Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari

Avatar of Supriyadi Pro

- Author

Jumat, 26 Juli 2024 - 07:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kawruhbasa.com – Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa yang banyak digunakan di Indonesia, terutama di wilayah Jawa. Bahasa peninggalan nenek moyang orang Jawa ini memiliki tiga jenis bahasa, yaitu Ngoko, Krama, dan Halus. Masing-masing bahasa memiliki aturan tata bahasa, kosakata, dan konjugasi yang berbeda-beda. Karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara ketiga bahasa ini agar dapat menggunakan bahasa yang tepat dalam situasi yang sesuai.

Dalam artikel ini, kami akan membahas perbedaan antara Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari. Kami akan menjelaskan secara detail tentang masing-masing bahasa, perbedaan antara ketiganya, serta bagaimana menggunakan bahasa tersebut dengan tepat dalam situasi yang berbeda. Diharapkan artikel ini dapat membantu pembaca untuk memahami perbedaan antara ketiga bahasa tersebut dan menggunakannya dengan tepat sesuai konteks.

Apa itu Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus?

bahasa jawa
Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari 2

Ngoko, Krama, dan halus merupakan bagian penting dalam penggunaannya. Dengan memahami ketiganya kita dapat berbicara dengan tepat menurut situasi dan kondisi dan siapa lawan bicara kita.

Bahasa Jawa Ngoko

Bahasa Ngoko adalah bahasa yang umum digunakan dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat Jawa antara seseorang dengan orang yang seusia dan sudah akrab atau dekat. Bahasa ini memiliki kosakata yang lebih sederhana dan konjugasi yang lebih mudah dibandingkan dengan Krama dan Halus.

Bahasa Ngoko biasa digunakan dalam situasi santai dan informal yang memiliki ciri khas penggunaan kata-kata sederhana dan pengucapan yang santai. Biasanya, digunakan dalam percakapan dengan teman, keluarga, atau orang yang lebih muda.

Namun, perlu diingat bahwa penggunaan bahasa Jawa Ngoko harus disesuaikan dengan situasi dan konteks yang tepat. Terlalu banyak menggunakan bahasa Ngoko dalam situasi formal atau di hadapan orang yang lebih tua atau yang seharusnya dihormati dapat dianggap kurang sopan atau tidak pantas.

Untuk menghindari kesalahan dalam menggunakan bahasa Ngoko, disarankan untuk mempelajari kosakata dan tata bahasa yang tepat serta mengamati contoh penggunaan bahasa Ngoko dalam situasi yang tepat.

Bahasa Jawa Krama

Bahasa Jawa Krama adalah bahasa yang digunakan dalam situasi formal atau resmi, seperti dalam pertemuan bisnis atau acara resmi. Bahasa ini memiliki kosakata yang lebih kaya dan kompleks dibandingkan dengan bahasa Ngoko. Konjugasi dalam bahasa Krama juga lebih rumit dan formal.

Contoh penggunaan bahasa Krama adalah “Sugeng dalu” yang artinya “Selamat malam” dalam bahasa Indonesia.

Bahasa Krama juga digunakan untuk menghormati orang yang lebih tua, berstatus sosial lebih tinggi, atau memiliki kedudukan yang lebih penting.

Ciri khas dari Bahasa Jawa Krama adalah penggunaan kata ganti orang kedua yang berbeda dengan Bahasa Ngoko. Kata ganti “kowe” yang digunakan dalam Bahasa Ngoko diganti menjadi “sampeyan” dalam Bahasa Krama.

Penggunaan Bahasa Krama yang tepat dapat mencerminkan rasa sopan santun dan penghormatan terhadap lawan bicara. Namun, penggunaan Bahasa Krama yang berlebihan dalam situasi yang tidak tepat juga dapat dianggap sebagai perilaku yang sombong atau mengesankan diri.

Contoh: “Kula nembe dhahar” (Saya baru makan)

Kalimat di atas adalah contoh penggunaan bahasa krama yang salah, karena dalam aturannya, diri sendiri tidak boleh dibahasakan krama, karena filosofi orang Jawa tidak boleh meninggikan diri-sendiri di harapan orang lain.

Penggunaan bahasa krama yang tepat adalah: “Kula nembe mangan” (Saya baru makan)

Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks dan situasi yang tepat untuk menggunakan Bahasa Krama.

