Matur Suwun dalam Bahasa Jawa, Filosofi dan Penggunaannya

- Author

Sabtu, 28 September 2024 - 11:38 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia yang kaya akan ungkapan-ungkapan budaya dan makna filosofis. Bahasa ini telah berkembang seiring dengan perjalanan panjang sejarah suku Jawa, dan memiliki pengaruh yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satu ungkapan yang sering digunakan dalam bahasa Jawa adalah “matur suwun”, yang berarti “terima kasih” dalam bahasa Indonesia.

Ungkapan “matur suwun” memiliki makna lebih dari sekadar ucapan terima kasih biasa. Dalam konteks budaya Jawa, ada nilai-nilai kesopanan, kehalusan budi, dan penghargaan yang terkandung dalam setiap kata yang diucapkan. Artikel ini akan mengeksplorasi asal-usul, makna mendalam, serta penggunaan ungkapan “matur suwun” dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, termasuk bagaimana ungkapan ini mencerminkan nilai-nilai luhur budaya Jawa.

Sejarah dan Asal Usul Ungkapan Matur Suwun

Matur suwun berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “matur” dan “suwun”. Kata “matur” memiliki arti menyampaikan atau mengungkapkan, sedangkan “suwun” berasal dari kata “nuwun”, yang berarti permohonan atau doa.

Jika diartikan secara harfiah, “matur suwun” bisa diartikan sebagai “menyampaikan doa” atau “mengungkapkan permohonan”. Dalam konteks ini, “permohonan” yang dimaksud adalah rasa syukur atau terima kasih kepada orang lain.

Bahasa Jawa, sebagai salah satu bahasa yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Buddha pada masa lalu, banyak menyerap kata-kata dari bahasa Sansekerta.

Beberapa ungkapan dalam bahasa Jawa memiliki akar dari kata-kata Sansekerta, meskipun kata “matur” dan “suwun” lebih cenderung asli dari bahasa Jawa itu sendiri. Seiring waktu, penggunaan ungkapan ini berkembang dalam berbagai lapisan masyarakat Jawa sebagai salah satu bentuk penghargaan dalam interaksi sosial.

Selain itu, pengaruh kerajaan-kerajaan Jawa kuno, seperti Kerajaan Mataram dan Majapahit, juga memberikan kontribusi terhadap pembentukan tata krama dan budaya tutur yang penuh dengan kesopanan dan penghormatan.

Ungkapan-ungkapan seperti “matur suwun” menjadi bagian dari cara masyarakat Jawa menjaga harmoni dan sopan santun dalam kehidupan sosial mereka.

Baca juga: Aksara Jawa: Warisan Budaya yang Menyimpan Sejarah dan Kearifan Lokal

Makna Filosofis Matur Suwun dalam Budaya Jawa

Masyarakat Jawa dikenal dengan nilai-nilai budayanya yang sangat menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, dan kehalusan budi pekerti.

Hal ini tergambar jelas dalam penggunaan bahasa sehari-hari, terutama dalam ungkapan-ungkapan seperti “matur suwun”. Ucapan terima kasih dalam bahasa Jawa tidak hanya sekadar ungkapan basa-basi, tetapi merupakan cerminan dari rasa hormat yang dalam terhadap orang lain.

Ungkapan “matur suwun” tidak hanya mengandung makna syukur atas pemberian atau bantuan, tetapi juga sebagai wujud penghargaan kepada orang yang memberikan bantuan tersebut.

Dalam budaya Jawa, ada nilai yang disebut “tepo seliro”, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain, menghormati perasaan mereka, dan memberikan penghargaan yang tulus. Ketika seseorang mengucapkan “matur suwun”, ada rasa empati dan penghormatan yang tulus yang disampaikan melalui ungkapan tersebut.

Selain itu, “matur suwun” juga mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dengan sesamanya dan alam semesta. Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi konsep harmoni, yang dikenal dengan istilah “rukun”.

Rukun mencakup hubungan yang baik dengan keluarga, tetangga, dan bahkan dengan lingkungan alam sekitar. Ucapan terima kasih, seperti “matur suwun”, adalah salah satu cara untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan ini.

Baca juga: Contoh Cerita Rakyat Bahasa Jawa: “Ande-Ande Lumut”

Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jawa dan Pengaruhnya terhadap Penggunaan Matur Suwun

Bahasa Jawa dikenal memiliki tingkatan-tingkatan bahasa yang digunakan sesuai dengan status sosial atau hubungan antar individu. Ada tiga tingkatan utama dalam bahasa Jawa, yaitu:

  1. Ngoko: Tingkat bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari dengan orang yang lebih akrab atau yang sebaya.
  2. Krama: Tingkat bahasa yang digunakan dalam situasi yang lebih formal atau dengan orang yang dihormati, seperti orang yang lebih tua atau atasan.
  3. Krama Inggil: Tingkatan bahasa tertinggi yang digunakan dalam situasi yang sangat formal, biasanya dalam konteks kerajaan atau dengan orang yang sangat dihormati.

