kawruhbasa.com – Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang kaya akan kosakata unik dan bermakna dalam. Salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah “kleru.” Meskipun terdengar sederhana, kata ini menyimpan makna penting dalam komunikasi dan perilaku masyarakat Jawa.
Daftar isi artikel
Pengertian Kleru dalam Bahasa Jawa
Dalam bahasa Jawa, kleru berarti keliru atau salah. Kata ini digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang melakukan kesalahan, baik dalam ucapan, tindakan, maupun penilaian.
Arti ini sangat dekat dengan kata “keliru” dalam bahasa Indonesia, dan sering muncul dalam berbagai percakapan informal maupun formal di lingkungan masyarakat Jawa.
Bentuk Penggunaan Kata Kleru
Kata kleru digunakan dalam berbagai konteks untuk menggambarkan kesalahan atau kekeliruan. Berikut adalah beberapa contoh penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari:
- “Ngucapmu kleru, kuwi dudu jenenge.” (Ucapanmu salah, itu bukan namanya.)
- “Aku kleru dalan, kudune ngiwa, dudu nengen.” (Saya salah jalan, seharusnya ke kiri, bukan ke kanan.)
- “Yen kleru, ojok isin ngaku.” (Kalau salah, jangan malu mengakuinya.)
Dari ketiga contoh tersebut, terlihat bahwa kata ini dapat digunakan dalam berbagai situasi yang menggambarkan adanya kesalahan, baik kecil maupun besar.
Nilai Budaya yang Terkandung dalam Kata Kleru
Meskipun tampaknya sederhana, penggunaan kata kleru dalam budaya Jawa mengandung sejumlah nilai penting. Di antaranya adalah:
1. Kejujuran dan Keberanian Mengakui Kesalahan
Masyarakat Jawa sangat menghargai orang yang berani mengakui kesalahan. Mengatakan bahwa seseorang “kleru” bukanlah bentuk penghinaan, melainkan bagian dari proses belajar dan memperbaiki diri. Budaya ini mendorong individu untuk jujur dan rendah hati.
2. Kesantunan dalam Menegur
Dalam budaya Jawa, menegur seseorang yang melakukan kesalahan tidak dilakukan dengan cara kasar. Menggunakan kata “kleru” adalah cara halus untuk menyampaikan bahwa ada sesuatu yang tidak tepat, tanpa menyakiti perasaan orang lain.
3. Filosofi Belajar Seumur Hidup
Pemahaman bahwa setiap orang bisa kleru menunjukkan bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Dalam masyarakat Jawa, konsep belajar tidak berhenti di bangku sekolah, tetapi terus berlangsung sepanjang hidup.
Kleru dalam Pendidikan dan Etika Sosial
Dalam dunia pendidikan dan kehidupan bermasyarakat, kata kleru digunakan sebagai alat pembelajaran. Guru sering menyampaikan kepada muridnya jika ada kesalahan dalam pekerjaan rumah atau jawaban ujian dengan mengatakan, “Iki kleru, coba diulangi maneh.”
Begitu pula dalam keluarga dan lingkungan sosial, orang tua akan mengatakan “kleru” kepada anak-anaknya sebagai bentuk bimbingan yang mendidik. Tidak jarang, koreksi ini disampaikan dengan lemah lembut agar anak tidak merasa tertekan, tetapi tetap memahami kesalahan yang dibuat.
Contoh Ungkapan dan Peribahasa Terkait Kleru
Dalam sastra lisan maupun tulisan, kata kleru juga sering muncul sebagai bagian dari ungkapan dan peribahasa Jawa:
- “Wong pinter yen ora waspada iso kleru.” (Orang pintar jika tidak hati-hati bisa salah.)
- “Kleru sedhela, sangsara suwene.” (Salah sedikit, menderita lama.)
Ungkapan-ungkapan tersebut mengandung pesan moral agar setiap individu selalu berhati-hati dan berpikir matang sebelum bertindak.
Pengaruh Kata Kleru dalam Karakter Masyarakat Jawa
Kata kleru bukan hanya digunakan untuk menyampaikan kesalahan, tetapi juga sebagai cerminan karakter masyarakat Jawa yang santun dan introspektif.
Budaya meminta maaf dan memperbaiki diri sangat kental dalam masyarakat ini. Oleh sebab itu, ketika seseorang menyadari bahwa dirinya “kleru,” maka langkah selanjutnya yang dianggap terpuji adalah meminta maaf dan tidak mengulangi kesalahan tersebut.
Sikap ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat Jawa yang penuh dengan kesabaran, toleransi, dan sikap saling menghargai.
Kleru dan Bahasa Jawa dalam Kehidupan Modern
Dalam era digital dan modern seperti sekarang, penggunaan kata-kata tradisional seperti kleru perlahan mulai berkurang.
Generasi muda lebih sering menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing dalam percakapan sehari-hari.
Oleh karena itu, penting untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kosakata seperti kleru agar tidak hilang ditelan zaman.
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melestarikan kata ini antara lain:
- Menggunakannya dalam percakapan sehari-hari di lingkungan keluarga.
- Menyisipkannya dalam materi pelajaran muatan lokal di sekolah.
- Menulis artikel dan konten digital menggunakan kosakata Jawa.
- Membuat konten kreatif seperti video pendek atau meme edukatif.
Baca juga: Mengenal Arti Klasa dalam Bahasa Jawa: Makna, Fungsi, dan Nilai Budaya
Arti kleru dalam bahasa Jawa adalah keliru atau salah. Lebih dari sekadar kata yang menunjukkan kesalahan, kleru mencerminkan filosofi dan nilai-nilai luhur masyarakat Jawa, seperti kejujuran, kesantunan, dan semangat belajar. Kata ini juga menjadi bagian penting dalam komunikasi yang santun dan mendidik.
Pelestarian kosakata seperti kleru sangat penting untuk menjaga warisan budaya bahasa Jawa. Dengan menggunakannya secara aktif dalam kehidupan sehari-hari dan memperkenalkannya kepada generasi muda, kita turut serta merawat kekayaan bahasa dan budaya lokal.
Melalui platform seperti kawruhbasa.com, upaya pelestarian ini dapat diperluas dan dijangkau oleh lebih banyak orang.
Memahami arti dan nilai dari kata sederhana seperti kleru adalah langkah kecil namun berarti dalam menjaga identitas budaya kita bersama.