Bahasa Jawa Halus (Krama Inggil)

Bahasa Jawa Halus atau dikenal juga sebagai Bahasa Krama Inggil merupakan bahasa yang digunakan dalam situasi formal atau penghormatan. Bahasa ini biasanya digunakan dalam acara resmi seperti upacara adat, pidato, atau dalam situasi pertemuan dengan orang yang lebih tua atau lebih berstatus tinggi.

Bahasa krama inggil memiliki kosakata yang lebih banyak dan kaya akan bentuk penghormatan, sehingga sering dianggap lebih sulit dipelajari dibandingkan Bahasa Ngoko atau Krama. Selain itu, Bahasa Halus juga memiliki tata bahasa dan kaidah-kaidah yang lebih ketat dibandingkan dengan Bahasa Ngoko dan Krama.

Penggunaan Bahasa Halus dapat menunjukkan rasa hormat dan sopan santun terhadap orang yang diajak berbicara. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menggunakan Bahasa Halus dengan benar terutama dalam situasi formal atau ketika berbicara dengan orang yang lebih senior atau berstatus lebih tinggi.

Ketiga bahasa ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dan penting untuk dipahami dalam konteks yang berbeda. Dalam artikel ini, kami akan membahas perbedaan kosakata, konjugasi, dan tata bahasa antara ketiga bahasa tersebut serta memberikan contoh penggunaannya dalam situasi yang berbeda.

Baca juga Pelajari Bahasa Jawa dan Artinya: Pengenalan, Struktur, dan Kosakata

Perbedaan antara Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus

Ketiga bahasa Jawa ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam hal kosakata, konjugasi, dan tata bahasa. Berikut adalah beberapa perbedaan antara Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus:

  1. Kosakata

Kosakata dalam Bahasa Ngoko lebih sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.

Contohnya adalah “aku” yang artinya “saya” dalam bahasa Indonesia. Sedangkan dalam Bahasa Krama, kosakata lebih kompleks dan formal, seperti penggunaan kata “kula” yang artinya “saya” dalam bahasa Indonesia. Sementara dalam Bahasa Halus, kosakata sangat kompleks dan formal, seperti penggunaan kata “kandhika” yang artinya “saya” dalam bahasa Indonesia.

  1. Konjugasi

Konjugasi dalam Bahasa Jawa Ngoko lebih sederhana dan mudah dibandingkan dengan Bahasa Krama dan Halus.

Contohnya dalam konjugasi kata kerja “mangan” yang artinya “makan” dalam bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Ngoko, kata kerja tersebut dikonjugasi menjadi “mangan” sedangkan dalam Bahasa Krama menjadi “manganen” dan dalam Bahasa Halus menjadi “mangandika”.

  1. Tata Bahasa

Tata bahasa dalam Bahasa Jawa Ngoko lebih sederhana dibandingkan dengan Bahasa Krama dan Halus.

Contohnya, dalam Bahasa Ngoko tidak memerlukan kata “kuwi” yang artinya “itu” dalam bahasa Indonesia saat menyatakan suatu objek. Sedangkan dalam Bahasa Krama dan Halus, penggunaan kata “kuwi” (dalam bahasa halus “niku”) tersebut menjadi penting dalam menyatakan objek dengan benar.

Perbedaan-perbedaan tersebut penting untuk dipahami agar dapat menggunakan Bahasa dengan tepat dan sesuai konteks.

Contoh penggunaan yang tepat dalam konteks yang berbeda

Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dapat digunakan dalam pergaulan sehari-hari, tergantung pada situasi dan lawan bicara yang akan diajak berbicara. Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari:

  1. Bahasa Jawa Ngoko

Bahasa Jawa Ngoko digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya, kerabat, atau orang yang lebih muda dari kita. Beberapa contoh penggunaannya adalah:

  • “Aku arep mangan.” (Saya mau makan)
  • “Sugeng enjing.” (Selamat pagi)
  • “Piyambakipun kersa ngombe.” (Dia bersedia minum.)
  1. Bahasa Jawa Krama

Bahasa Jawa Krama digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua, orang yang lebih berkuasa, atau dalam situasi formal. Beberapa contoh penggunaannya adalah:

  • “Kula sampun dados prabu.” (Saya telah menjadi raja.)
  • “Sugeng dalu.” (Selamat malam.)
  • “Punika dados perwakilan saking masyarakat.” (Ini menjadi perwakilan dari masyarakat.)
  1. Bahasa Jawa Halus

Bahasa Jawa Halus digunakan untuk berbicara dalam situasi yang sangat formal atau resmi, seperti dalam acara upacara atau pidato. Beberapa contoh penggunaannya adalah:

  • “Kandhika sampun dados Prabu.” (Saya telah menjadi Raja.)
  • “Sugeng dalu.” (Selamat malam)
  • “Kanthi idin palilah Pengeran.” (Dengan seizin Allah SWT.)