Dalam konteks ungkapan terima kasih, “matur suwun” biasanya digunakan dalam bentuk krama, yaitu bahasa yang sopan dan halus. Dalam tingkatan ngoko, ungkapan terima kasih akan menjadi “nuwun”, sedangkan dalam krama inggil bisa menjadi “matur sembah nuwun”, yang memiliki nuansa lebih hormat dan formal.

Penggunaan tingkatan bahasa ini menunjukkan betapa masyarakat Jawa sangat memperhatikan tata krama dalam berkomunikasi. Dengan menggunakan bahasa yang tepat, seseorang tidak hanya menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, tetapi juga menunjukkan kepekaan terhadap hubungan sosial yang ada.

Matur Suwun dalam Kehidupan Sehari-Hari

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, ungkapan “matur suwun” digunakan dalam berbagai konteks, baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, maupun dalam hubungan sosial yang lebih luas. Berikut adalah beberapa contoh situasi di mana “matur suwun” sering digunakan:

1. Keluarga

Dalam keluarga, ungkapan “matur suwun” digunakan untuk menunjukkan rasa terima kasih atas bantuan atau perhatian yang diberikan oleh anggota keluarga.

Misalnya, seorang anak yang dibantu oleh orang tuanya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah akan mengucapkan “matur suwun” sebagai bentuk penghargaan dan rasa hormat.

2. Tetangga

Dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan antar tetangga sangat penting bagi masyarakat Jawa. Ketika seseorang mendapatkan bantuan dari tetangganya, seperti ketika sedang ada hajatan atau acara gotong royong, ungkapan “matur suwun” adalah cara untuk menunjukkan terima kasih yang tulus atas bantuan yang diberikan.

3. Acara Formal

Dalam acara-acara formal, seperti pernikahan, acara adat, atau pertemuan resmi, ungkapan “matur suwun” sering digunakan oleh pembawa acara atau tuan rumah untuk mengucapkan terima kasih kepada para tamu yang hadir. Ucapan ini biasanya disampaikan dalam bentuk yang lebih formal, seperti “matur sembah nuwun”.

4. Lingkungan Kerja

Di lingkungan kerja, terutama di daerah Jawa, ungkapan “matur suwun” sering digunakan sebagai bagian dari etika profesional. Ketika seorang atasan memberikan arahan atau bantuan kepada bawahannya, bawahan akan mengucapkan “matur suwun” sebagai bentuk penghargaan atas bimbingan yang diberikan.

Baca juga: Contoh Puisi dalam Bahasa Jawa: Menggali Kearifan Lokal melalui Sastra

Peran Matur Suwun dalam Membentuk Karakter Masyarakat Jawa

Ungkapan-ungkapan seperti “matur suwun” memainkan peran penting dalam membentuk karakter masyarakat Jawa.

Rasa syukur, hormat, dan penghargaan yang terkandung dalam ungkapan ini membantu menciptakan suasana sosial yang harmonis dan penuh rasa empati.

Masyarakat Jawa dikenal dengan sifatnya yang ramah, santun, dan cenderung menghindari konflik, dan ungkapan-ungkapan seperti “matur suwun” adalah salah satu alat yang digunakan untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.

Di dalam keluarga, ungkapan “matur suwun” membantu menanamkan nilai-nilai kebaikan dan penghormatan terhadap orang tua dan anggota keluarga lainnya. Anak-anak yang dibesarkan dengan budaya ungkapan terima kasih ini akan tumbuh dengan rasa empati yang kuat dan kemampuan untuk menghargai orang lain.

Di lingkungan sosial yang lebih luas, ungkapan “matur suwun” membantu menjaga kerukunan antar tetangga dan anggota masyarakat. Dalam budaya Jawa, menjaga hubungan yang baik dengan sesama adalah hal yang sangat penting, dan salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan selalu mengucapkan terima kasih atas kebaikan yang diterima.

