan orang lain.
Penggunaan bahasa krama yang tepat adalah: “Kula nembe mangan” (Saya baru makan)
Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks dan situasi yang tepat untuk menggunakan Bahasa Krama.
Bahasa Jawa Halus (Krama Inggil)
Bahasa Jawa Halus atau dikenal juga sebagai Bahasa Krama Inggil merupakan bahasa yang digunakan dalam situasi formal atau penghormatan. Bahasa ini biasanya digunakan dalam acara resmi seperti upacara adat, pidato, atau dalam situasi pertemuan dengan orang yang lebih tua atau lebih berstatus tinggi.
Bahasa krama inggil memiliki kosakata yang lebih banyak dan kaya akan bentuk penghormatan, sehingga sering dianggap lebih sulit dipelajari dibandingkan Bahasa Ngoko atau Krama. Selain itu, Bahasa Halus juga memiliki tata bahasa dan kaidah-kaidah yang lebih ketat dibandingkan dengan Bahasa Ngoko dan Krama.
Penggunaan Bahasa Halus dapat menunjukkan rasa hormat dan sopan santun terhadap orang yang diajak berbicara. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menggunakan Bahasa Halus dengan benar terutama dalam situasi formal atau ketika berbicara dengan orang yang lebih senior atau berstatus lebih tinggi.
Ketiga bahasa ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dan penting untuk dipahami dalam konteks yang berbeda. Dalam artikel ini, kami akan membahas perbedaan kosakata, konjugasi, dan tata bahasa antara ketiga bahasa tersebut serta memberikan contoh penggunaannya dalam situasi yang berbeda.
Baca juga Pelajari Bahasa Jawa dan Artinya: Pengenalan, Struktur, dan Kosakata
Perbedaan antara Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus
Ketiga bahasa Jawa ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam hal kosakata, konjugasi, dan tata bahasa. Berikut adalah beberapa perbedaan antara Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus:
- Kosakata
Kosakata dalam Bahasa Ngoko lebih sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Contohnya adalah “aku” yang artinya “saya” dalam bahasa Indonesia. Sedangkan dalam Bahasa Krama, kosakata lebih kompleks dan formal, seperti penggunaan kata “kula” yang artinya “saya” dalam bahasa Indonesia. Sementara dalam Bahasa Halus, kosakata sangat kompleks dan formal, seperti penggunaan kata “kandhika” yang artinya “saya” dalam bahasa Indonesia.
- Konjugasi
Konjugasi dalam Bahasa Jawa Ngoko lebih sederhana dan mudah dibandingkan dengan Bahasa Krama dan Halus.
Contohnya dalam konjugasi kata kerja “mangan” yang artinya “makan” dalam bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Ngoko, kata kerja tersebut dikonjugasi menjadi “mangan” sedangkan dalam Bahasa Krama menjadi “manganen” dan dalam Bahasa Halus menjadi “mangandika”.
- Tata Bahasa
Tata bahasa dalam Bahasa Jawa Ngoko lebih sederhana dibandingkan dengan Bahasa Krama dan Halus.
Contohnya, dalam Bahasa Ngoko tidak memerlukan kata “kuwi” yang artinya “itu” dalam bahasa Indonesia saat menyatakan suatu objek. Sedangkan dalam Bahasa Krama dan Halus, penggunaan kata “kuwi” (dalam bahasa halus “niku”) tersebut menjadi penting dalam menyatakan objek dengan benar.
Perbedaan-perbedaan tersebut penting untuk dipahami agar dapat menggunakan Bahasa dengan tepat dan sesuai konteks.
Contoh penggunaan yang tepat dalam konteks yang berbeda
Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dapat digunakan dalam pergaulan sehari-hari, tergantung pada situasi dan lawan bicara yang akan diajak berbicara. Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari:
- Bahasa Jawa Ngoko
Bahasa Jawa Ngoko digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya, kerabat, atau orang yang lebih muda dari kita. Beberapa contoh penggunaannya adalah:
- “Aku arep mangan.” (Saya mau makan)
- “Sugeng enjing.” (Selamat pagi)
- “Piyambakipun kersa ngombe.” (Dia bersedia minum.)
