Bahasa Jawa, sebagai salah satu bahasa daerah yang kaya akan kosakata dan makna, sering kali menyimpan istilah yang unik dan menarik untuk dipelajari. Salah satu kata yang menarik perhatian adalah “segawon.” Dalam bahasa Jawa, “segawon” memiliki arti yang mungkin terdengar sederhana, namun ternyata kaya dengan nilai budaya dan konotasi tertentu.
Makna “Segawon” dalam Bahasa Jawa
Secara harfiah, “segawon” dalam bahasa Jawa berarti anjing. Namun, kata ini tidak sekadar merujuk pada hewan peliharaan tersebut. Dalam beberapa konteks, penggunaan kata “segawon” dapat membawa nuansa berbeda tergantung pada situasi dan siapa yang menggunakannya.
Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, “segawon” bisa dipakai sebagai ejekan atau umpatan dengan konotasi negatif, sama seperti penggunaan kata “anjing” dalam bahasa Indonesia atau beberapa bahasa lain.
Namun, penggunaan kata ini juga bisa netral, terutama jika digunakan untuk merujuk langsung pada hewan tersebut tanpa maksud menghina.
Baca juga: Awis dalam Bahasa Jawa: Apa Artinya?
Budaya dan Konotasi “Segawon” di Masyarakat Jawa
Di dalam budaya Jawa, “segawon” sering dikaitkan dengan beberapa konotasi sosial dan budaya. Dalam beberapa konteks, anjing dianggap sebagai hewan penjaga yang setia.
Oleh karena itu, di desa-desa Jawa, segawon sering digunakan untuk menjaga rumah dari orang asing atau hewan liar. Keberadaan anjing di lingkungan rumah juga sering dianggap sebagai simbol perlindungan.
Namun, tak jarang kata “segawon” juga digunakan dalam percakapan sehari-hari sebagai ungkapan untuk menyebut seseorang yang dianggap berperilaku buruk, kasar, atau tidak sopan.
Sebagai contoh, seseorang mungkin menggunakan kata ini untuk mengungkapkan ketidaksukaan atau rasa marah terhadap perilaku seseorang, seperti mengucapkan “Kowe ki kaya segawon!” yang berarti “Kamu seperti anjing!” Penggunaan ini tentunya bergantung pada intonasi dan konteks percakapan.
Baca juga: Ucapan Ultah Bahasa Jawa: Menyampaikan Doa dan Harapan dengan Kearifan Lokal
Peran Segawon dalam Kehidupan Sehari-hari
Di beberapa daerah Jawa, segawon memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai hewan peliharaan, anjing sering kali dilatih untuk berburu, menjaga kebun, atau bahkan untuk menuntun ternak.
Masyarakat pedesaan Jawa masih banyak yang memelihara anjing untuk membantu mereka dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Dalam hal ini, segawon tidak hanya dilihat sebagai binatang peliharaan, tetapi juga sebagai mitra kerja.
Namun, penting untuk dicatat bahwa di beberapa kalangan masyarakat Jawa, terutama yang sangat religius, ada pandangan bahwa anjing adalah hewan yang najis atau kotor.
Hal ini membuat interaksi dengan segawon sering kali lebih terbatas, dan hewan ini tidak diperlakukan dengan cara yang sama seperti kucing, yang dianggap lebih suci atau bersih dalam beberapa keyakinan lokal.
Baca juga: Apa Arti “Iclik” dalam Bahasa Jawa?
Segawon dalam Karya Sastra dan Kesenian Jawa
Kata “segawon” juga sering muncul dalam berbagai karya sastra dan seni Jawa, termasuk cerita rakyat, paribasan (pepatah), dan tembang (lagu).
Dalam beberapa cerita rakyat, anjing sering kali digambarkan sebagai simbol kesetiaan atau bahkan sebagai hewan yang memiliki kesaktian tertentu. Misalnya, ada cerita tentang anjing yang setia mengikuti tuannya dalam perjalanan panjang, bahkan hingga akhir hayatnya.
Selain itu, dalam paribasan Jawa, terdapat ungkapan seperti “Segawon ora mangan daging,” yang menggambarkan situasi di mana seseorang atau sesuatu tidak memperoleh apa yang seharusnya diperolehnya, meskipun ia berada dalam situasi yang mendukung atau seharusnya memudahkan.
Untuk melihat semua istilah silahkan kunjungi : Tabel daftar Bahasa Jawa dan Artinya dalam bahasa Indonesia
“Segawon” dalam bahasa Jawa mungkin tampak sederhana dalam artinya sebagai “anjing,” namun di balik itu, terdapat lapisan-lapisan makna yang mencerminkan budaya, nilai-nilai sosial, serta pandangan masyarakat Jawa terhadap hewan ini. Dari simbol kesetiaan dan penjagaan hingga konotasi negatif dalam percakapan sehari-hari, segawon menunjukkan bagaimana bahasa dan budaya selalu saling terkait dan membentuk pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita.
Memahami kata “segawon” lebih jauh dapat memberikan wawasan tentang bagaimana masyarakat Jawa melihat hubungan mereka dengan hewan, alam, dan sesama manusia, serta bagaimana kata-kata dalam bahasa daerah dapat membawa beban budaya yang kaya dan kompleks.