kawruhbasa.com – Bahasa Jawa dikenal memiliki kekayaan kosakata yang mencerminkan cara pandang masyarakatnya terhadap alam dan kehidupan.
Salah satu kata yang sarat makna adalah “lemah.” Secara umum, arti lemah dalam bahasa Jawa adalah tanah.
Namun, lebih dari sekadar elemen fisik, lemah memiliki nilai filosofis dan simbolis yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Daftar isi artikel
Pengertian Lemah secara Leksikal
Dalam kamus Jawa-Indonesia, lemah berarti tanah. Kata ini digunakan untuk menyebut unsur bumi yang menjadi dasar tempat berpijak, bercocok tanam, dan tempat tinggal makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, kata lemah digunakan dalam banyak konteks, misalnya:
- “Omahku mapan ing lemah sawah.” (Rumahku berada di tanah sawah.)
- “Lemah iku sumbering urip.” (Tanah adalah sumber kehidupan.)
Namun, masyarakat Jawa tidak hanya memaknai lemah sebagai unsur fisik. Tanah dianggap sebagai unsur dasar dari penciptaan dan kehidupan itu sendiri.
Lemah sebagai Simbol dalam Budaya Jawa
Lemah memiliki peran penting dalam struktur kepercayaan dan filosofi masyarakat Jawa. Tidak hanya sebagai tempat tinggal atau ladang pertanian, lemah juga dipercaya sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.
1. Lemah Sebagai Asal Usul Manusia
Dalam falsafah Jawa, manusia berasal dari tanah dan kelak akan kembali menjadi tanah. Ungkapan “soko lemah bali menyang lemah” mencerminkan keyakinan bahwa hidup adalah siklus yang berawal dan berakhir di bumi.
2. Lemah sebagai Sumber Kehidupan
Tanah adalah tempat tumbuhnya berbagai tanaman yang menjadi sumber makanan. Oleh karena itu, masyarakat Jawa sangat menghormati tanah. Ritual-ritual tertentu dilakukan untuk memberkati lahan sebelum ditanami, seperti upacara wiwit tandur (memulai menanam).
3. Lemah dalam Praktik Kejawen
Dalam tradisi kejawen, lemah dipercaya memiliki energi dan kekuatan tertentu. Beberapa tempat diyakini memiliki “lemah keramat,” yaitu tanah yang dianggap suci atau memiliki aura spiritual tinggi. Lemah semacam ini biasanya digunakan untuk tempat pemujaan atau ziarah.
Ungkapan dan Peribahasa yang Mengandung Kata Lemah
Bahasa Jawa kaya akan peribahasa yang menggunakan kata lemah. Beberapa di antaranya mengandung ajaran moral dan kearifan lokal:
- “Sing ngina lemah, bakal tiba tanpa nyangka.” (Siapa yang meremehkan tanah, akan jatuh tanpa diduga.)
- “Ngerti lemah, ngerti banyu.” (Mengerti tanah berarti memahami air.)
- “Wong kang ngresiki lemah, bakal entuk berkah.” (Orang yang merawat tanah akan mendapat berkah.)
Peribahasa-peribahasa tersebut menunjukkan bahwa tanah bukan sekadar benda mati, tetapi sesuatu yang harus dihormati dan dirawat.
Makna Filosofis Lemah dalam Kehidupan
1. Simbol Kerendahan Hati
Tanah selalu berada di bawah, menjadi tempat berpijak bagi semua makhluk hidup. Dalam hal ini, lemah mencerminkan sikap rendah hati. Orang Jawa diajarkan untuk bersikap andhap asor (rendah hati), seperti tanah yang menerima semua tanpa membeda-bedakan.
2. Kekuatan dalam Diam
Meski diam dan tampak pasif, lemah menyimpan kekuatan luar biasa. Ia bisa menumbuhkan kehidupan, namun juga dapat menelan semuanya dalam bencana. Ini mengajarkan bahwa kekuatan sejati sering tersembunyi dalam ketenangan.
3. Keteguhan dan Kesabaran
Tanah tidak pernah berpindah, selalu ada di tempatnya. Ia menerima hujan, panas, dan beban tanpa mengeluh. Nilai ini menjadi cerminan dari kesabaran dan keteguhan hati dalam menjalani hidup.
Lemah dalam Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Jawa
Dalam aktivitas pertanian, kepercayaan, dan seni, lemah memegang peran penting:
- Pertanian Tradisional: Tanah dianggap sebagai ibu yang harus dihormati. Petani Jawa memiliki hubungan emosional dengan tanah garapannya.
- Upacara Adat: Dalam ritual seperti nyadran (ziarah makam), masyarakat membersihkan tanah kuburan sebagai wujud penghormatan terhadap leluhur.
- Arsitektur Jawa: Tata letak rumah tradisional sering memperhatikan arah dan kualitas tanah tempat rumah dibangun.
Relevansi Makna Lemah di Era Modern
Meski zaman berubah, makna lemah tetap relevan. Di tengah degradasi lingkungan dan krisis ekologi, penting bagi manusia modern untuk kembali memandang tanah sebagai sumber kehidupan yang harus dijaga. Pelestarian lingkungan bisa dimulai dari menghargai unsur dasar seperti tanah.
Penggunaan kata lemah dalam bahasa Jawa mengingatkan kita bahwa bahasa tidak hanya alat komunikasi, tetapi juga penyampai nilai-nilai luhur. Tanah bukan hanya tempat berpijak, tetapi juga guru kehidupan.
Arti lemah dalam bahasa Jawa adalah tanah. Namun, dalam pandangan masyarakat Jawa, lemah adalah simbol kehidupan, kerendahan hati, dan kekuatan alam.
Kata ini mengandung filosofi yang mengajarkan manusia untuk menghormati alam, hidup selaras dengan lingkungan, dan senantiasa bersikap rendah hati.
Melalui pelestarian kosakata seperti lemah, kita tidak hanya merawat bahasa, tetapi juga mempertahankan warisan budaya dan nilai-nilai luhur nenek moyang.
Lemah adalah pijakan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga sebagai panduan moral dan spiritual dalam menjalani kehidupan.