- Bahasa Jawa Krama
Bahasa Jawa Krama digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua, orang yang lebih berkuasa, atau dalam situasi formal. Beberapa contoh penggunaannya adalah:
- “Kula sampun dados prabu.” (Saya telah menjadi raja.)
- “Sugeng dalu.” (Selamat malam.)
- “Punika dados perwakilan saking masyarakat.” (Ini menjadi perwakilan dari masyarakat.)
- Bahasa Jawa Halus
Bahasa Jawa Halus digunakan untuk berbicara dalam situasi yang sangat formal atau resmi, seperti dalam acara upacara atau pidato. Beberapa contoh penggunaannya adalah:
- “Kandhika sampun dados Prabu.” (Saya telah menjadi Raja.)
- “Sugeng dalu.” (Selamat malam)
- “Kanthi idin palilah Pengeran.” (Dengan seizin Allah SWT.)
Penggunaan Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari dapat membantu menjalin komunikasi yang baik dan menghindari kesalahpahaman. Namun, perlu diingat bahwa penggunaannya harus disesuaikan dengan situasi dan lawan bicara yang akan diajak berbicara.
Pelajari juga Bahasa Jawa: Sejarah, Fungsi, Keunikan, kosakata, kamus, dan aplikasi
Contoh Situasi di Mana Penggunaan Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus yang Tepat
Berikut adalah beberapa contoh situasi di mana penggunaan Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus yang tepat:
- Situasi informal
Dalam situasi informal seperti saat berbicara dengan teman sebaya atau keluarga, penggunaan Bahasa Jawa Ngoko adalah yang paling tepat.
Misalnya saat meminta tolong kepada teman, “Aku ora ngerti, iso nggarapke PR-ku ora?” (Saya tidak mengerti, bisa mengerjakan PR-ku tidak?)
- Situasi formal
Dalam situasi formal seperti saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang lebih berkuasa, penggunaan Bahasa Jawa Krama adalah yang paling tepat.
Misalnya saat mengucapkan selamat ulang tahun kepada atasan, “Sugeng tanggap warsa. Mugi-mugi sampeyan sehat lan panjang umur.” (Selamat ulang tahun. Semoga Anda sehat dan panjang umur.)
- Situasi sangat formal
Dalam situasi sangat formal seperti saat pidato atau upacara, penggunaan Bahasa Jawa Halus adalah yang paling tepat.
Misalnya saat memberikan ucapan pasrah pada upacara pengantin Jawa, “Kanthi pepayung budi rahayu saha hangunjukaken raos syukur dhumateng Gusti.” (Dengan berpayung keselamatan dan rasa syukur kepada Allah)
Penggunaan Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus yang tepat akan membantu meningkatkan kesan yang baik dalam pergaulan sehari-hari. Namun, tetap disarankan untuk memahami situasi dan keadaan sebelum menggunakan Bahasa Ngoko, Krama, atau Halus.
Pentingnya memahami perbedaan dan menggunakan bahasa yang tepat sesuai konteks
Pemilihan jenis bahasa yang tepat sangat penting dalam budaya Jawa karena bahasa mencerminkan nilai-nilai budaya yang dipegang tinggi. Ketiga jenis bahasa yang berbeda, yaitu Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus, dapat digunakan dalam situasi-situasi yang berbeda.
Jika seseorang tidak memahami perbedaan antara ketiga jenis bahasa ini dan menggunakan bahasa yang salah dalam situasi yang tidak tepat, itu dapat dianggap sebagai tindakan tidak sopan dan tidak hormat. Sebaliknya, menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan situasi dan konteks dapat meningkatkan hubungan sosial dan memperlihatkan tingkat hormat yang lebih besar kepada lawan bicara.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang yang ingin berkomunikasi dalam budaya Jawa untuk mempelajari dan memahami perbedaan antara ketiga jenis bahasa ini dan menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan situasi dan konteks. Dalam hal ini, penggunaan bahasa yang tepat dapat membantu membangun hubungan sosial yang baik dan mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa yang dipegang tinggi.
