kawruhbasa.com – Bahasa Jawa merupakan salah satu kekayaan budaya Nusantara yang menyimpan banyak nilai filosofis dalam setiap kosakatanya. Di antara sekian banyak kata yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, kata “kuburan” atau yang sering disebut “makam” dalam bahasa Jawa, memegang makna yang cukup mendalam.
Tidak hanya sebatas tempat pemakaman, tetapi juga simbol spiritualitas, refleksi kehidupan, dan hubungan antara dunia nyata dengan alam baka.
Daftar isi artikel
Arti Kuburan dalam Bahasa Jawa
Secara harfiah, arti kuburan dalam bahasa Jawa adalah makam. Tempat ini digunakan untuk menguburkan orang yang telah meninggal dunia. Istilah lain yang umum digunakan dalam bahasa Jawa untuk merujuk pada kuburan adalah “pasareyan” atau “makam”.
Contoh penggunaan dalam kalimat:
- “Bapakku dimakamkan ing kuburan kulon desa.”
- “Saben riyaya, keluarga padha nyekar neng pasareyan.”
Meskipun maknanya identik dengan bahasa Indonesia, namun dalam masyarakat Jawa, kata ini memiliki dimensi sosial dan spiritual yang khas.
Penggunaan Kata Kuburan dalam Konteks Budaya Jawa
1. Dalam Upacara Tradisional dan Kegiatan Sosial
Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi tradisi yang berkaitan dengan kematian. Mulai dari pemakaman hingga acara peringatan seperti tahlilan dan nyadran, kata kuburan sering muncul dalam percakapan dan kegiatan tersebut.
- “Upacara nyadran biasane dianakake ing kuburan umum.”
- “Para warga padha gotong royong ngresiki kuburan sadurunge bulan Poso.”
Tradisi nyadran misalnya, adalah bentuk penghormatan kepada leluhur yang dilakukan di kuburan dengan membawa bunga, makanan, dan doa bersama.
2. Dalam Sastra dan Pepatah Jawa
Banyak pepatah Jawa yang mengandung kata kuburan atau sejenisnya sebagai bentuk refleksi hidup.
Contoh pepatah:
- “Urip iku mung mampir ngombe, pungkasane menyang kuburan.”
Maknanya adalah hidup hanya sementara dan pada akhirnya semua manusia akan kembali ke tanah.
3. Dalam Ranah Religius dan Spiritualitas
Kegiatan ziarah kubur menjadi bagian dari kehidupan spiritual masyarakat Jawa. Kuburan bukan sekadar tempat jenazah bersemayam, tetapi juga lokasi kontemplasi, doa, dan perenungan.
- “Ziarah kubur saben Jumat Kliwon wis dadi kebiasaan masyarakat desa.”
- “Kulo nyekar kuburan simbah saben sedina wingi.”
Nilai Filosofis di Balik Kata Kuburan
1. Pengingat Akan Kefanaan Hidup
Dalam ajaran Jawa, mengingat kematian atau “eling marang pati” adalah langkah untuk menjalani hidup dengan bijak. Kuburan menjadi simbol bahwa setiap yang hidup pasti akan mengalami kematian, dan oleh karena itu harus selalu berbuat baik.
2. Simbol Penghormatan terhadap Leluhur
Kuburan adalah tempat yang sangat dihormati dalam budaya Jawa. Menjaga kebersihan dan keindahan makam leluhur merupakan wujud bakti dan rasa hormat terhadap orang tua dan pendahulu.
3. Media Introspeksi Diri
Mengingat kuburan bisa membantu seseorang untuk tidak terlena oleh dunia. Dalam beberapa komunitas Jawa tradisional, orang tua sering mengajak anak-anaknya berziarah untuk mengenalkan nilai-nilai spiritual dan moral.
Variasi Istilah Kuburan dalam Bahasa Jawa
1. Pasareyan
Pasareyan adalah sinonim dari kuburan yang biasa digunakan dalam bahasa Jawa krama atau halus. Kata ini lebih umum digunakan saat berbicara dengan orang yang dihormati.
- “Kulo arep nyekar ing pasareyan simbah.”
2. Makam
Walau merupakan serapan dari bahasa Arab, kata makam juga telah berasimilasi dalam percakapan Jawa sehari-hari dan digunakan secara bergantian dengan kuburan atau pasareyan.
- “Jenazahé dipundamelaken ing makam umum.”
3. Panggonan Panguburan
Ungkapan ini digunakan untuk menjelaskan lokasi kuburan secara umum dalam konteks formal atau administratif.
- “Panggonan panguburan warga desa ana ing sisih kidul.”
Kata Terkait dan Bentuk Lain
Dalam bahasa Jawa, dari kata dasar kubur bisa dibentuk kata kerja atau frasa lain seperti:
- Ngubur: mengubur
- Dikubur: bentuk pasif dari ngubur
- Kanggo ngubur: untuk menguburkan
- Ziarah kubur: kegiatan mengunjungi makam
Setiap kata turunan ini memiliki fungsi masing-masing tergantung struktur kalimat dan maksud pembicaraan.
Pengaruh Modernisasi terhadap Tradisi Berkaitan dengan Kuburan
Seiring perkembangan zaman, gaya hidup masyarakat Jawa mengalami perubahan. Meski demikian, nilai-nilai spiritual yang terkait dengan kuburan masih bertahan, terutama di daerah pedesaan. Bahkan di perkotaan, tradisi seperti nyekar masih dipertahankan sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur.
Namun demikian, penggunaan istilah seperti “kuburan digital” atau “tahlilan online” mulai bermunculan, yang menjadi contoh bagaimana budaya lokal tetap lestari dalam balutan teknologi.
Kuburan dalam bahasa Jawa tidak sekadar diartikan sebagai makam atau tempat peristirahatan terakhir seseorang.
Lebih dari itu, kata ini memuat nilai-nilai spiritual, sosial, dan budaya yang mencerminkan cara pandang masyarakat Jawa terhadap kehidupan dan kematian.
Dengan memahami makna kata kuburan dalam berbagai konteks, kita bisa semakin menghargai kekayaan bahasa dan warisan budaya leluhur.
Sebagai media pembelajaran bahasa dan budaya Jawa, kawruhbasa.com terus berkomitmen menyajikan artikel bermutu yang mengangkat makna kata-kata sehari-hari dalam perspektif yang lebih luas dan mendalam.