Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang sangat kaya akan kosakata. Selain memiliki bentuk bahasa halus yang formal seperti Kromo dan Kromo Inggil, bahasa Jawa juga memiliki bahasa kasar yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, terutama dalam situasi informal atau antar teman dekat. Bahasa kasar Jawa ini sebenarnya lebih santai dan digunakan untuk menyampaikan emosi secara lugas dan tanpa basa-basi.
Artikel ini akan membahas apa saja kata kasar dalam bahasa Jawa, kapan sebaiknya kata-kata tersebut digunakan atau dihindari, serta memberikan contoh kalimat yang menggunakan bahasa Jawa kasar. Namun, perlu diingat bahwa bahasa kasar tidak selalu memiliki konotasi negatif; dalam konteks tertentu, bahasa ini digunakan sebagai bentuk keakraban.
Apa Itu Bahasa Kasar dalam Bahasa Jawa?
Bahasa kasar dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “Ngoko”. Ngoko adalah bentuk bahasa Jawa yang paling sederhana dan langsung. Dalam Ngoko, tidak ada keharusan untuk menggunakan tata bahasa yang kompleks atau halus. Bahasa Jawa kasar ini sering digunakan dalam percakapan antara teman sebaya, orang yang sudah akrab, atau kepada orang yang lebih muda. Di beberapa daerah di Jawa, terutama di kalangan anak muda, bahasa Ngoko juga menjadi bahasa sehari-hari.
Namun, penting untuk memahami bahwa tidak semua orang Jawa nyaman dengan penggunaan bahasa kasar, terutama jika digunakan dalam situasi yang kurang tepat. Karena itu, kita harus tahu kapan dan dengan siapa bahasa kasar bisa digunakan tanpa menyinggung perasaan orang lain.
Baca juga: Bahasa Jawa Ngoko, Krama, dan Halus dalam pergaulan sehari-hari
Contoh Bahasa Kasar Jawa yang Sering Digunakan
Berikut adalah beberapa contoh kata kasar dalam bahasa Jawa yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari.
1. Asu (Anjing)
“Asu” dalam bahasa Jawa berarti “anjing.” Kata ini sering digunakan sebagai bentuk ekspresi kemarahan atau ketidakpuasan.
Misalnya, “Kowe iku asu tenan!” yang berarti “Kamu itu benar-benar menyebalkan!” Dalam bahasa Jawa, kata ini bisa memiliki konotasi sangat negatif, jadi harus digunakan dengan hati-hati.
2. Jancuk atau Jancok
Ini adalah kata kasar dalam bahasa Jawa Timur yang cukup populer di kalangan anak muda. Kata “jancuk” atau “jancok” sering digunakan untuk menyatakan rasa kesal, terkejut, atau bahkan sebagai sapaan akrab antar teman.
Misalnya, “Jancuk, kok iso ngono?” yang berarti “Wah, kok bisa begitu?” Meskipun sering dianggap kasar, penggunaan kata ini di antara teman dekat terkadang menjadi bentuk keakraban.
3. Bajingan
Kata “bajingan” awalnya memiliki arti seorang kusir gerobak di Jawa, tetapi kemudian berkembang menjadi kata umpatan kasar. Misalnya, “Kowe bajingan tenan!” yang berarti “Kamu benar-benar kurang ajar!” Kata ini biasanya digunakan ketika seseorang merasa marah atau tidak suka terhadap perilaku orang lain.
4. Tai atau Tai Kucing
Dalam bahasa Jawa, “tai” berarti “kotoran” atau “tahi.” Kata ini sering digunakan untuk mengekspresikan rasa tidak suka atau mengumpat. Contoh penggunaannya, “Opo iki tai tenan!” yang berarti “Apa ini benar-benar buruk!” atau “Tai kucing, ora genah!” yang berarti “Sialan, tidak jelas!”