Tips untuk menggunakan bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dengan benar
Berikut adalah beberapa tips untuk menggunakan Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dengan benar:
- Pahami situasi dan lawan bicara
Sebelum memutuskan memilih menggunakan Bahasa Ngoko, Krama, atau Halus, pastikan Anda harus memahami situasi dan lawan bicara. Jangan sampai penggunaan bahasa yang tidak tepat malah menimbulkan kesalahpahaman atau kesan yang buruk.
- Gunakan dengan proporsi yang tepat
Penggunaan Bahasa Ngoko, Krama, atau Halus harus disesuaikan dengan situasi dan lawan bicara. Jangan menggunakan Bahasa Ngoko di situasi formal, atau sebaliknya, menggunakan Bahasa Jawa Halus di situasi informal.
- Pelajari kosa kata yang tepat
Setiap varian Bahasa Jawa memiliki kosa kata yang berbeda-beda. Sebelum menggunakan Bahasa Ngoko, Krama, atau Halus, pastikan Anda mempelajari kosa kata yang tepat untuk varian Bahasa yang akan digunakan.
- Praktekkan penggunaan secara teratur
Untuk memperbaiki kemampuan menggunakan Bahasa Jawa Ngoko, Krama, atau Halus, praktekkan penggunaannya secara teratur. Bisa dengan berbicara dengan teman atau keluarga yang fasih menggunakan Bahasa Jawa, atau dengan memperbanyak membaca tulisan atau artikel dalam Bahasa ini.
- Jangan takut salah
Terakhir, jangan takut salah dalam menggunakan Bahasa Jawa. Kesalahan adalah hal yang wajar dalam proses belajar. Yang terpenting adalah niat untuk memperbaiki kemampuan menggunakan Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus secara terus-menerus.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, diharapkan penggunaan Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari dapat semakin baik dan benar.
Ringkasan
Bahasa Jawa adalah bahasa yang sangat kaya dan beragam. Dalam pergaulan sehari-hari, terdapat tiga bentuk bahasa yang digunakan, yaitu bahasa Ngoko, Krama, dan Halus. Berikut adalah ringkasan perbedaan antara ketiga jenis bahasa tersebut:
- Bahasa Ngoko: Bahasa ini biasanya digunakan dalam percakapan informal, seperti dengan teman sebaya atau keluarga. Bahasa ini tergolong kasar dan tidak sopan jika digunakan dalam situasi formal.
- Bahasa Krama: Bahasa ini digunakan dalam situasi formal atau dengan orang yang lebih tua atau berstatus lebih tinggi. Bahasa ini lebih sopan dan lebih hormat dibandingkan bahasa Ngoko.
- Bahasa Halus: Bahasa ini adalah bentuk bahasa paling formal dan paling hormat. Bahasa ini digunakan dalam situasi sangat resmi, seperti dalam upacara adat atau dalam pertemuan dengan orang yang sangat penting.
Pemilihan jenis bahasa yang tepat sangat penting dalam komunikasi dalam budaya Jawa. Penting untuk memahami perbedaan antara ketiga bentuk bahasa ini dan menggunakannya dengan benar sesuai dengan situasi dan konteks yang tepat.
Pelajari juga Mengenal Perbedaan dan Penggunaan Ngoko Alus dan Ngoko Lugu dalam Bahasa Jawa
130 Bahasa Indonesia/Bahasa Jawa Ngoko/Bahasa Jawa Krama
Agar anda lebih mudah menggunakan bahasa ngoko dan krama, di bawah ini kami sertakan 130 daftar kosakata Jawa, mulai dari bahasa Indonesia, ngoko, dan krama yang ditandai dengan garis miring.
