kawruhbasa.com – Bahasa Jawa merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memiliki banyak kosakata khas. Di dalamnya, terdapat kata-kata yang tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan cara berpikir dan pandangan hidup masyarakatnya.
Salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah “kepriye”.
Arti kepriye dalam bahasa Jawa adalah bagaimana. Kata ini berfungsi sebagai kata tanya yang digunakan untuk menanyakan keadaan, cara, atau kondisi sesuatu.
Namun lebih dari itu, kepriye memiliki makna yang mendalam dalam tata krama dan budaya masyarakat Jawa.
Daftar isi artikel
Makna dan Fungsi Kepriye
Kata “kepriye” digunakan untuk menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan proses, situasi, atau keadaan. Dalam bahasa Indonesia, kata ini setara dengan kata tanya “bagaimana”. Penggunaan kata kepriye sangat luas dan dapat ditemukan dalam berbagai bentuk komunikasi, baik formal maupun informal.
Contoh penggunaan kepriye dalam kalimat sehari-hari:
- “Kepriye kabarmu dina iki?” (Bagaimana kabarmu hari ini?)
- “Kepriye carane nggawe jenang abang?” (Bagaimana cara membuat jenang abang?)
Dalam kedua contoh di atas, kepriye digunakan untuk menanyakan keadaan seseorang dan cara melakukan sesuatu. Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi mengenai kondisi atau proses.
Kepriye dalam Unggah-ungguh Basa
Salah satu aspek penting dalam bahasa Jawa adalah unggah-ungguh atau tingkat tutur. Kata kepriye termasuk dalam ragam ngoko, yaitu tingkat bahasa yang digunakan dalam situasi santai atau kepada orang sebaya dan lebih muda.
Untuk situasi yang lebih formal atau kepada orang yang dihormati, digunakan padanan kata yang lebih halus, seperti:
- “Kados pundi” (dalam krama alus)
- “Pramila kados pundi panjenenganipun?” (Bagaimana kabarnya Anda?)
Unggah-ungguh basa menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Jawa, dan penggunaan kata kepriye harus disesuaikan dengan lawan bicara agar tetap menjaga kesopanan.
Kepriye dalam Budaya Komunikasi Jaw
Masyarakat Jawa dikenal dengan gaya komunikasinya yang halus dan penuh pertimbangan. Kata kepriye sering kali digunakan tidak hanya untuk bertanya, tetapi juga untuk menunjukkan empati atau kepedulian terhadap kondisi orang lain. Misalnya:
- “Kepriye kahanane simbah?” (Bagaimana keadaan simbah?)
Dalam konteks ini, kepriye menjadi cara untuk membuka komunikasi yang sopan dan bersifat perhatian. Kata ini tidak hanya menjadi pertanyaan teknis, tetapi juga menjadi bentuk kepedulian sosial.
Nilai Budaya dalam Penggunaan Kepriye
Penggunaan kata kepriye dalam bahasa Jawa mengandung berbagai nilai budaya, di antaranya:
- Kesopanan: Dalam masyarakat Jawa, bertanya “bagaimana” kepada seseorang bukan hanya untuk tahu, tetapi juga untuk menunjukkan perhatian yang sopan.
- Empati: Kepriye dapat menunjukkan kepedulian terhadap kondisi orang lain, baik secara fisik maupun emosional.
- Keterbukaan: Dengan bertanya menggunakan kepriye, seseorang membuka ruang untuk dialog dan komunikasi dua arah.
Variasi dan Bentuk Lain dari Kepriye
Selain bentuk dasar “kepriye”, terdapat variasi lain yang sering muncul dalam percakapan, antara lain:
- “Kepriye to?” (Bagaimana sih?)
- “Kepriye iki carane?” (Bagaimana ini caranya?)
- “Kepriye le, wis mari durung?” (Bagaimana, Nak, sudah sembuh belum?)
Variasi ini menunjukkan fleksibilitas kata kepriye dalam berbagai situasi dan hubungannya dengan ungkapan khas dalam budaya lisan Jawa.
Peribahasa dan Ungkapan Terkait
Bahasa Jawa juga mengenal sejumlah peribahasa dan ungkapan yang berkaitan dengan konsep “bagaimana” atau kepriye. Beberapa di antaranya mengandung nasihat moral atau refleksi terhadap tindakan dan hasil:
- “Kepriye wong urip ora tau sinau, mesthi bingung yen ketemu masalah.” (Bagaimana mungkin orang yang tidak pernah belajar tidak bingung ketika menghadapi masalah.)
- “Kepriye wae lakumu, tetep kudu eling lan waspada.” (Bagaimanapun tindakanmu, tetap harus ingat dan waspada.)
Ungkapan-ungkapan ini mengandung pesan bahwa penting untuk selalu berpikir dan bertindak dengan bijak, sesuatu yang erat kaitannya dengan nilai-nilai Jawa.
Penerapan Kepriye dalam Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah-sekolah, kata kepriye termasuk salah satu materi dasar dalam pengenalan kosakata. Siswa diajarkan cara menggunakannya dalam kalimat dan bagaimana menyesuaikannya dengan situasi sosial.
Guru sering mengajarkan struktur kalimat tanya menggunakan kepriye untuk melatih siswa membuat pertanyaan:
- “Kepriye cara ngolah banyu resik?”
- “Kepriye tanggapanmu bab pagelaran wayang?”
Hal ini penting untuk membentuk kemampuan berbahasa Jawa yang komunikatif dan sesuai norma budaya.
Pentingnya Memahami Konteks Dalam penggunaan sehari-hari, memahami konteks penggunaan kata kepriye sangat penting.
Kesalahan dalam penggunaan, terutama dalam memilih tingkat tutur, bisa menimbulkan kesan tidak sopan.
Oleh karena itu, belajar menggunakan kata ini dengan tepat akan memperkaya kemampuan berbahasa serta menjaga keharmonisan dalam komunikasi.
Baca juga: Mengenal Arti Kata “Kepentut” dalam Bahasa Jawa: Makna dan Penggunaannya
Kata kepriye dalam bahasa Jawa berarti bagaimana, dan berfungsi sebagai kata tanya yang sangat umum. Namun di balik kesederhanaannya, kepriye mengandung berbagai aspek budaya yang penting dalam kehidupan masyarakat Jawa, mulai dari kesopanan, empati, hingga keterbukaan.
Dengan memahami cara penggunaan dan nilai-nilai yang terkandung dalam kata ini, kita tidak hanya belajar satu kosakata, tetapi juga menyelami cara pandang masyarakat Jawa terhadap komunikasi, hubungan sosial, dan sopan santun. Kepriye bukan sekadar kata tanya, melainkan bagian dari sistem nilai yang memperkaya budaya Jawa.