kawruhbasa.com – Bahasa Jawa menyimpan banyak kosakata yang sarat makna, baik secara harfiah maupun kultural. Salah satu kata yang menarik untuk dibahas adalah kelenger.
Meskipun sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, tidak semua orang memahami makna mendalam di balik kata tersebut.
Artikel ini akan mengulas arti kelenger dalam bahasa Jawa beserta penggunaannya dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Daftar isi artikel
Pengertian Kelenger dalam Bahasa Jawa
Arti kelenger dalam bahasa Jawa adalah lemas tak berdaya. Kata ini umumnya digunakan untuk menggambarkan kondisi fisik seseorang yang sangat kelelahan, kehabisan tenaga, atau tidak mampu melakukan aktivitas akibat rasa letih yang luar biasa.
Dalam penggunaannya, kelenger juga bisa dipakai untuk menyatakan seseorang yang terpengaruh secara psikis hingga tidak mampu berpikir jernih.
Contohnya dalam percakapan:
- “Sakwisé mlaku-mlaku sak dina ngeteraké tamu, aku nganti kelenger.” (Setelah seharian mengantar tamu, aku sampai lemas tak berdaya.)
- “Wong iku kelenger ngadhepi masalah keluargané.” (Orang itu lemas menghadapi masalah keluarganya.)
Konteks Penggunaan Kata Kelenger
Kata kelenger bisa ditemukan dalam berbagai situasi, tidak terbatas hanya pada kondisi fisik tetapi juga mencakup aspek emosional dan mental. Berikut beberapa konteks umum penggunaan kata kelenger:
1. Kelenger Karena Kelelahan
Ini adalah penggunaan paling umum. Seseorang yang kelelahan akibat pekerjaan fisik, perjalanan jauh, atau aktivitas padat bisa disebut kelenger.
2. Kelenger Karena Cuaca atau Kondisi Lingkungan
Dalam cuaca panas atau saat berada di tempat yang pengap, tubuh bisa cepat merasa tidak nyaman. Orang Jawa sering menyebut kondisi ini sebagai kelenger.
3. Kelenger Karena Masalah Emosional
Kelenger juga bisa menggambarkan seseorang yang mengalami tekanan emosional tinggi, seperti stres, kecemasan, atau kesedihan mendalam.
4. Kelenger dalam Makna Hiperbola
Dalam beberapa kasus, kata kelenger digunakan secara hiperbolis untuk menekankan betapa beratnya suatu pengalaman. Misalnya:
- “Mikir ujian minggu ngarep nganti kelenger!”
Nilai Budaya di Balik Kata Kelenger
Bahasa Jawa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai sosial dan budaya. Kata kelenger memiliki beberapa nilai yang dapat diambil sebagai cerminan budaya Jawa:
1. Kesadaran Akan Batas Diri
Dalam masyarakat Jawa, penting untuk menyadari batas kemampuan fisik dan mental. Kata kelenger menjadi pengingat bahwa tubuh dan pikiran memiliki keterbatasan yang harus dihargai.
2. Keseimbangan Hidup
Penggunaan kelenger juga dapat dimaknai sebagai seruan untuk menjaga keseimbangan antara kerja dan istirahat. Masyarakat Jawa sangat menghargai konsep hidup yang seimbang, selaras antara jasmani dan rohani.
3. Ungkapan Empati
Saat seseorang mengaku kelenger, umumnya akan mendapat respons empati dari orang di sekitarnya. Ini menunjukkan adanya solidaritas sosial yang tinggi dalam budaya Jawa.
4. Cara Halus Menyampaikan Ketidakmampuan
Orang Jawa dikenal dengan cara komunikasinya yang halus dan tidak langsung. Kata kelenger bisa digunakan untuk menolak suatu permintaan tanpa harus berkata secara terang-terangan.
Peribahasa dan Ungkapan yang Terkait
Dalam khazanah lisan masyarakat Jawa, terdapat beberapa ungkapan atau peribahasa yang berkaitan dengan kondisi kelenger:
- “Nganti kelenger nggagas masa depan, nanging ora tumindak.” (Sampai lemas memikirkan masa depan, tapi tidak bertindak.)
- “Kelenger kuwi tandha yen awak butuh istirahat.” (Kelenger itu tanda bahwa tubuh butuh istirahat.)
Ungkapan-ungkapan ini memberikan gambaran bahwa masyarakat Jawa memiliki cara tersendiri dalam memaknai kelelahan, tidak sekadar kondisi fisik, tetapi juga dimensi spiritual dan sosial.
Kelenger dalam Perspektif Modern
Di era modern, penggunaan kata kelenger masih cukup umum terutama di kalangan masyarakat Jawa yang tinggal di daerah pedesaan.
Namun, di wilayah perkotaan dan di kalangan generasi muda, kata ini mulai tergeser oleh padanan dari bahasa Indonesia atau bahasa asing.
Meski demikian, keberadaan media digital seperti blog, media sosial, dan video edukatif menjadi peluang untuk mengenalkan kembali kosakata lokal yang mulai terpinggirkan.
Platform seperti kawruhbasa.com memiliki peran penting dalam pelestarian bahasa dan budaya lokal melalui artikel-artikel edukatif dan informatif.
Relevansi Kelenger dalam Dunia Pendidikan dan Kesehatan
Dalam dunia pendidikan, pemahaman terhadap kosakata lokal seperti kelenger bisa membantu guru dalam menjelaskan kondisi siswa dengan lebih kontekstual.
Misalnya, ketika seorang siswa tampak tidak bersemangat, bisa saja itu karena ia merasa kelenger akibat kurang istirahat atau beban tugas.
Di bidang kesehatan, kata ini sering digunakan untuk menjelaskan keluhan pasien secara kultural. Seorang pasien mungkin tidak berkata “saya kelelahan,” melainkan “aku kelenger.”
Oleh karena itu, tenaga kesehatan yang memahami bahasa lokal akan lebih mudah menjalin komunikasi dengan pasien.
Pelestarian Kosakata Kelenger
Agar kata kelenger tetap hidup dalam penggunaan sehari-hari, beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Mengintegrasikan kosakata Jawa dalam kurikulum muatan lokal.
- Mendorong penggunaan bahasa Jawa dalam kegiatan seni dan budaya.
- Menulis konten digital dengan kosakata lokal yang mudah dipahami.
- Mengadakan lomba menulis atau pidato dalam bahasa Jawa.
Baca juga: Makna Kata Kelebon dalam Bahasa Jawa dan Kaitannya dengan Fenomena Spiritual
Kelenger adalah salah satu kosakata dalam bahasa Jawa yang memiliki makna mendalam, yaitu lemas tak berdaya.
Kata ini tidak hanya menggambarkan kondisi fisik, tetapi juga bisa merujuk pada keadaan emosional dan mental yang melelahkan.
Di balik kata ini tersimpan nilai-nilai budaya seperti kesadaran diri, keseimbangan hidup, dan empati sosial.
Melalui pemahaman dan pelestarian kata-kata seperti kelenger, kita tidak hanya menjaga kekayaan bahasa, tetapi juga memperkuat identitas budaya lokal.
Platform digital seperti kawruhbasa.com menjadi jembatan penting untuk mewariskan warisan budaya ini kepada generasi mendatang.