- Ada / Ana / Wonten
- Air / Banyu / Toya
- Aku / Aku / Kula
- Anak / Lare / Putra
- Apa Kabar / Piye kabare / Pripun/Kadospundi / kabaripun
- Apa / apa / Menapa
- Atas / Nduwur / Nginggil
- Ayah / Bapak / Rama
- Bagaimana / Piye / Kadhospundi
- Bahagia / Seneng / Rahayu
- Baik / Apik / Sae
- Banyak / Akeh / Kathah
- Barangkali / Menawa / Menawi
- Baru / Anyar / Enggal
- Bawah / Ngisor / Ngandhap
- Beli / Tuku / Tumbas
- Belum / Durung / Dereng
- Berapa / Pira / Pinten
- Berhenti / Mangdheg / Kendhel
- Berjalan / Mlaku / Mlampah
- Besar / Gedhe / Ageng
- Besok / Sesuk / Mbenjang
- Betul / Bener / Leres
- Bicara / Omong / Ngendika
- Bilang / Ngomong / Dhawuh
- Bisa / Isa / Saget
- Cantik/Indah / Apik / Endah
- Cinta / Seneng / Tresna
- Dari / Seka / Saking
- Datang / Teka / Rawuh
- Dekat / Cedak / Celak
- Delapan / Wolu / Wolu
- Dengar / Krungu / Mireng
- Dia / Deweke / Piyambakipun
- Dimana / Ngendi / Wonten Pundhi
- Dingin / Adem / Asrep
- Disini / Nangkene / Wonten mriki
- Dua / Loro / Kalih
- Dua belas / Rolas / Kalih welas
- Dua Puluh / Rongpuluh / Kalih dasa
- Dua puluh satu / Selikur / Selikur
- Dua puluh dua / Rolikur / Kalih likur
- Dua ratus / Rongatus / Kalih atus
- Dua juta / Rong yuta / Kalih yuta
- Duduk / Lungguh / Lenggah, Pinarak
- Empat / Papat / Sekawan
- Empat belas / Patbelas / Sekawan welas
- Empat puluh / Patang puluh / Sekawan ndasa
- Empat ratus / Patang atus / Sekawan atus
- Empat juta / Patang yuta / Sekawan yuta
- Enam / Enem / Nenem
- Hari Ini / Dina iki/ Dinten menika
- Ibu / Ibu / Ibu
- Ini / Iki / Menika
- Itu / Kui / Niku
- Jalan / Dalan / Margi
- Jangan / Aja / Ampun
- Jauh / Adoh / Tebeh
- Jelek / Elek / Kirang sae
- Kalau, Jika / Menawa / Menawi
- Kamar Kecil / Mburi / Wingking
- Kami / Awake dhewe / Kita
- Kamu / Kowe / Panjenengan
- Kanan / Tengen / Kanan
- Kapan / Kapan / mbenjing menapa
- Karena / Sebabe/Merga / Amargi
- Kasih / Wenehi / Paringi
- Kecil / Cilik / Alit
- Ke / Menyang / Dhateng
- Kemarin / Wingi / Kalawingi
- Kira-Kira / Kira-Kira / Kinten-Kinten
- Kiri / Kiwa / Kering
- Laki-Laki / Lanang / Kakung
- Lapar / Ngelih / Luwe
- Lebih / Luwih / Langkung
- Lihat / Ndelok / Mirsani
- Lima / Lima / Gangsal
- Maaf / Ngapura / Ngapunten
- Mahal / Larang / Awis
- Makan / Mangan / Dhahar, Nedha
- Malam / Bengi / Dalu, Ndalu
- Mau / Gelem / Kersa
- Membuat / Nggawe / Ndamel, Damel
- Mengapa / Ngapa / Kados menapa
- Mengerti / Ngerti / Mangertos
- Minum / Ngombe / Ngunjuk
- Murah / Murah / Mirah
- Nama / Jeneng / Asma
- Orang / Uwong / Tiyang, Piyantun
- Pagi / Esuk / Enjing
- Panas / Panas / Benter
- Panjang / Dawa / Panjang
- Pendek / Cendhak / Cendhak
- Perempuan / Wedhok, Wadon / Estri
- Pergi / Lunga / Tindak
- Pikir / Pikir / Penggalih, Manah
- Potong / Tugel / Tinugel
