kawruhbasa.com – Bahasa Jawa menyimpan banyak kata yang tidak hanya mewakili objek atau sifat, tetapi juga menyiratkan nilai-nilai sosial dan filosofi kehidupan. Salah satu kata yang mencerminkan hal tersebut adalah “lemu.”
Dalam bahasa Jawa, arti lemu adalah gemuk. Namun, seperti banyak kosakata dalam bahasa daerah ini, kata lemu memiliki makna yang jauh lebih kompleks daripada sekadar kondisi fisik.
Daftar isi artikel
Pengertian Lemu Secara Umum
Secara harfiah, lemu berarti gemuk, yaitu kondisi tubuh yang berisi atau memiliki banyak lemak. Dalam percakapan sehari-hari, kata ini digunakan untuk menyebut seseorang yang memiliki badan besar atau montok. Misalnya:
- “Anake Pak RT saiki lemu tenan.” (Anaknya Pak RT sekarang gemuk sekali.)
- “Lemu koyo kebo disusui.” (Gemuk seperti kerbau yang disusui.)
Meski terdengar sederhana, kata ini sering digunakan dalam berbagai konteks, baik yang bernuansa netral, positif, maupun negatif.
Makna Budaya di Balik Kata Lemu
Dalam budaya Jawa, kondisi tubuh yang gemuk tidak selalu dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Justru, pada masa lalu, tubuh yang lemu sering dikaitkan dengan kemakmuran, kesehatan, dan kecukupan pangan.
Hal ini berkaitan dengan kehidupan agraris masyarakat Jawa yang menjadikan hasil panen dan makanan sebagai indikator kesejahteraan.
1. Lemu sebagai Lambang Kesejahteraan
Orang yang memiliki tubuh gemuk dahulu dianggap sebagai seseorang yang hidup berkecukupan. Tubuh yang berisi menunjukkan bahwa orang tersebut tidak kekurangan makanan dan hidup dalam kondisi ekonomi yang stabil. Oleh karena itu, lemu sering dianggap sebagai simbol keberhasilan hidup.
2. Lemu dan Kesehatan
Dalam konteks tradisional, tubuh yang gemuk juga dianggap sehat karena tidak terlihat kurus atau lemah. Meski kini persepsi tersebut sudah mulai bergeser karena meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan obesitas, pandangan tradisional masih hidup di beberapa kalangan masyarakat.
3. Simbol Kesuburan dan Keindahan
Bagi perempuan Jawa di masa lampau, memiliki tubuh yang lemu atau berisi sering dihubungkan dengan daya tarik dan kesuburan. Seorang wanita yang montok dianggap ideal untuk menikah karena dianggap sehat dan mampu melahirkan anak dengan baik.
Lemu dalam Peribahasa dan Ungkapan
Seperti halnya kata-kata lain dalam bahasa Jawa, lemu juga muncul dalam sejumlah peribahasa dan ungkapan yang menyiratkan pesan moral atau sindiran:
- “Lemu ora mesthi sehat, kurus ora mesthi lara.” (Gemuk belum tentu sehat, kurus belum tentu sakit.)
- “Wong lemu nek kesusu bisa kecemplung sumur.” (Orang gemuk kalau terburu-buru bisa jatuh ke sumur.)
- “Lemu kaya bandeng kemplu.” (Gemuk seperti ikan bandeng yang montok.)
Ungkapan-ungkapan ini menunjukkan bahwa kata lemu memiliki posisi yang khas dalam budaya tutur masyarakat Jawa, bisa digunakan dalam konteks humor, kritik sosial, atau pujian.
Perspektif Filosofis tentang Lemu
Selain sebagai deskripsi fisik, lemu juga menyiratkan nilai-nilai kehidupan yang penting dalam budaya Jawa:
1. Kecukupan dan Kepuasan Hidup
Lemu sering dipahami sebagai representasi dari hidup yang cukup. Filosofi ini mengajarkan masyarakat untuk hidup dalam keseimbangan, tidak serakah, namun tetap berusaha mencukupi kebutuhan sehari-hari.
2. Rasa Syukur dan Penerimaan
Orang yang memiliki tubuh lemu diajarkan untuk mensyukuri kondisi tubuhnya dan tetap menjaga kesehatan. Ini berkaitan dengan nilai-nilai kejawen tentang nerimo ing pandum (menerima dengan lapang dada apa yang diberikan Tuhan).
3. Keteguhan dan Wibawa
Dalam beberapa konteks, seseorang yang bertubuh besar dianggap memiliki wibawa atau karisma tertentu. Ia diasosiasikan dengan sosok pemimpin desa atau tokoh masyarakat yang dihormati.
Perubahan Makna di Era Modern
Persepsi masyarakat terhadap tubuh gemuk mulai berubah seiring berkembangnya informasi kesehatan. Kini, lemu tidak selalu dianggap sebagai indikator kesehatan.
Bahkan, banyak kampanye kesehatan yang mengajak masyarakat untuk menjaga berat badan ideal demi mencegah berbagai penyakit.
Namun, dalam budaya Jawa, warisan makna lemu sebagai lambang kesejahteraan dan kehormatan masih tetap hidup, meski tidak lagi dominan.
Masyarakat mulai mengadopsi pendekatan yang lebih seimbang: menjaga tubuh tetap sehat, namun tetap menghargai keunikan budaya dan pandangan nenek moyang.
Arti lemu dalam bahasa Jawa adalah gemuk, tetapi maknanya jauh melampaui penampilan fisik. Lemu merupakan simbol kesejahteraan, kecukupan, dan nilai-nilai sosial yang diwariskan secara turun-temurun dalam budaya Jawa.
Dengan memahami makna dan filosofi di balik kata lemu, kita bisa melihat bagaimana bahasa mencerminkan pandangan hidup dan nilai-nilai suatu masyarakat.
Kata lemu mengajarkan kita untuk menghargai hidup dengan seimbang, mensyukuri yang ada, dan tetap menjaga keharmonisan dalam tubuh, pikiran, dan budaya.