Arti Kira dalam Bahasa Jawa: Makna, Konteks, dan Peran Budaya dalam Kehidupan Sehari-hari

- Author

Wednesday, 11 June 2025 - 22:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

kawruhbasa.com – Bahasa Jawa menyimpan beragam kosakata yang kaya akan nilai dan makna filosofis. Salah satu kata yang menarik untuk dibahas secara mendalam adalah “kira”. Kata ini tampak sederhana, tetapi memiliki dimensi makna yang luas tergantung pada konteks dan situasi penggunaannya dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Pengertian Kira dalam Bahasa Jawa

Arti kira dalam bahasa Jawa adalah kira, yakni bentuk dugaan, perkiraan, atau pemikiran awal terhadap sesuatu. Dalam keseharian, kata ini sering digunakan untuk menyampaikan penilaian subjektif, taksiran, atau kemungkinan terhadap suatu hal yang belum pasti.

Meski memiliki arti yang tampak sederhana, “kira” memiliki nuansa yang berbeda dibandingkan dengan bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Jawa, kata ini dapat menggambarkan kehati-hatian, sopan santun, serta pengakuan bahwa seseorang belum mengetahui sesuatu secara pasti.

Bentuk dan Variasi Penggunaan Kata Kira

Penggunaan kata kira dalam bahasa Jawa sering kali muncul dalam beberapa bentuk atau digabungkan dengan kata lain. Contoh:

  • Kira-kira: menunjukkan dugaan yang tidak pasti.
  • Dikira: bentuk pasif dari tindakan memperkirakan.
  • Ngira: bentuk aktif atau verba dari kata kira.

Contoh kalimat:

  • Aku mung ngira yen dheweke ora rawuh.” (Saya hanya menduga bahwa dia tidak datang.)
  • “Dheweke ngomong mung adhedhasar kira-kira.” (Dia berbicara hanya berdasarkan dugaan.)

Konteks Sosial dalam Penggunaan Kata Kira

Dalam budaya Jawa yang menjunjung tinggi keharmonisan dan etika berbicara, penggunaan kata kira sering digunakan sebagai bentuk ungkapan yang lebih halus dan tidak menghakimi.

Daripada menyampaikan sesuatu secara langsung dan tegas, orang Jawa cenderung menyampaikan dugaan dengan menggunakan kata kira agar tidak menyinggung lawan bicara.

Contoh:

  • “Kira-kira dheweke wis mulih apa durung?” (Kira-kira dia sudah pulang atau belum?)
  • “Kula ngira sampun wayah dalu, kulo pamit.” (Saya kira sudah malam, saya permisi.)

Penggunaan semacam ini menunjukkan bahwa kata kira juga berperan dalam menjaga etika komunikasi dan kesopanan dalam interaksi sosial.

Peran Kata Kira dalam Nilai Budaya Jawa

Cermin Kerendahan Hati

Masyarakat Jawa mengajarkan pentingnya bersikap rendah hati, termasuk dalam menyampaikan pendapat. Kata kira dipakai sebagai penanda bahwa pembicara tidak bersikap sok tahu atau memaksakan pendapatnya.

Sikap Toleransi dan Menghindari Konflik

Dengan menggunakan kata kira, seseorang menunjukkan bahwa yang ia sampaikan bersifat opini atau asumsi, bukan fakta absolut. Ini merupakan bentuk komunikasi yang mencerminkan kehati-hatian agar tidak memicu konflik atau salah paham.

Refleksi dari Pola Pikir Reflektif

Budaya Jawa mendorong warganya untuk tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. Kata kira mewakili proses berpikir yang mendalam sebelum menyatakan suatu hal sebagai kebenaran. Dengan kata lain, ia merefleksikan sikap bijaksana dalam menyikapi berbagai situasi.

Kata Kira dalam Sastra dan Ungkapan Jawa

Dalam karya sastra Jawa, seperti tembang dan cerita rakyat, kata kira sering digunakan sebagai bentuk gaya bahasa yang memperhalus makna. Berikut adalah contoh kutipan:

“Saking adoh, kula namung ngira panjenengan rawuh.” (Karena dari kejauhan, saya hanya menduga Anda datang.)

Dalam kutipan tersebut, penggunaan kata ngira menunjukkan rasa hormat dan sikap tidak memaksakan persepsi.

Pendidikan dan Penggunaan Kata Kira

Peran dalam Pembelajaran Bahasa Jawa

Dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah, kata kira menjadi bagian penting dalam memperkenalkan murid pada konsep komunikasi yang penuh etika. Guru-guru mengajarkan bahwa menyampaikan opini atau penilaian sebaiknya disertai kesadaran akan keterbatasan pengetahuan.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Orang tua sering menggunakan kata ini saat menasihati anak. Misalnya:

  • “Ngira-ngira sadurunge tumindak, aja grusa-grusu.” (Pikirkan dulu sebelum bertindak, jangan tergesa-gesa.)

