Kawruhbasa.com – Purwakanthi berasal dari dua kata, yaitu purwa yang berarti wiwitan (permulaan) dan kanthi berarti dengan, menggunakan, berhubungan dengan yang depan, atau berhubungan dengan suara belakang yang sudah disebutkan di kalimat atau kata sebelumnya (depan).
Dalam bahasa Jawa Purwakanthi saka tembung purwa tegese wiwitan, lan kanthi tegese karo, nganggo, gandheng.
Pengertian Purwakanthi yaiku gandheng karo sing ngarep, utawa gandheng swara kang mburi karo swara kang wis kasebut ing perangan ngarep.
Daftar isi artikel
Pengertian Purwakanthi
Dalam Bahasa Jawa Purwakanthi adalah sebuah istilah atau kata yang ditonjolkan pada sebuah persamaan bunyi, atau dalam bahasa Indonesia disebut rima dalam kalimat. Purwakanthi sering digunakan untuk mempelajari bahasa dan sastra Jawa lebih mendalam.
Purwakanthi yaitu adanya sebuah kesamaan bunyi (rima) dalam kalimat. Mengutip dari buku Kawruh Sapala Basa oleh Sukiyat B.A, purwakanthi merupakan istilah memusatkan pada bunyi yang ada dalam bahasa dan sastra Jawa.
Adapun rima yang dimaksud yaitu kesamaan atau kemiripan bunyi atau suku kata dalam suatu kalimat. Purwakanthi merupakan kesamaan suku kata bagian belakang yang berhubungan atau berkaitan dengan kata yang sudah disebut pada bagian awal kalimat.
Pelajari juga Parikan: Pengertian lengkap dengan contohnya 2 baris dan 4 baris
Jenis Purwakanthi
Menurut penggunaannya, dalam bahasa Jawa purwakanthi di bagi menjadi 3, yaitu:
- Purwakanthi guru swara
- Purwakanthi guru sastra
- Purwakanthi basa (Purwakanthi lumaksita)
Ketiga jenis Purwakanthi di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Purwakanthi Guru Swara
Seperti sebutannya, guru sudah jelas artinya dan swara dalam bahasa Indonesia berarti suara atau bisa disebut asonansi. Padmosoekotjo mengatatakan bahwa purwakanthi guru swara yaitu purwakanthi ciri, rumus atau patokannya berdasarkan pada suara atau vokal.
Gorys Keraf (2006: 130) mendefinisikan asonansi merupakan gaya bahasa berbentuk pengulangan bunyi vokal yang sama untuk memperoleh efek penekanan atau keindahan.
Sedangkan Ali Imron Al Ma’ruf (2009: 47), mengartikan asonansi sebagai pengulangan bunyi vokal pada rangkaian kata yang berdekatan dalam satu baris kalimat.
Contoh Purwakanthi guru swara
- Ana rina ana sega
- Ana awan ana pangan
- Ora uwur ora sembur
- Negara mawa tata, desa mawa cara
- Tamba teka, lara lunga
- Jago kate wanine ana omahe dhewe
- Wong cilik, gaweane iplik, bayarane sethithik
- Kembang terong, gelem ngesong suthik kelong
- Tuna satak bathi sanak
- Becik ketitik ala ketara
- Gemi nastiti ngati-ati
- Entek amek, kurang golek
2. Purwakanthi Guru Sastra
Jenis kedua ini berlawanan dengan purwakanthi sebelumnya, jika guru swara memiliki ciri, rumus dan patokannya berdasarkan pada suara atau vokal, sedangkan purwakanthi guru sastra ciri, rumus dan patokannya berdasarkan huruf konsonan. Dalam bahasa Indonesia Purwakanthi guru sastra juga sering disebut dengan isitlah aliterasi.
Menurut Gorys Keraf, aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berbentuk pengulangan bunyi konsonan yang sama untuk memberi penekanan atau untuk sekedar asesoris bahasa agar sebuah kalimat menjadi lebih menarik dan indah.
Sedangkan menurut Ali Imron Al Ma’ruf aliterasi adalah sebuah pengulangan bunyi konsonan yang sama pada rangkaian kata yang berdekatan dalam satu baris kalimat.
Contoh Purwakanthi guru sastra
- Sluman slumun slamet
- Tata titi tata titis
- Pak Kerta tuku kertu dhuwite kertas. numpak kreta liwat kreteg Kertasana
- Siswa wasis wajib asung wewarah
- Rarah, ririh, ruruh, ngarah-arah
- Mingkar ,mingkuring angkara
- Ketula tula katali
- Ma lima yaiku: madat, madon, main, maling, minum
Pelajari juga Unggah ungguh Basa Jawa
3. Purwakanthi Basa (Purwakanthi Lumaksita)
Menurut Padmosoekotjo, Purwakanthi basa atau ada juga yang menyebutnya purwakanthi lumaksita adalah sebuah pengulangan kata yang sebelumnya telah disebutkan pada bagian awal kalimat, sehingga kata tersebut seakan-akan berjalan. Ciri purwakanthi basa yang paling mudah dilihat adalah umumnya kata terakhir pada kalimat pertama digunakan sebagai kata pertama pada kalimat kedua, atau satu kosakata Jawa yang sama disebutkan terus pada kalimat-kalimat berikutnya.
Dalam bahasa Indonesia, purwakanthi lumaksita disebut juga sebagai anadiplosis.
Menurut Adi WW (2003: 61) purwakanthi basa merupakan sebuah persajakan berdasarkan persamaan kata, suku kata akhir dengan suku kata awal yang berturutan dalam satu baris atau bait.
Sedangkan Gorys Keraf mendefinisikan bahwa anadiplosis adalah kata atau frasa terakhir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frasa pertama dari kalimat berikutnya.
Contoh Purwakanthi guru Basa (Lumaksita)
- Kolik priya, priyagung Anjani putra
- Bayem arda, ardane ngrasuk busana
- Jarwa roga, roganing driya wis sirna
- Jarwa nendra, nendraning Sang Prabu Kresna
- Mong ing tirta, tirta kandheg ing samodra
- Timun, monte, tela, lodheh, dhedhem, hemper, perot, roti
Pelajari juga Paramasastra Basa Jawa
Kesimpulan
Purwakanthi berasal dari kata purwa yang berarti wiwitan (permulaan) dan kanthi berarti dengan, suara yang berhubungan dengan suku kata belakang yang sudah disebutkan di kalimat sebelumnya. Purwakanthi adalah sebuah istilah atau kata yang ditonjolkan pada sebuah persamaan bunyi, atau dalam bahasa Indonesia disebut rima dalam kalimat.
Jenis purwakanthi ada 3, yaitu: Purwakanthi guru swara, Purwakanthi guru sastra, Purwakanthi basa (Purwakanthi lumaksita).