Penggunaan Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari dapat membantu menjalin komunikasi yang baik dan menghindari kesalahpahaman. Namun, perlu diingat bahwa penggunaannya harus disesuaikan dengan situasi dan lawan bicara yang akan diajak berbicara.

Pelajari juga Bahasa Jawa: Sejarah, Fungsi, Keunikan, kosakata, kamus, dan aplikasi

Contoh Situasi di Mana Penggunaan Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus yang Tepat

Berikut adalah beberapa contoh situasi di mana penggunaan Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus yang tepat:

  1. Situasi informal

Dalam situasi informal seperti saat berbicara dengan teman sebaya atau keluarga, penggunaan Bahasa Jawa Ngoko adalah yang paling tepat.

Misalnya saat meminta tolong kepada teman, “Aku ora ngerti, iso nggarapke PR-ku ora?” (Saya tidak mengerti, bisa mengerjakan PR-ku tidak?)

  1. Situasi formal

Dalam situasi formal seperti saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang lebih berkuasa, penggunaan Bahasa Jawa Krama adalah yang paling tepat.

Misalnya saat mengucapkan selamat ulang tahun kepada atasan, “Sugeng tanggap warsa. Mugi-mugi sampeyan sehat lan panjang umur.” (Selamat ulang tahun. Semoga Anda sehat dan panjang umur.)

  1. Situasi sangat formal

Dalam situasi sangat formal seperti saat pidato atau upacara, penggunaan Bahasa Jawa Halus adalah yang paling tepat.

Misalnya saat memberikan ucapan pasrah pada upacara pengantin Jawa, “Kanthi pepayung budi rahayu saha hangunjukaken raos syukur dhumateng Gusti.” (Dengan berpayung keselamatan dan rasa syukur kepada Allah)

Penggunaan Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus yang tepat akan membantu meningkatkan kesan yang baik dalam pergaulan sehari-hari. Namun, tetap disarankan untuk memahami situasi dan keadaan sebelum menggunakan Bahasa Ngoko, Krama, atau Halus.

Pentingnya memahami perbedaan dan menggunakan bahasa yang tepat sesuai konteks

Pemilihan jenis bahasa yang tepat sangat penting dalam budaya Jawa karena bahasa mencerminkan nilai-nilai budaya yang dipegang tinggi. Ketiga jenis bahasa yang berbeda, yaitu Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus, dapat digunakan dalam situasi-situasi yang berbeda.

Jika seseorang tidak memahami perbedaan antara ketiga jenis bahasa ini dan menggunakan bahasa yang salah dalam situasi yang tidak tepat, itu dapat dianggap sebagai tindakan tidak sopan dan tidak hormat. Sebaliknya, menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan situasi dan konteks dapat meningkatkan hubungan sosial dan memperlihatkan tingkat hormat yang lebih besar kepada lawan bicara.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang yang ingin berkomunikasi dalam budaya Jawa untuk mempelajari dan memahami perbedaan antara ketiga jenis bahasa ini dan menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan situasi dan konteks. Dalam hal ini, penggunaan bahasa yang tepat dapat membantu membangun hubungan sosial yang baik dan mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa yang dipegang tinggi.

Tips untuk menggunakan bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dengan benar

Berikut adalah beberapa tips untuk menggunakan Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dengan benar:

  1. Pahami situasi dan lawan bicara

Sebelum memutuskan memilih menggunakan Bahasa Ngoko, Krama, atau Halus, pastikan Anda harus memahami situasi dan lawan bicara. Jangan sampai penggunaan bahasa yang tidak tepat malah menimbulkan kesalahpahaman atau kesan yang buruk.

  1. Gunakan dengan proporsi yang tepat

Penggunaan Bahasa Ngoko, Krama, atau Halus harus disesuaikan dengan situasi dan lawan bicara. Jangan menggunakan Bahasa Ngoko di situasi formal, atau sebaliknya, menggunakan Bahasa Jawa Halus di situasi informal.