Ungkapan ini menanamkan nilai kehati-hatian dan tanggung jawab dalam mengambil keputusan.

Perbandingan dengan Penggunaan dalam Bahasa Indonesia

Meskipun kata kira juga dikenal dalam bahasa Indonesia, penggunaannya dalam bahasa Jawa memiliki fungsi sosial dan kultural yang lebih kompleks.

Dalam bahasa Indonesia, “kira” sering muncul dalam konteks statistik atau prediksi, sedangkan dalam bahasa Jawa, ia berfungsi sebagai alat kesantunan dan simbol pemikiran yang reflektif.

Tantangan dan Relevansi Kata Kira di Era Modern

Seiring dengan arus modernisasi dan komunikasi digital, kata-kata seperti kira cenderung mulai terpinggirkan oleh gaya bicara yang lebih langsung dan lugas.

Namun, dalam upaya pelestarian budaya Jawa, penting untuk terus mengenalkan dan menggunakan kata-kata semacam ini agar nilai-nilai luhur tidak hilang.

Pelestarian Lewat Media dan Pendidikan

Kegiatan literasi berbahasa Jawa seperti lomba pidato, pelajaran di sekolah, dan media digital seperti blog kawruhbasa.com dapat menjadi wadah pelestarian penggunaan kata-kata khas seperti kira.

Penanaman nilai ini penting untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kaya akan nilai budaya.

Baca juga: Makna Kinang dalam Bahasa Jawa: Simbol Kesopanan Lewat Sekapur Sirih

Kata kira dalam bahasa Jawa tidak sekadar bermakna dugaan atau taksiran, melainkan juga mewakili etika, kesopanan, dan filosofi hidup masyarakat Jawa. Ia mengajarkan kita untuk berpikir sebelum berbicara, bersikap rendah hati, dan menghormati pendapat orang lain.

Melalui pemahaman mendalam terhadap makna kata ini, kita dapat melihat bagaimana bahasa menjadi cermin budaya. Kata kira adalah bagian kecil dari kekayaan bahasa Jawa yang menyimpan pesan-pesan moral dan sosial penting.

Dalam konteks pelestarian bahasa dan budaya lokal, memperkenalkan serta membiasakan penggunaan kata semacam ini adalah langkah nyata untuk menjaga jati diri dan karakter masyarakat Jawa di tengah arus perubahan zaman.

Berita Terkait

Makna Kinang dalam Bahasa Jawa: Simbol Kesopanan Lewat Sekapur Sirih
Arti Kinacek dalam Bahasa Jawa: Makna Istimewa yang Sarat Filosofi
Makna Kultural Kijing dalam Bahasa Jawa: Lebih dari Sekadar Nisan
Arti Kewengen dalam Bahasa Jawa: Ketika Malam Terlalu Larut Menyapa
Mengenal Arti Kethek dalam Bahasa Jawa: Bukan Sekadar Nama Hewan
Arti Ketemu dalam Bahasa Jawa adalah Bertemu: Memahami Makna dan Penggunaannya
Arti Ketekan dalam Bahasa Jawa: Makna Didatangi dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari
Arti Kata Ketara dalam Bahasa Jawa: Makna, Contoh Kalimat, dan Penggunaannya

Berita Terkait

Wednesday, 11 June 2025 - 22:28 WIB

Arti Kira dalam Bahasa Jawa: Makna, Konteks, dan Peran Budaya dalam Kehidupan Sehari-hari

Tuesday, 10 June 2025 - 10:01 WIB

Makna Kinang dalam Bahasa Jawa: Simbol Kesopanan Lewat Sekapur Sirih

Tuesday, 10 June 2025 - 09:56 WIB

Arti Kinacek dalam Bahasa Jawa: Makna Istimewa yang Sarat Filosofi

Tuesday, 10 June 2025 - 09:52 WIB

Makna Kultural Kijing dalam Bahasa Jawa: Lebih dari Sekadar Nisan

Sunday, 8 June 2025 - 19:39 WIB

Arti Kewengen dalam Bahasa Jawa: Ketika Malam Terlalu Larut Menyapa

Berita Terbaru

Bahasa Jawa

Makna Kinang dalam Bahasa Jawa: Simbol Kesopanan Lewat Sekapur Sirih

Tuesday, 10 Jun 2025 - 10:01 WIB

Bahasa Jawa

Arti Kinacek dalam Bahasa Jawa: Makna Istimewa yang Sarat Filosofi

Tuesday, 10 Jun 2025 - 09:56 WIB

Bahasa Jawa

Makna Kultural Kijing dalam Bahasa Jawa: Lebih dari Sekadar Nisan

Tuesday, 10 Jun 2025 - 09:52 WIB