kawruhbasa.com – Bahasa Jawa dikenal memiliki banyak kata dengan makna mendalam yang tidak hanya merujuk pada arti harfiah, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya dan filosofi kehidupan. Salah satu kata yang menarik untuk dibahas adalah keri.
Dalam keseharian masyarakat Jawa, kata ini sering diucapkan, baik dalam konteks sosial, budaya, maupun emosional.
Pengertian Keri Secara Umum
Secara bahasa, arti keri dalam bahasa Jawa adalah tertinggal. Kata ini digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi ketika seseorang atau sesuatu tidak ikut serta atau tidak sejajar dengan yang lain dalam hal waktu, posisi, atau perkembangan.
Keri tidak hanya menunjukkan keterlambatan dalam arti fisik, tetapi juga bisa bermakna ketertinggalan dalam aspek sosial, pendidikan, atau ekonomi.
Penggunaan Kata Keri dalam Kehidupan Sehari-hari
Kata keri banyak muncul dalam percakapan sehari-hari, baik dalam bentuk dialog antarwarga maupun dalam ungkapan budaya. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan kata ini dalam berbagai konteks:
- Dalam Konteks Perjalanan Contoh: Aku keri bis mau, dadi kudu ngenteni maneh. Artinya: Saya tertinggal bus tadi, jadi harus menunggu lagi.
- Dalam Konteks Pendidikan Contoh: Yen ora gelem sinau, awake dewe bisa keri karo kanca-kanca. Artinya: Jika tidak mau belajar, kita bisa tertinggal dari teman-teman.
- Dalam Konteks Sosial Contoh: Wong sing ora aktif ing masyarakat asring keri informasi penting. Artinya: Orang yang tidak aktif di masyarakat sering tertinggal informasi penting.
Makna Filosofis di Balik Kata Keri
Di luar pengertian literal, kata keri juga mengandung filosofi kehidupan yang dalam. Dalam budaya Jawa, tertinggal bukan sekadar posisi di belakang, tetapi bisa menjadi cermin refleksi diri. Berikut adalah beberapa nilai yang terkandung dalam konsep keri:
- Kesadaran Diri: Keri sering kali memicu kesadaran untuk berubah. Seseorang yang menyadari dirinya tertinggal akan terdorong untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri. Hal ini menunjukkan bahwa keri bisa menjadi awal dari perubahan positif.
- Rendah Hati: Mengakui bahwa kita keri dalam suatu hal adalah bentuk dari kerendahan hati. Dalam budaya Jawa yang menjunjung tinggi sikap andhap asor, sikap ini sangat dihargai karena mencerminkan kesediaan untuk belajar dan berkembang.
- Semangat untuk Mengejar Ketertinggalan: Keri bukan akhir dari segalanya. Dalam budaya Jawa, seseorang yang tertinggal diharapkan memiliki semangat untuk menyusul dan mengejar ketertinggalan tersebut. Filosofi ini mengajarkan pentingnya semangat juang dalam menjalani kehidupan.
Peribahasa dan Ungkapan Jawa yang Mengandung Keri
Dalam sastra lisan Jawa, banyak ditemukan ungkapan yang mencerminkan konsep keri. Ungkapan-ungkapan ini sering digunakan sebagai nasihat atau pengingat agar tidak mudah puas dan selalu belajar dari ketertinggalan. Beberapa contohnya adalah:
- Keri mung sakwetara, yen gelem nyoba mesthi bisa nyusul. Artinya: Tertinggal hanya sementara, jika mau mencoba pasti bisa menyusul.
- Ojo isin dadi keri, isin nek ora gelem maju. Artinya: Jangan malu menjadi tertinggal, malu kalau tidak mau maju.
- Sing penting ora mandeg sanadyan keri. Artinya: Yang penting tidak berhenti meskipun tertinggal.
Keri dalam Perspektif Budaya Jawa
Budaya Jawa memiliki pendekatan tersendiri dalam menyikapi ketertinggalan. Sifat sabar, telaten, dan tekun menjadi kunci utama untuk mengatasi keri.
Dalam pendidikan tradisional Jawa, anak-anak diajarkan untuk tidak mudah menyerah dan terus belajar dari proses.
Selain itu, masyarakat Jawa juga menilai bahwa setiap orang memiliki waktunya masing-masing. Tidak semua orang harus maju bersamaan.
Ada kalanya keri justru menjadi jalan untuk menemukan kekuatan dan potensi yang sebelumnya tersembunyi.
Implikasi Sosial dari Keri
Dalam kehidupan sosial, keri bisa berdampak positif maupun negatif tergantung cara seseorang menyikapinya.
Di satu sisi, keri bisa membuat seseorang merasa tersisih atau rendah diri. Namun di sisi lain, keri juga bisa menjadi motivasi untuk berkembang dan memperbaiki diri.
Karena itu, penting bagi masyarakat untuk membangun lingkungan yang mendukung dan tidak menstigma individu yang tertinggal.
Dalam semangat gotong royong khas Jawa, mereka yang keri justru diajak untuk maju bersama tanpa merasa dikucilkan.
Baca juga: Makna Keren dalam Bahasa Jawa: Pemahaman Mendalam tentang Arti “Sisa”
Arti keri dalam bahasa Jawa adalah tertinggal, namun maknanya tidak sesederhana itu. Di balik kata tersebut, terdapat nilai-nilai kehidupan yang mendalam seperti introspeksi, kerendahan hati, dan semangat untuk terus berkembang.
Kata ini menjadi bagian penting dari kearifan lokal yang mengajarkan kita untuk tidak takut tertinggal, selama kita tetap memiliki tekad untuk mengejar dan memperbaiki diri.
Dengan memahami makna keri secara lebih luas, kita tidak hanya belajar tentang bahasa, tetapi juga mengenal lebih dalam budaya dan cara pandang masyarakat Jawa dalam menyikapi dinamika kehidupan.