Peribahasa Jawa dan Artinya: Makna dalam Kehidupan Sehari-hari

Avatar of Supriyadi Pro

- Author

Jumat, 25 Oktober 2024 - 14:24 WIB

facebook twitter Bahasa Jawa kaya akan peribahasa yang sarat makna dan filosofi kehidupan. Setiap peribahasa ini lahir dari pengalaman hidup masyarakat Jawa yang diwariskan turun-temurun. Bagi...

%0A%0A _Baca selengkapnya:_ %0A https://kawruhbasa.com/peribahasa-jawa-dan-artinya-makna-dalam-kehidupan-sehari-hari/" data-action="share/whatsapp/share" onclick="window.open(this.href,'window','width=640,height=480,resizable,scrollbars,toolbar,menubar') ;return false;" title="share ke whatsapp">whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bahasa Jawa kaya akan peribahasa yang sarat makna dan filosofi kehidupan. Setiap peribahasa ini lahir dari pengalaman hidup masyarakat Jawa yang diwariskan turun-temurun. Bagi yang ingin mengenal lebih dalam, memahami peribahasa Jawa dan artinya dapat memberikan wawasan baru tentang kebijaksanaan dalam budaya Jawa. Artikel ini akan membahas beberapa peribahasa Jawa yang sering digunakan, lengkap dengan makna dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa Memahami Peribahasa Jawa Penting?

Peribahasa Jawa mencerminkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa. Dari mulai kesederhanaan, kesabaran, hingga kebijaksanaan, semuanya tergambar dalam setiap kata dan kalimat yang penuh makna. Bagi generasi muda, mempelajari peribahasa Jawa dan artinya dapat menjadi cara yang baik untuk menjaga warisan budaya sekaligus belajar dari pengalaman nenek moyang.

Contoh Peribahasa Jawa dan Artinya Beserta Maknanya

Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa Jawa lengkap dengan artinya yang memiliki makna dalam kehidupan sehari-hari:

1. “Esuk dhele, sore tempe”

Artinya: Pagi kedelai, sore sudah jadi tempe.

Makna: Peribahasa ini menggambarkan seseorang yang cepat berubah pendirian atau keputusan. Di satu waktu ia bersikap atau berpendapat A, tetapi tak lama kemudian berubah menjadi B. Peribahasa ini sering dipakai untuk mengingatkan agar orang tetap konsisten dalam bersikap.

2. “Alon-alon asal kelakon”

Artinya: Pelan-pelan asal tercapai.

Makna: Peribahasa ini mengajarkan untuk bersikap hati-hati dan tidak terburu-buru dalam melakukan sesuatu. Dalam filosofi Jawa, ketenangan dan kehati-hatian adalah kunci untuk mencapai tujuan tanpa harus merusak atau mengorbankan hal lain. Makna peribahasa Jawa ini sangat cocok diterapkan dalam situasi di mana kesabaran sangat dibutuhkan.

3. “Gupak pulute ora mangan nangkane”

Artinya: Kotor karena getahnya, tapi tidak makan nangkanya.

Makna: Peribahasa ini berarti seseorang yang menanggung akibat atau mendapatkan kerugian atas sesuatu yang sebenarnya bukan kesalahannya. Peribahasa ini sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan situasi di mana orang yang tidak bersalah harus menanggung akibat dari tindakan orang lain.

4. “Ana catur mungkur”

Artinya: Ada ucapan, dia pergi.

Makna: Peribahasa ini menggambarkan seseorang yang tidak dapat menerima kritik atau saran. Ketika seseorang menegurnya, ia malah menghindar dan tidak mau mendengarkan. Peribahasa Jawa ini mengingatkan bahwa keterbukaan dalam menerima masukan adalah salah satu cara untuk berkembang.

5. “Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake”

Artinya: Menyerang tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan.

Makna: Peribahasa ini mencerminkan prinsip kepemimpinan yang bijaksana. Artinya, seseorang bisa mencapai tujuannya tanpa merendahkan orang lain atau mengandalkan banyak orang. Filosofi ini menekankan pentingnya mencapai kemenangan dengan cara yang mulia dan tidak merugikan orang lain.

Baca juga: Bahasa Jawanya Capek: Lebih dari Sekadar Lelah

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan dan Kebijaksanaan

Peribahasa Jawa sering kali mengandung pesan tentang kebijaksanaan hidup. Di bawah ini adalah beberapa contoh peribahasa yang memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan:

6. “Urip iku sawang-sinawang”

Artinya: Hidup itu saling melihat.

Makna: Peribahasa ini mengajarkan bahwa kita cenderung melihat kehidupan orang lain lebih mudah atau lebih baik daripada kehidupan kita sendiri. Padahal, setiap orang memiliki perjuangan dan tantangan masing-masing. Makna peribahasa Jawa ini mengingatkan kita untuk tidak mudah iri dan selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki.

7. “Jer basuki mawa beya”

Artinya: Kebahagiaan membutuhkan pengorbanan.

Makna: Peribahasa ini mengajarkan bahwa untuk mencapai kebahagiaan atau keberhasilan, dibutuhkan usaha dan pengorbanan. Tidak ada pencapaian yang didapatkan secara instan. Peribahasa ini sering menjadi pegangan dalam menghadapi tantangan kehidupan.