Baca juga: Bahasa Jawa untuk Kata “Sama”

Perbedaan Matur Suwun dengan Ungkapan Terima Kasih dalam Budaya Lain

Setiap budaya memiliki caranya sendiri dalam mengungkapkan rasa terima kasih, dan masing-masing cara tersebut mencerminkan nilai-nilai budaya yang ada. Dalam budaya Jawa, ungkapan “matur suwun” memiliki beberapa perbedaan dengan ungkapan terima kasih dalam budaya lain, seperti:

1. Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia, ungkapan “terima kasih” adalah ungkapan umum yang digunakan oleh semua orang, tanpa memandang status sosial atau usia. Meskipun “terima kasih” juga mengandung rasa syukur, namun dalam budaya Jawa, “matur suwun” memiliki nuansa yang lebih dalam, terutama ketika digunakan dalam konteks yang sangat sopan dan formal.

2. Bahasa Inggris

Ungkapan terima kasih dalam bahasa Inggris, seperti “thank you”, adalah ungkapan yang lebih universal dan digunakan dalam berbagai situasi.

Namun, tidak seperti dalam budaya Jawa, bahasa Inggris tidak memiliki tingkatan bahasa yang membedakan rasa hormat yang diberikan berdasarkan status sosial atau usia seseorang. Dalam bahasa Jawa, penggunaan ungkapan terima kasih disesuaikan dengan siapa yang diajak berbicara, yang menunjukkan adanya rasa hormat yang lebih mendalam.

3. Bahasa Jepang

Dalam budaya Jepang, ungkapan “arigatou” juga digunakan untuk menyampaikan terima kasih, dan budaya Jepang juga dikenal dengan tata krama dan sopan santunnya yang sangat tinggi.

Dalam hal ini, budaya Jepang dan Jawa memiliki kesamaan, terutama dalam hal penggunaan ungkapan terima kasih yang sangat formal dalam situasi tertentu.

Baca juga: Enggeh dalam Bahasa Jawa: Makna, Fungsi, dan Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari

Ungkapan “matur suwun” dalam bahasa Jawa bukan sekadar ucapan terima kasih, melainkan sebuah ungkapan yang sarat dengan nilai-nilai budaya, rasa hormat, dan penghargaan.

Dalam budaya Jawa, ucapan ini menjadi salah satu alat penting dalam menjaga harmoni dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di tempat kerja.

Dengan mengucapkan “matur suwun”, seseorang tidak hanya menunjukkan rasa syukur atas bantuan atau kebaikan yang diterima, tetapi juga menyampaikan rasa hormat yang tulus kepada orang lain.

Dalam dunia yang semakin modern dan serba cepat, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ungkapan seperti “matur suwun” adalah sesuatu yang patut dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Matur suwun, dalam segala penggunaannya, tidak hanya mencerminkan budi pekerti masyarakat Jawa, tetapi juga merupakan salah satu cara untuk terus mengingatkan diri kita tentang pentingnya menghargai dan menghormati sesama.

Berita Terkait

Misuh Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Pengaruhnya dalam Budaya Jawa
Kenyang dalam Bahasa Jawa: Makna, Istilah, dan Filosofinya
Alkitab Bahasa Jawa: Warisan Budaya dan Spiritualitas
Arti Kata Pantek dalam Bahasa Jawa
Enggeh dalam Bahasa Jawa: Makna, Fungsi, dan Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Bahasa Jawa Halus: Memahami Kekayaan dan Kelembutan Ungkapan dalam Budaya Jawa
Gateli dalam Bahasa Jawa: Makna, Penggunaan, dan Fenomena Sosial
Arti Klebus dalam Bahasa Jawa: Memahami Istilah dan Penggunaannya

Berita Terkait

Minggu, 29 September 2024 - 08:54 WIB

Misuh Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Pengaruhnya dalam Budaya Jawa

Minggu, 29 September 2024 - 08:47 WIB

Kenyang dalam Bahasa Jawa: Makna, Istilah, dan Filosofinya

Minggu, 29 September 2024 - 08:42 WIB

Alkitab Bahasa Jawa: Warisan Budaya dan Spiritualitas

Sabtu, 28 September 2024 - 13:43 WIB

Arti Kata Pantek dalam Bahasa Jawa

Sabtu, 28 September 2024 - 11:38 WIB

Matur Suwun dalam Bahasa Jawa, Filosofi dan Penggunaannya

Berita Terbaru

Bahasa Jawa

Kenyang dalam Bahasa Jawa: Makna, Istilah, dan Filosofinya

Minggu, 29 Sep 2024 - 08:47 WIB

Bahasa Jawa

Alkitab Bahasa Jawa: Warisan Budaya dan Spiritualitas

Minggu, 29 Sep 2024 - 08:42 WIB

Bahasa Jawa

Arti Kata Pantek dalam Bahasa Jawa

Sabtu, 28 Sep 2024 - 13:43 WIB

Bahasa Jawa

Matur Suwun dalam Bahasa Jawa, Filosofi dan Penggunaannya

Sabtu, 28 Sep 2024 - 11:38 WIB