5. Goblog atau Goblogan
Kata “goblog” berarti bodoh atau tolol. Kata ini sering digunakan untuk menyebut seseorang yang dianggap melakukan sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Contohnya, “Kowe iki goblog tenan!” yang berarti “Kamu ini benar-benar bodoh!”
6. Kampret
“Kampret” adalah istilah yang digunakan untuk mengekspresikan ketidakpuasan atau rasa kesal. Kata ini sering digunakan sebagai ungkapan ringan untuk mengeluhkan sesuatu tanpa terlalu kasar. Misalnya, “Kampret, kok malah ngono!” yang berarti “Aduh, kok malah begitu!”
7. Setan
Kata ini berasal dari kata “setan” yang dalam bahasa Indonesia juga berarti roh jahat. Dalam bahasa Jawa, “setan” digunakan untuk menyebut seseorang yang sangat menjengkelkan atau membuat kesal. Contoh, “Kowe iki setan tenan!” yang berarti “Kamu ini benar-benar bikin kesal!”
8. Cok atau Ndableg
Di Surabaya, “cok” adalah kata pendek yang sering digunakan bersama “jancok” untuk memperkuat emosi. Sementara itu, “ndableg” adalah istilah untuk orang yang keras kepala atau tidak mau mendengarkan orang lain. Contoh, “Kowe ndableg tenan!” yang berarti “Kamu keras kepala sekali!”
Baca juga: Tabel daftar Bahasa Jawa dan Artinya dalam bahasa Indonesia
Kapan Bahasa Kasar Jawa Digunakan?
Bahasa kasar Jawa umumnya digunakan dalam situasi informal dan di antara teman-teman yang akrab. Penggunaan bahasa kasar bisa menjadi tanda keakraban, terutama di antara anak muda atau komunitas tertentu. Misalnya, sapaan seperti “jancuk” di kalangan pemuda Surabaya tidak selalu bermaksud menghina, tetapi lebih sebagai bentuk persahabatan atau candaan.
Namun, ada beberapa situasi di mana bahasa Jawa kasar tidak dianjurkan:
- Saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati: Penggunaan bahasa kasar bisa dianggap tidak sopan.
- Di tempat formal atau acara resmi: Menggunakan bahasa kasar dalam konteks formal bisa dianggap tidak pantas.
- Dengan orang yang baru dikenal: Karena bisa menimbulkan kesalahpahaman.
Cara Menyikapi Bahasa Kasar Jawa dengan Bijak
Bahasa kasar Jawa memang memiliki tempatnya dalam budaya dan percakapan sehari-hari, namun kita harus bijak dalam menggunakannya. Berikut beberapa tips untuk menggunakan bahasa kasar Jawa dengan tepat:
- Pahami konteks dan siapa lawan bicara Anda. Gunakan bahasa kasar hanya dengan orang yang sudah akrab atau dalam situasi yang santai.
- Hindari menggunakan bahasa kasar untuk menyerang pribadi seseorang. Meskipun Anda akrab dengan seseorang, penggunaan bahasa kasar untuk mengejek bisa menyinggung.
- Jangan gunakan bahasa kasar di tempat umum atau di lingkungan yang sensitif, seperti di sekolah atau tempat kerja.
Baca juga: 100 Kosakata Bahasa Jawa Sehari-hari untuk Pemula
Bahasa kasar dalam bahasa Jawa, seperti “asu,” “jancuk,” dan “goblog,” adalah bagian dari kekayaan bahasa dan budaya Jawa. Meskipun terlihat negatif, bahasa kasar sering kali menunjukkan keakraban antar sesama. Namun, penggunaan bahasa kasar harus dilakukan dengan bijak dan dalam konteks yang tepat.
Apakah Anda ingin lebih memahami ragam bahasa Jawa lainnya, termasuk bahasa halus dan tingkatan bahasa Jawa yang berbeda? Baca artikel kami berikutnya untuk mendalami tingkatan bahasa Jawa dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.