  1. Pelajari kosa kata yang tepat

Setiap varian Bahasa Jawa memiliki kosa kata yang berbeda-beda. Sebelum menggunakan Bahasa Ngoko, Krama, atau Halus, pastikan Anda mempelajari kosa kata yang tepat untuk varian Bahasa yang akan digunakan.

  1. Praktekkan penggunaan secara teratur

Untuk memperbaiki kemampuan menggunakan Bahasa Jawa Ngoko, Krama, atau Halus, praktekkan penggunaannya secara teratur. Bisa dengan berbicara dengan teman atau keluarga yang fasih menggunakan Bahasa Jawa, atau dengan memperbanyak membaca tulisan atau artikel dalam Bahasa ini.

  1. Jangan takut salah

Terakhir, jangan takut salah dalam menggunakan Bahasa Jawa. Kesalahan adalah hal yang wajar dalam proses belajar. Yang terpenting adalah niat untuk memperbaiki kemampuan menggunakan Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus secara terus-menerus.

Dengan mengikuti tips-tips di atas, diharapkan penggunaan Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari dapat semakin baik dan benar.

Ringkasan

Bahasa Jawa adalah bahasa yang sangat kaya dan beragam. Dalam pergaulan sehari-hari, terdapat tiga bentuk bahasa yang digunakan, yaitu bahasa Ngoko, Krama, dan Halus. Berikut adalah ringkasan perbedaan antara ketiga jenis bahasa tersebut:

  • Bahasa Ngoko: Bahasa ini biasanya digunakan dalam percakapan informal, seperti dengan teman sebaya atau keluarga. Bahasa ini tergolong kasar dan tidak sopan jika digunakan dalam situasi formal.
  • Bahasa Krama: Bahasa ini digunakan dalam situasi formal atau dengan orang yang lebih tua atau berstatus lebih tinggi. Bahasa ini lebih sopan dan lebih hormat dibandingkan bahasa Ngoko.
  • Bahasa Halus: Bahasa ini adalah bentuk bahasa paling formal dan paling hormat. Bahasa ini digunakan dalam situasi sangat resmi, seperti dalam upacara adat atau dalam pertemuan dengan orang yang sangat penting.

Pemilihan jenis bahasa yang tepat sangat penting dalam komunikasi dalam budaya Jawa. Penting untuk memahami perbedaan antara ketiga bentuk bahasa ini dan menggunakannya dengan benar sesuai dengan situasi dan konteks yang tepat.

Pelajari juga Mengenal Perbedaan dan Penggunaan Ngoko Alus dan Ngoko Lugu dalam Bahasa Jawa

130 Bahasa Indonesia/Bahasa Jawa Ngoko/Bahasa Jawa Krama

Agar anda lebih mudah menggunakan bahasa ngoko dan krama, di bawah ini kami sertakan 130 daftar kosakata Jawa, mulai dari bahasa Indonesia, ngoko, dan krama yang ditandai dengan garis miring.

