Ganteng dalam Bahasa Jawa: Makna dan Ungkapan Lokal

Avatar of Supriyadi Pro

- Author

Monday, 23 September 2024 - 20:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata “ganteng” yang digunakan untuk menyebut pria dengan wajah menarik atau tampan. Namun, bagaimana dengan bahasa Jawa? Apakah terdapat kata atau istilah khusus yang memiliki makna serupa? Mari kita telusuri lebih jauh bagaimana konsep “ganteng” diekspresikan dalam budaya dan bahasa Jawa.

1. Istilah “Ganteng” dalam Bahasa Jawa

Dalam bahasa Jawa, istilah “ganteng” bisa diungkapkan melalui beberapa kata yang tergantung pada konteks, dialek, dan tingkat kehalusan bahasa. Beberapa kata yang sering digunakan antara lain:

  • Bagus
    Kata ini adalah istilah yang paling umum digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki penampilan menarik. “Bagus” secara harfiah berarti baik atau elok, namun dalam konteks penampilan, ia seringkali disamakan dengan kata “ganteng.” Misalnya:
    “Lho, anakmu ki bagus temenan.”
    (Anakmu tampan sekali.)
  • Pantes
    Kata “pantes” bisa berarti “cocok” atau “layak,” tetapi juga digunakan untuk menyebut seseorang yang tampak menarik secara keseluruhan. Kata ini lebih merujuk pada tampilan atau cara seseorang membawa dirinya, bukan hanya wajah semata.
  • Ganteng (Jawa Ngoko)
    Menariknya, di beberapa daerah Jawa, kata “ganteng” tetap digunakan secara langsung dalam percakapan sehari-hari, terutama dalam tingkatan bahasa ngoko (kasar atau informal). Misalnya:
    “Ganteng banget sih dia.”
    (Dia ganteng sekali.)

Baca juga: Selamat Sore dalam Bahasa Jawa: Ucapan yang Sarat Makna dan Kehangatan

2. Penggunaan Tingkat Bahasa

Dalam bahasa Jawa, penggunaan bahasa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu ngoko (kasar), krama madya (menengah), dan krama inggil (halus). Setiap tingkatan bahasa memiliki kata dan ekspresi yang berbeda tergantung pada siapa lawan bicara dan situasi.

  • Dalam krama inggil, untuk menyebut seseorang yang tampan, istilah yang lebih sopan bisa digunakan seperti “bagus” atau “rengganis” yang memiliki konotasi keindahan, baik dalam sifat maupun fisik.Misalnya:
    “Putramu niku rengganis, nggih.”
    (Anak laki-lakimu itu tampan, ya.)
  • Dalam ngoko, kata “ganteng” bisa langsung dipakai tanpa merasa kaku, terutama dalam percakapan informal antar teman sebaya.

3. Keunikan Bahasa Jawa dalam Memuji Pria Tampan

Tidak hanya kata-kata, bahasa Jawa memiliki berbagai ungkapan yang digunakan untuk memuji seseorang, termasuk dalam hal penampilan. Ada istilah seperti “nyamleng” yang berarti menarik atau mempesona dalam konteks fisik maupun karakter. Kata ini sering digunakan untuk mengekspresikan rasa kagum terhadap penampilan seseorang.

Selain itu, dalam budaya Jawa, cara menyampaikan pujian seringkali diiringi dengan kesantunan dan penghormatan. Penggunaan istilah seperti “binaris” untuk menggambarkan seseorang yang memiliki daya tarik alami juga sering terdengar di kalangan masyarakat.

Baca juga: Kenyang dalam Bahasa Jawa: Lebih dari Sekadar Perut Terisi

4. Ganteng dan Konsep Ketampanan dalam Budaya Jawa

Menariknya, dalam budaya Jawa, konsep ketampanan tidak hanya dilihat dari penampilan fisik semata. Pria yang dianggap ganteng atau bagus juga dinilai dari sikap, perilaku, dan tata krama. Seseorang yang mampu berperilaku sopan, menghormati orang lain, dan memiliki kebijaksanaan akan lebih dihargai, bahkan bisa dianggap lebih menarik daripada yang hanya mengandalkan wajah.

Ungkapan Jawa “ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana” (harga diri berasal dari perkataan, harga tubuh berasal dari pakaian) menegaskan bahwa kepribadian dan perilaku jauh lebih penting daripada penampilan fisik semata dalam budaya Jawa.

Baca juga: Angka 1-100 dalam Bahasa Jawa Krama

Kata “ganteng” dalam bahasa Jawa tidak hanya sekadar merujuk pada penampilan fisik seseorang, tetapi juga menyiratkan nilai-nilai budaya yang kaya. Ketampanan dalam masyarakat Jawa melibatkan harmoni antara sikap, perilaku, dan penampilan. Ungkapan-ungkapan seperti “bagus”, “pantes”, dan “nyamleng” tidak hanya menggambarkan fisik semata, tetapi juga mencerminkan bagaimana seseorang dihargai dalam kehidupan sosialnya.

Dengan demikian, menjadi ganteng dalam pandangan orang Jawa adalah sebuah kesatuan antara lahiriah dan batiniah yang selaras, sebuah keindahan yang lebih dari sekadar penampilan.

Berita Terkait

Contoh Purwakanthi Guru Sastra, Pemahaman dan Penggunaan dalam Karya Sastra Jawa
Aja Bahasa Jawa, Apa arti kata ini? Kapan kata ini digunakan?
Agek Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Agama Bahasa Jawa: Memahami Makna dan Filosofi Hidup
Adus Bahasa Jawa: Pengertian, Tingkatan, dan Contoh Ungkapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Adu Bahasa Jawa: Serunya Menjelajahi Ragam Dialek dan Tingkatan Bahasa
Adon Bahasa Jawa: Memahami Arti, Filosofi, dan Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Adol Bahasa Jawa: Menggali Potensi Bahasa Daerah sebagai Peluang Bisnis dan Pelestarian Budaya

Berita Terkait

Tuesday, 3 December 2024 - 21:04 WIB

Contoh Purwakanthi Guru Sastra, Pemahaman dan Penggunaan dalam Karya Sastra Jawa

Monday, 2 December 2024 - 19:36 WIB

Aja Bahasa Jawa, Apa arti kata ini? Kapan kata ini digunakan?

Monday, 2 December 2024 - 19:23 WIB

Agek Bahasa Jawa: Pengertian, Contoh, dan Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-Hari

Thursday, 28 November 2024 - 20:51 WIB

Agama Bahasa Jawa: Memahami Makna dan Filosofi Hidup

Wednesday, 27 November 2024 - 21:51 WIB

Adu Bahasa Jawa: Serunya Menjelajahi Ragam Dialek dan Tingkatan Bahasa

Berita Terbaru

Bahasa Jawa

Aja Bahasa Jawa, Apa arti kata ini? Kapan kata ini digunakan?

Monday, 2 Dec 2024 - 19:36 WIB

Bahasa Jawa

Agama Bahasa Jawa: Memahami Makna dan Filosofi Hidup

Thursday, 28 Nov 2024 - 20:51 WIB