- Punya / Duwe / Kagungan
- Sakit / Lara / Gerah
- Sama / Padha / Sami
- Sangat/Sekali / Banget / Sanget
- Satu / Siji / Setunggal
- Saya / Kula / Dalem
- Sebelas / Sewelas / Setunggal welas
- Sedikit / Sithik / Sakedhik
- Sekarang / Saiki / Sakmenika
- Selamat Jalan / Sugeng Tindak / Sugeng Tindak
- Sembilan / Sanga / Sanga
- Semua / Kabeh / Sedanten, Sedaya
- Sepuluh / Sepuluh / Sedasa
- Seratus / Satus / Setunggal atus
- Seribu / Sewu / Setunggal ewu
- Siang / Awan / Siang
- Siapa / Sapa / Sinten
- Silahkan / Mangga / Sumangga
- Suka / Seneng / Remen
- Tahu / Ngerti / Ngertos
- Terima Kasih / Maturnuwun / Matursuwun
- Tetapi / Mergane / Amargi
- Tidak / Ora / Mboten
- Tiga / Telu / Tigo
- Tigabelas / Telulas / Tiga welas
- Tiga puluh / Telung puluh / Tigang ndasa
- Tiga ratus / Telung atus / Tigang atus
- Tiga juta / Telung yuta / Tigang yuta
- Tua / Tuwa / Sepuh
- Tujuh / Pitu /Pitu
- Uang / Dhuwit / Arta
- Yang Mana / Sing endi / Ingkangpundhi
- Ya / Yoh / Inggih, Injih
Selengkapnya baca Tabel daftar Bahasa Jawa dan Artinya dalam bahasa Indonesia
Sumber-sumber bacaan dan rujukan tentang Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus, terdapat berbagai sumber bacaan dan rujukan yang bisa dijadikan acuan. Beberapa di antaranya adalah:
- Kamus Bahasa Jawa: Terdapat berbagai kamus yang bisa dijadikan referensi, seperti Kamus Bahasa Jawa Kontemporer, Kamus Besar Bahasa Jawa, dan sebagainya. Kamus ini bisa membantu mempelajari kosakata dan arti kata dalam Bahasa Jawa.
- Buku Panduan Bahasa Jawa: Terdapat berbagai buku panduan tentang Bahasa Jawa, seperti “Panduan Praktis Berbahasa Jawa” atau “Bahasa Jawa dalam Sehari-hari”. Buku-buku ini berisi contoh penggunaan Basa Jawa dalam situasi-situasi sehari-hari beserta penjelasan mengenai perbedaan antara Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus.
- Situs web dan forum Bahasa Jawa: Terdapat berbagai situs web dan forum yang menyediakan informasi tentang Bahasa Jawa, seperti kosakata, tata bahasa, dan contoh penggunaan dalam situasi sehari-hari. Beberapa di antaranya adalah “Kangmas Jawa”, “Jawapos”, dan “Kompasiana”.
- Media sosial: Terdapat berbagai akun media sosial yang membahas Bahasa Jawa, seperti “Kulon Progo Kekinian” atau “Jogja Ngoko”. Melalui akun media sosial ini, seseorang bisa memperoleh informasi atau memperluas jaringan dengan penggunaan lainnya.
Dengan memanfaatkan sumber-sumber bacaan dan rujukan tersebut, seseorang dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus.
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai “Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari”, semoga menambah wawasan. Kunjungi terus Kawruhbasa.com agar tidak ketinggalan artikel terbaru, atau ikuti kami di Google News