kawruhbasa.com – Bahasa Jawa memiliki kekayaan kosakata yang tidak hanya bersifat komunikatif, tetapi juga menyimpan filosofi mendalam. Salah satu kata yang menarik untuk dikaji adalah “lelara”.
Kata ini memiliki makna dasar sebagai penyakit, namun penggunaannya dalam kehidupan masyarakat Jawa mencerminkan nilai-nilai budaya dan pandangan hidup yang khas.
Daftar isi artikel
Pengertian Lelara Secara Leksikal
Secara harfiah, arti lelara dalam bahasa Jawa adalah penyakit. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kondisi tubuh atau jiwa yang tidak sehat. Contoh penggunaan dalam percakapan sehari-hari:
- “Wingi aku ora mlebu kerja merga ana lelara.” (Kemarin saya tidak masuk kerja karena sakit.)
- “Lelara kuwi kudu diruwat karo diruwat batin lan lahir.” (Penyakit itu harus diobati baik secara lahir maupun batin.)
Namun, pemaknaan kata lelara dalam budaya Jawa tidak sesederhana itu. Lelara seringkali dipahami tidak hanya sebagai kondisi fisik, tetapi juga bisa berkaitan dengan kondisi psikologis, spiritual, bahkan sosial.
Perspektif Budaya terhadap Lelara
Masyarakat Jawa memandang penyakit sebagai bagian dari keseimbangan yang terganggu. Dalam falsafah hidup Jawa, kesehatan adalah harmoni antara tubuh, pikiran, dan lingkungan. Jika salah satu elemen terganggu, maka muncullah lelara.
1. Lelara Fisik dan Lelara Batin
Dalam kehidupan masyarakat Jawa, lelara tidak selalu berarti penyakit fisik. Ada istilah “lelara batin” yang merujuk pada luka atau beban emosional seperti kesedihan, kemarahan, atau kekecewaan.
- “Wong kuwi katon waras, nanging nduwé lelara batin.” (Orang itu tampak sehat, tetapi punya penyakit batin.)
Pandangan ini menegaskan bahwa kesehatan dalam budaya Jawa bersifat holistik.
2. Penyakit sebagai Tanda Spiritualitas
Dalam tradisi kejawen, penyakit kadang dianggap sebagai isyarat atau peringatan spiritual. Lelara bisa dipandang sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara manusia dan alam, atau bahkan sebagai bentuk teguran dari leluhur.
3. Penyembuhan yang Terintegrasi
Pengobatan dalam tradisi Jawa tidak hanya mengandalkan obat-obatan medis. Lelara sering diobati melalui ramuan herbal, doa-doa, tirakat, meditasi, dan terapi batin lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyembuhan adalah proses menyeluruh, melibatkan fisik, mental, dan spiritual.
Ungkapan dan Peribahasa Mengenai Lelara
Bahasa Jawa mengenal sejumlah ungkapan yang berkaitan dengan lelara, antara lain:
- “Lelara iku bagianing urip.” (Penyakit adalah bagian dari hidup.)
- “Sing sabar nampa lelara, Gusti bakal maringi waras.” (Siapa yang sabar menerima penyakit, Tuhan akan memberikan kesembuhan.)
- “Lelara iku ora mung saka awak, nanging saka ati.” (Penyakit tidak hanya berasal dari tubuh, tetapi juga dari hati.)
Ungkapan-ungkapan ini mencerminkan nilai kesabaran, penerimaan, dan kepercayaan pada proses alam dan spiritualitas.
Makna Filosofis Lelara dalam Hidup
1. Kesadaran Diri dan Introspeksi
Penyakit dalam budaya Jawa sering dijadikan momen untuk merenung. Lelara dianggap sebagai pengingat untuk memperhatikan gaya hidup, menjaga emosi, serta memperkuat hubungan spiritual.
2. Pengingat akan Keterbatasan Manusia
Lelara menjadi pengingat bahwa manusia tidak sempurna dan memiliki keterbatasan. Dalam filosofi Jawa, ini penting untuk menjaga kerendahan hati.
3. Jalan Menuju Pembersihan Diri
Beberapa pandangan tradisional melihat penyakit sebagai cara untuk membersihkan diri dari energi negatif, baik yang berasal dari dalam diri sendiri maupun pengaruh luar.
Praktik Penyembuhan Tradisional Jawa
Berikut beberapa cara yang umum dilakukan dalam masyarakat Jawa untuk menangani lelara:
- Jamu tradisional: Ramuan dari bahan alami seperti kunyit, temulawak, jahe, dan daun-daunan.
- Ruwatan: Upacara adat yang bertujuan untuk melepaskan pengaruh buruk.
- Meditasi dan tapa: Praktik menenangkan diri untuk penyembuhan batin.
- Doa dan ziarah: Memohon pertolongan spiritual kepada Tuhan atau leluhur.
Cara-cara tersebut bukan sekadar pengobatan, tetapi menjadi bentuk perawatan menyeluruh terhadap tubuh dan jiwa.
Relevansi Konsep Lelara di Era Modern
Meskipun ilmu kedokteran terus berkembang, pandangan tradisional mengenai lelara masih relevan. Banyak orang kini mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental dan spiritual, tidak hanya fisik.
Prinsip-prinsip dalam budaya Jawa seperti keseimbangan, kesabaran, dan kebersihan batin menjadi sangat kontekstual di tengah tekanan hidup modern.
Pentingnya Pelestarian Kosakata Lelara
Dalam konteks pelestarian bahasa dan budaya, kata lelara merupakan bagian dari identitas kultural yang penting. Penggunaan dan pemahaman kata ini perlu dijaga melalui:
- Pendidikan bahasa Jawa di sekolah.
- Pembuatan konten digital yang mengenalkan kosakata tradisional.
- Kajian akademik dan dokumentasi budaya.
Arti lelara dalam bahasa Jawa adalah penyakit. Namun lebih dari itu, lelara mencerminkan konsep yang luas mengenai ketidakseimbangan dalam tubuh, jiwa, dan lingkungan.
Dalam budaya Jawa, penyakit tidak hanya dipahami sebagai masalah medis, tetapi juga sebagai peluang untuk refleksi, pembersihan diri, dan penguatan spiritual.
Melestarikan pemahaman tentang kata lelara berarti merawat kebijaksanaan lokal yang sarat makna. Dengan demikian, generasi muda dapat memahami bahwa kesehatan adalah harmoni antara berbagai aspek kehidupan, sebagaimana diajarkan leluhur Jawa melalui kata-kata penuh makna seperti lelara.