Bahasa Jawa, sebagai salah satu bahasa daerah yang masih digunakan secara luas di Indonesia, memiliki kekayaan kosakata yang sangat beragam. Salah satu aspek yang menarik untuk dipelajari adalah bagaimana mengatakan kata-kata sederhana seperti “tapi” dalam Bahasa Jawa. Kata penghubung ini sering muncul dalam percakapan sehari-hari untuk mengekspresikan kontras atau pengecualian antara dua hal. Dalam artikel ini, kita akan membahas bahasa Jawanya kata tapi dan bagaimana penggunaannya dalam kalimat sehari-hari.
Apa Bahasa Jawanya “Tapi”?
Dalam Bahasa Jawa, kata “tapi” bisa diterjemahkan menjadi beberapa kata, tergantung pada konteks dan tingkat kesopanan yang digunakan. Pada dasarnya, ada dua kata utama yang sering digunakan untuk menggantikan “tapi” dalam bahasa Jawa, yaitu:
- Nanging
- Ning
Kedua kata ini memiliki arti yang sama dengan “tapi”, yaitu untuk menunjukkan perlawanan, kontras, atau pengecualian. Namun, penggunaannya dapat berbeda-beda tergantung pada situasi formal atau informal.
Baca juga: Bahasa Jawanya Ada: Memahami Makna dan Penggunaannya
Perbedaan “Nanging” dan “Ning”
1. Nanging
“Nanging” adalah bentuk lebih formal dari kata “tapi” dalam Bahasa Jawa. Kata ini sering digunakan dalam situasi yang lebih resmi, seperti dalam pidato resmi berbahasa Jawa, tulisan formal, atau percakapan yang menggunakan Bahasa Jawa Krama (tingkat bahasa yang lebih halus dan sopan).
Contoh penggunaan “nanging” dalam kalimat:
- “Aku pengin mangan, nanging aku durung duwe duit.” (Aku ingin makan, tapi aku belum punya uang.)
- “Bapak arep tindak menyang Solo, nanging isih kados pundi.” (Bapak ingin pergi ke Solo, tapi masih bagaimana.)
Dalam kalimat tersebut, penggunaan “nanging” mencerminkan tingkat kesopanan yang lebih tinggi, sehingga cocok digunakan dalam percakapan resmi atau dengan orang yang lebih tua.
2. Ning
“Ning” adalah bentuk yang lebih santai dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari yang informal. Kata ini biasanya digunakan dalam Bahasa Jawa Ngoko, yang merupakan bahasa sehari-hari atau bahasa yang digunakan di antara teman sebaya.
Contoh penggunaan “ning” dalam kalimat:
- “Aku arep dolan, ning udane deres banget.” (Aku mau main, tapi hujannya deras sekali.)
- “Wis nyoba ning ora bisa.” (Sudah mencoba, tapi tidak bisa.)
Pada contoh di atas, “ning” digunakan dalam konteks yang lebih santai dan akrab, menunjukkan bahwa percakapan terjadi antara orang-orang yang sudah dekat satu sama lain.
Baca juga: Bahasa Jawanya Buah: Panduan Lengkap Nama-Nama Buah dalam Bahasa Jawa
Kapan Menggunakan “Nanging” dan “Ning”?
Penggunaan kata “nanging” dan “ning” dalam Bahasa Jawa sangat bergantung pada tingkat kesopanan yang diperlukan dalam percakapan. Berikut adalah beberapa pedoman umum:
- Nanging digunakan dalam situasi formal, seperti saat berbicara dengan orang yang lebih tua, atasan, atau dalam konteks resmi.
- Ning digunakan dalam situasi informal, seperti saat berbicara dengan teman sebaya, anggota keluarga, atau orang yang lebih muda.
Dengan memahami konteks ini, Anda bisa lebih mahir menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan situasi dan lawan bicara. Hal ini sangat penting dalam budaya Jawa, di mana hierarki sosial dan sopan santun sangat dihargai.
Contoh Penggunaan “Tapi” dalam Bahasa Jawa
Agar lebih memahami penggunaan kata “tapi” dalam Bahasa Jawa, berikut ini beberapa contoh kalimat yang bisa Anda gunakan dalam percakapan sehari-hari:
- “Aku seneng nonton film, nanging wektu ora ana.”
(Aku suka menonton film, tapi tidak ada waktu.) - “Wis rampung gaweane, nanging durung ngirim laporan.”
(Pekerjaannya sudah selesai, tapi belum mengirim laporan.) - “Dia pinter ning males banget sinau.”
(Dia pintar tapi sangat malas belajar.) - “Aku pengin tuku mobil anyar, ning durung cukup duite.”
(Aku ingin membeli mobil baru, tapi uangnya belum cukup.) - “Pengin dolan menyang pantai ning isih pandemi.”
(Ingin pergi ke pantai tapi masih pandemi.)
Dalam contoh-contoh di atas, penggunaan “nanging” dan “ning” disesuaikan dengan konteks formalitas dan keakraban percakapan. Anda bisa menggunakan “nanging” untuk konteks yang lebih resmi, dan “ning” untuk percakapan sehari-hari.
Baca juga: Contoh Iklan Bahasa Jawa: Menarik Perhatian dengan Kearifan Lokal
Bagaimana Memilih Penggunaan yang Tepat?
Dalam bahasa Jawa, ada beberapa tingkat bahasa yang harus diperhatikan, yaitu:
- Ngoko: Bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari dengan teman atau orang yang lebih muda.
- Krama Madya: Bahasa tingkat menengah yang sering digunakan dalam percakapan sopan tetapi tidak terlalu formal.
- Krama Inggil: Bahasa yang sangat sopan dan biasanya digunakan saat berbicara dengan orang yang dihormati atau dalam situasi formal.
Untuk memilih penggunaan kata yang tepat antara “nanging” dan “ning”, Anda perlu mempertimbangkan tingkat keformalan percakapan dan siapa lawan bicara Anda. Jika Anda berbicara dengan orang yang lebih tua atau dalam situasi resmi, maka gunakan “nanging.” Sementara itu, jika Anda berbicara dengan teman atau orang yang lebih muda, “ning” akan lebih cocok.
Baca juga: Bahasa Jawanya Ada Apa Ya? Yuk Pelajari Kata Sehari-hari
Memahami bahasa Jawanya kata tapi sangat penting jika Anda ingin berbicara atau menulis dalam Bahasa Jawa dengan lebih tepat dan sopan. Kata “tapi” dalam Bahasa Jawa bisa diterjemahkan menjadi “nanging” atau “ning,” tergantung pada tingkat formalitas percakapan. Penggunaan “nanging” lebih cocok dalam situasi resmi, sedangkan “ning” lebih santai dan biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Jadi, saat Anda berkomunikasi dalam Bahasa Jawa, pastikan Anda memilih kata yang sesuai dengan konteks percakapan dan lawan bicara. Penggunaan kata yang tepat akan menunjukkan bahwa Anda menghargai budaya dan adat istiadat Jawa yang sangat memperhatikan hierarki sosial dan tata krama.
Apakah Anda tertarik mempelajari lebih dalam tentang kata-kata penghubung dalam Bahasa Jawa lainnya? Kunjungi artikel berikut kami tentang “kosakata penting dalam Bahasa Jawa untuk percakapan sehari-hari” dan mulai memperkaya kemampuan berbahasa Anda!