kawruhbasa.com – Bahasa Jawa memiliki kekayaan kosakata yang tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga merefleksikan pandangan hidup, nilai sosial, dan filosofi masyarakatnya. Salah satu kata yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan sarat makna adalah “lawas.”
Dalam bahasa Jawa, arti lawas adalah lama. Namun, makna kata ini tidak sesederhana yang terlihat, karena penggunaannya mencerminkan berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Daftar isi artikel
Pengertian Lawas Secara Umum
Secara leksikal, lawas berarti waktu yang sudah berlalu cukup lama. Kata ini biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak lagi baru atau telah ada sejak waktu lampau. Misalnya:
- “Sandhangan iki wis lawas, nanging isih kepenak dipakai.” (Pakaian ini sudah lama, tetapi masih nyaman dipakai.)
- “Omah lawas kuwi dadi papan kenangan.” (Rumah lama itu menjadi tempat kenangan.)
Namun dalam praktiknya, lawas memiliki makna lebih dari sekadar pengukuran waktu. Ia membawa serta nuansa nilai, sejarah, dan penghormatan terhadap masa lalu.
Lawas dalam Konteks Sosial dan Budaya
Dalam masyarakat Jawa, kata lawas sering dikaitkan dengan kebijaksanaan dan penghargaan terhadap hal-hal yang sudah lama ada.
Barang lawas, adat lawas, atau kebiasaan lawas tidak selalu dianggap usang, tetapi sering justru dihormati karena sarat akan nilai historis dan etika.
1. Tradisi Lawas sebagai Warisan Budaya
Tradisi yang telah berlangsung dalam waktu lama disebut tradisi lawas. Ini menunjukkan kesinambungan antara generasi dan menjadi bagian penting dalam membentuk identitas masyarakat.
Contoh penggunaan:
- “Upacara wiwitan iku tradisi lawas ing desa kene.” (Upacara wiwitan itu adalah tradisi lama di desa ini.)
2. Hubungan Lawas: Ikatan yang Kuat
Hubungan atau relasi yang telah terjalin sejak lama, baik dalam konteks keluarga maupun pertemanan, disebut hubungan lawas. Kata ini menekankan nilai kedekatan dan kepercayaan yang tumbuh dari waktu ke waktu.
- “Dheweke kuwi kanca lawasku wiwit sekolah dasar.” (Dia adalah teman lamaku sejak sekolah dasar.)
Lawas dalam Konteks Seni dan Musik
Dalam dunia seni Jawa, terutama dalam seni pedalangan dan karawitan, istilah lawas digunakan untuk menyebut gendhing atau tembang yang sudah tua namun tetap dilestarikan. Gendhing lawas biasanya memiliki struktur dan pesan moral yang kuat.
- “Tembang lawas kaya macapat isih sering dinyanyekake ing acara adat.” (Tembang lama seperti macapat masih sering dinyanyikan dalam acara adat.)
Hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang lawas tidak serta merta ditinggalkan, melainkan dijaga sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya dan sejarah.
Filosofi Jawa dalam Konsep Lawas
Filosofi Jawa sering mengajarkan pentingnya menghormati masa lalu sebagai dasar untuk melangkah ke masa depan. Oleh karena itu, hal-hal yang lawas sering kali diposisikan sebagai sumber ilmu dan kebijaksanaan.
- Barang lawas dianggap punya “roh” atau energi spiritual tertentu.
- Peribahasa Jawa seperti “aja nganti ilang lawase” menekankan pentingnya menjaga nilai lama.
Dengan kata lain, lawas bukan sekadar ukuran waktu, tetapi juga representasi nilai, kestabilan, dan kebijaksanaan.
Ungkapan dan Peribahasa Mengandung Kata Lawas
Bahasa Jawa kaya akan ungkapan dan peribahasa yang menggunakan kata lawas. Beberapa contohnya:
- “Wong lawas nggone mikir luwih jero.” (Orang yang berumur tua biasanya berpikir lebih dalam.)
- “Ojo ngenyek barang lawas, amarga iso dadi luwih migunani.” (Jangan meremehkan barang lama, karena bisa jadi lebih berguna.)
- “Saklawase urip kudu sinau saka pengalaman lawas.” (Sepanjang hidup harus belajar dari pengalaman lama.)
Ungkapan-ungkapan ini memperlihatkan bagaimana masyarakat Jawa memandang waktu dan sejarah sebagai sumber pelajaran hidup.
Arsitektur dan Benda Lawas
Rumah lawas, perabotan lawas, dan benda-benda antik lainnya sering dianggap sebagai aset budaya. Arsitektur rumah Jawa lawas misalnya, masih dijaga dan dilestarikan karena nilai estetik dan simboliknya.
- Rumah joglo lawas biasanya menjadi simbol kemapanan dan keterikatan dengan akar budaya.
- Perabotan lawas seperti almari atau meja kayu jati menjadi barang koleksi yang bernilai tinggi.
Modernitas vs Kelestarian Nilai Lawas
Meski zaman terus berubah, masyarakat Jawa banyak yang berusaha menjaga keseimbangan antara kehidupan modern dan kelestarian nilai-nilai lawas. Sekolah-sekolah budaya, komunitas pecinta sejarah, dan pelestarian adat adalah contoh nyata dari upaya ini.
Dengan mempertahankan dan memahami nilai-nilai lawas, masyarakat tidak kehilangan jati diri di tengah arus globalisasi.
Arti lawas dalam bahasa Jawa adalah lama. Namun dalam konteks budaya, kata ini mengandung makna yang jauh lebih dalam. Lawas melambangkan keberlanjutan, penghargaan terhadap masa lalu, dan sumber kebijaksanaan hidup.
Dalam banyak hal, lawas bukan berarti ketinggalan zaman, tetapi justru menjadi fondasi untuk membangun masa depan yang lebih bijak dan berakar pada nilai-nilai luhur.
Memahami kata lawas dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi jendela untuk mengenal lebih dalam karakter dan pandangan hidup masyarakat Jawa yang sarat makna dan penuh kearifan lokal.