  1. Ada / Ana / Wonten
  2. Air / Banyu / Toya
  3. Aku / Aku / Kula
  4. Anak / Lare / Putra
  5. Apa Kabar / Piye kabare / Pripun/Kadospundi / kabaripun
  6. Apa / apa / Menapa
  7. Atas / Nduwur / Nginggil
  8. Ayah / Bapak / Rama
  9. Bagaimana / Piye / Kadhospundi
  10. Bahagia / Seneng / Rahayu
  11. Baik / Apik / Sae
  12. Banyak / Akeh / Kathah
  13. Barangkali / Menawa / Menawi
  14. Baru / Anyar / Enggal
  15. Bawah / Ngisor / Ngandhap
  16. Beli / Tuku / Tumbas
  17. Belum / Durung / Dereng
  18. Berapa / Pira / Pinten
  19. Berhenti / Mangdheg / Kendhel
  20. Berjalan / Mlaku / Mlampah
  21. Besar / Gedhe / Ageng
  22. Besok / Sesuk / Mbenjang
  23. Betul / Bener / Leres
  24. Bicara / Omong / Ngendika
  25. Bilang / Ngomong / Dhawuh
  26. Bisa / Isa / Saget
  27. Cantik/Indah / Apik / Endah
  28. Cinta / Seneng / Tresna
  29. Dari / Seka / Saking
  30. Datang / Teka / Rawuh
  31. Dekat / Cedak / Celak
  32. Delapan / Wolu / Wolu
  33. Dengar / Krungu / Mireng
  34. Dia / Deweke / Piyambakipun
  35. Dimana / Ngendi / Wonten Pundhi
  36. Dingin / Adem / Asrep
  37. Disini / Nangkene / Wonten mriki
  38. Dua / Loro / Kalih
  39. Dua belas / Rolas / Kalih welas
  40. Dua Puluh / Rongpuluh / Kalih dasa
  41. Dua puluh satu / Selikur / Selikur
  42. Dua puluh dua / Rolikur / Kalih likur
  43. Dua ratus / Rongatus / Kalih atus
  44. Dua juta / Rong yuta / Kalih yuta
  45. Duduk / Lungguh / Lenggah, Pinarak
  46. Empat / Papat / Sekawan
  47. Empat belas / Patbelas / Sekawan welas
  48. Empat puluh / Patang puluh / Sekawan ndasa
  49. Empat ratus / Patang atus / Sekawan atus
  50. Empat juta / Patang yuta / Sekawan yuta
  51. Enam / Enem / Nenem
  52. Hari Ini / Dina iki/ Dinten menika
  53. Ibu / Ibu / Ibu
  54. Ini / Iki / Menika
  55. Itu / Kui / Niku
  56. Jalan / Dalan / Margi
  57. Jangan / Aja / Ampun
  58. Jauh / Adoh / Tebeh
  59. Jelek / Elek / Kirang sae
  60. Kalau, Jika / Menawa / Menawi
  61. Kamar Kecil / Mburi / Wingking
  62. Kami / Awake dhewe / Kita
  63. Kamu / Kowe / Panjenengan
  64. Kanan / Tengen / Kanan
  65. Kapan / Kapan / mbenjing menapa
  66. Karena / Sebabe/Merga / Amargi
  67. Kasih / Wenehi / Paringi
  68. Kecil / Cilik / Alit
  69. Ke / Menyang / Dhateng
  70. Kemarin / Wingi / Kalawingi
  71. Kira-Kira / Kira-Kira / Kinten-Kinten
  72. Kiri / Kiwa / Kering
  73. Laki-Laki / Lanang / Kakung
  74. Lapar / Ngelih / Luwe
  75. Lebih / Luwih / Langkung
  76. Lihat / Ndelok / Mirsani
  77. Lima / Lima / Gangsal
  78. Maaf / Ngapura / Ngapunten
  79. Mahal / Larang / Awis
  80. Makan / Mangan / Dhahar, Nedha
  81. Malam / Bengi / Dalu, Ndalu
  82. Mau / Gelem / Kersa
  83. Membuat / Nggawe / Ndamel, Damel
  84. Mengapa / Ngapa / Kados menapa
  85. Mengerti / Ngerti / Mangertos
  86. Minum / Ngombe / Ngunjuk
  87. Murah / Murah / Mirah
  88. Nama / Jeneng / Asma
  89. Orang / Uwong / Tiyang, Piyantun
  90. Pagi / Esuk / Enjing
  91. Panas / Panas / Benter
  92. Panjang / Dawa / Panjang
  93. Pendek / Cendhak / Cendhak
  94. Perempuan / Wedhok, Wadon / Estri
  95. Pergi / Lunga / Tindak
  96. Pikir / Pikir / Penggalih, Manah
  97. Potong / Tugel / Tinugel
  98. Punya / Duwe / Kagungan
  99. Sakit / Lara / Gerah
  100. Sama / Padha / Sami
  101. Sangat/Sekali / Banget / Sanget
  102. Satu / Siji / Setunggal
  103. Saya / Kula / Dalem
  104. Sebelas / Sewelas / Setunggal welas
  105. Sedikit / Sithik / Sakedhik
  106. Sekarang / Saiki / Sakmenika
  107. Selamat Jalan / Sugeng Tindak / Sugeng Tindak
  108. Sembilan / Sanga / Sanga
  109. Semua / Kabeh / Sedanten, Sedaya
  110. Sepuluh / Sepuluh / Sedasa
  111. Seratus / Satus / Setunggal atus
  112. Seribu / Sewu / Setunggal ewu
  113. Siang / Awan / Siang
  114. Siapa / Sapa / Sinten
  115. Silahkan / Mangga / Sumangga
  116. Suka / Seneng / Remen
  117. Tahu / Ngerti / Ngertos
  118. Terima Kasih / Maturnuwun / Matursuwun
  119. Tetapi / Mergane / Amargi
  120. Tidak / Ora / Mboten
  121. Tiga / Telu / Tigo
  122. Tigabelas / Telulas / Tiga welas
  123. Tiga puluh / Telung puluh / Tigang ndasa
  124. Tiga ratus / Telung atus / Tigang atus
  125. Tiga juta / Telung yuta / Tigang yuta
  126. Tua / Tuwa / Sepuh
  127. Tujuh / Pitu /Pitu
  128. Uang / Dhuwit / Arta
  129. Yang Mana / Sing endi / Ingkangpundhi
  130. Ya / Yoh / Inggih, Injih