8. “Urip iku urup”

Artinya: Hidup itu menyala.

Makna: Peribahasa ini memiliki filosofi bahwa hidup harus bermanfaat bagi orang lain. Seperti api yang memberikan terang, kita juga diharapkan bisa memberikan manfaat dan kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita.

Baca juga: Sedah Mirah: Menelisik Kata Kuno dalam Bahasa Jawa yang Penuh Makna

Peribahasa Jawa tentang Cinta dan Persahabatan

Selain kehidupan, ada juga peribahasa Jawa yang menggambarkan cinta dan persahabatan, yang juga penuh dengan makna mendalam.

9. “Tresna jalaran saka kulina”

Artinya: Cinta datang karena terbiasa.

Makna: Peribahasa ini menggambarkan bahwa perasaan cinta bisa muncul karena kebiasaan atau karena sering bertemu dan bersama. Filosofi ini mengajarkan bahwa cinta bisa tumbuh dengan adanya kedekatan dan keakraban.

10. “Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana”

Artinya: Harga diri seseorang dilihat dari ucapannya, harga tubuh dari pakaiannya.

Makna: Peribahasa ini menekankan pentingnya menjaga ucapan dan penampilan. Kata-kata yang diucapkan mencerminkan kepribadian seseorang, begitu juga dengan cara berpenampilan. Peribahasa ini relevan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain, termasuk dalam persahabatan dan cinta.

Baca juga: Arti Kata “Cepet” dalam Bahasa Jawa dan Penggunaannya dalam Kehidupan Sehari-hari

Bagaimana Mengaplikasikan Peribahasa Jawa dalam Kehidupan Sehari-hari?

Memahami peribahasa Jawa dan artinya tidak hanya sekadar menambah wawasan, tetapi juga bisa dijadikan panduan dalam bersikap. Beberapa cara mengaplikasikan peribahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari meliputi:

  1. Menghargai proses dan waktu seperti dalam “Alon-alon asal kelakon.” Kesabaran akan membantu kita dalam mencapai hasil yang baik tanpa harus terburu-buru.
  2. Menjaga perkataan dan perbuatan, sebagaimana yang diajarkan dalam “Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana.” Dengan menjaga tutur kata, kita akan lebih dihormati dan dipercaya orang lain.
  3. Belajar dari pengalaman orang lain melalui peribahasa seperti “Urip iku sawang-sinawang.” Menghargai perjalanan hidup orang lain dan bersyukur atas apa yang kita miliki adalah kunci kebahagiaan.

Baca juga: Pepatah Jawa Kuno: Kearifan Lokal yang Penuh Makna

Peribahasa Jawa tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi juga sarana untuk mengenal lebih dalam kearifan lokal masyarakat Jawa. Dari mulai cara berperilaku, menjaga hubungan dengan sesama, hingga cara memandang kehidupan, semua tercermin dalam peribahasa ini. Mempelajari peribahasa Jawa dan artinya bisa menjadi cara efektif untuk memperkaya diri dengan nilai-nilai budaya dan kebijaksanaan.

Apakah Anda tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang budaya Jawa dan filsafat hidupnya? Ikuti artikel kami selanjutnya yang akan mengupas lebih banyak tentang kebijaksanaan masyarakat Jawa, termasuk filosofi hidup dan praktik sehari-hari yang penuh makna.

Berita Terkait

Adeg dalam Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Filosofi Mendalam
Adang Bahasa Jawa: Makna, Filosofi, dan Penggunaannya dalam Kehidupan Sehari-Hari
Abot dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya
“Abang” dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya
Arti dan Penggunaan Kata “Goblog” dalam Bahasa Jawa
Bajingan dalam Bahasa Jawa: Makna, Sejarah, dan Penggunaan
Jancuk atau Jancok Bahasa Jawa Kasar: Arti, Asal Usul, dan Penggunaan
Makna Kata “Asu” dalam Bahasa Jawa Kasar dan Konteks Penggunaannya

Berita Terkait

Jumat, 22 November 2024 - 20:32 WIB

Adeg dalam Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Filosofi Mendalam

Jumat, 22 November 2024 - 20:29 WIB

Adang Bahasa Jawa: Makna, Filosofi, dan Penggunaannya dalam Kehidupan Sehari-Hari

Rabu, 20 November 2024 - 19:26 WIB

Abot dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya

Rabu, 20 November 2024 - 19:20 WIB

“Abang” dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya

Kamis, 14 November 2024 - 20:06 WIB

Arti dan Penggunaan Kata “Goblog” dalam Bahasa Jawa

Berita Terbaru

Bahasa Jawa

Adeg dalam Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Filosofi Mendalam

Jumat, 22 Nov 2024 - 20:32 WIB

Bahasa Jawa

Abot dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya

Rabu, 20 Nov 2024 - 19:26 WIB

Bahasa Jawa

“Abang” dalam Bahasa Jawa Ngoko: Makna dan Penggunaannya

Rabu, 20 Nov 2024 - 19:20 WIB