Selengkapnya baca Tabel daftar Bahasa Jawa dan Artinya dalam bahasa Indonesia

Sumber-sumber bacaan dan rujukan tentang Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus, terdapat berbagai sumber bacaan dan rujukan yang bisa dijadikan acuan. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Kamus Bahasa Jawa: Terdapat berbagai kamus yang bisa dijadikan referensi, seperti Kamus Bahasa Jawa Kontemporer, Kamus Besar Bahasa Jawa, dan sebagainya. Kamus ini bisa membantu mempelajari kosakata dan arti kata dalam Bahasa Jawa.
  2. Buku Panduan Bahasa Jawa: Terdapat berbagai buku panduan tentang Bahasa Jawa, seperti “Panduan Praktis Berbahasa Jawa” atau “Bahasa Jawa dalam Sehari-hari”. Buku-buku ini berisi contoh penggunaan Basa Jawa dalam situasi-situasi sehari-hari beserta penjelasan mengenai perbedaan antara Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus.
  3. Situs web dan forum Bahasa Jawa: Terdapat berbagai situs web dan forum yang menyediakan informasi tentang Bahasa Jawa, seperti kosakata, tata bahasa, dan contoh penggunaan dalam situasi sehari-hari. Beberapa di antaranya adalah “Kangmas Jawa”, “Jawapos”, dan “Kompasiana”.
  4. Media sosial: Terdapat berbagai akun media sosial yang membahas Bahasa Jawa, seperti “Kulon Progo Kekinian” atau “Jogja Ngoko”. Melalui akun media sosial ini, seseorang bisa memperoleh informasi atau memperluas jaringan dengan penggunaan lainnya.

Dengan memanfaatkan sumber-sumber bacaan dan rujukan tersebut, seseorang dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan Bahasa Ngoko, Krama, dan Halus.

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai “Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari”, semoga menambah wawasan. Kunjungi terus Kawruhbasa.com agar tidak ketinggalan artikel terbaru, atau ikuti kami di Google News

Berita Terkait

Adeg dalam Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Filosofi Mendalam
Adang Bahasa Jawa: Makna, Filosofi, dan Penggunaannya dalam Kehidupan Sehari-Hari
Abot dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya
“Abang” dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya
Arti dan Penggunaan Kata “Goblog” dalam Bahasa Jawa
Bajingan dalam Bahasa Jawa: Makna, Sejarah, dan Penggunaan
Jancuk atau Jancok Bahasa Jawa Kasar: Arti, Asal Usul, dan Penggunaan
Makna Kata “Asu” dalam Bahasa Jawa Kasar dan Konteks Penggunaannya

Berita Terkait

Jumat, 22 November 2024 - 20:32 WIB

Adeg dalam Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Filosofi Mendalam

Jumat, 22 November 2024 - 20:29 WIB

Adang Bahasa Jawa: Makna, Filosofi, dan Penggunaannya dalam Kehidupan Sehari-Hari

Rabu, 20 November 2024 - 19:26 WIB

Abot dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya

Rabu, 20 November 2024 - 19:20 WIB

“Abang” dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya

Kamis, 14 November 2024 - 20:06 WIB

Arti dan Penggunaan Kata “Goblog” dalam Bahasa Jawa

Berita Terbaru

Bahasa Jawa

Adeg dalam Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Filosofi Mendalam

Jumat, 22 Nov 2024 - 20:32 WIB

Bahasa Jawa

Abot dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya

Rabu, 20 Nov 2024 - 19:26 WIB

Bahasa Jawa

“Abang” dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya

Rabu, 20 Nov 2024 - 19:20 WIB