Hujan, fenomena alam yang selalu dinantikan sekaligus dikhawatirkan oleh banyak orang. Di Jawa, hujan tidak sekadar fenomena cuaca; hujan memiliki makna mendalam yang tercermin dalam berbagai istilah lokal. Dalam bahasa Jawa, terdapat banyak kata yang digunakan untuk menggambarkan hujan, masing-masing dengan nuansa dan arti tersendiri. Inilah beberapa istilah Jawa untuk hujan yang menggambarkan kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat Jawa.
1. Udan – Hujan Biasa
Kata dasar untuk hujan dalam bahasa Jawa adalah “udan”. Istilah ini digunakan untuk menyebut hujan secara umum, tanpa ada spesifikasi intensitas atau karakteristik tertentu.
“Udan” adalah kata yang sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, “Udan deres ndang mlebu omah!” yang artinya “Hujan deras, cepat masuk rumah!”
2. Udan Grimis – Hujan Rintik-Rintik
Ketika hujan turun dengan lembut dan rintik-rintik, orang Jawa menyebutnya dengan “udan grimis”. Ini adalah jenis hujan yang jatuh perlahan, seringkali hanya terasa sebagai tetesan halus yang membasahi dedaunan atau permukaan tanah.
“Grimis” adalah jenis hujan yang biasanya dianggap romantis oleh banyak orang, menghadirkan suasana tenang dan nyaman.
Baca juga: Bahasa Jawa untuk “Sayur”: Memahami Ragam Ungkapan dan Budaya
3. Udan Gerimis Tipis – Hujan Gerimis Ringan
Tingkat lebih halus dari “udan grimis” adalah “udan gerimis tipis.” Ini menggambarkan hujan yang begitu ringan hingga kadang tidak terasa kecuali kita benar-benar memperhatikannya.
Biasanya terjadi di awal atau akhir musim hujan, ketika awan-awan mendung menggantung tapi tidak cukup kuat untuk mencurahkan hujan yang lebat.
4. Udan Deres – Hujan Deras
Kebalikan dari “udan grimis”, istilah “udan deres” digunakan untuk menggambarkan hujan yang turun dengan intensitas tinggi.
Hujan deras ini biasanya disertai dengan angin kencang, dan kadang-kadang kilat dan guntur. “Udan deres” bisa menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi para petani yang khawatir akan tanaman mereka.
5. Udan Ngiyup – Hujan yang Membuat Berteduh
“Ngiyup” dalam bahasa Jawa berarti berteduh. Jadi, “udan ngiyup” mengacu pada hujan yang cukup lebat atau lama sehingga orang harus mencari tempat untuk berlindung.
Istilah ini sering digunakan dalam konteks percakapan sehari-hari ketika seseorang terjebak hujan dan harus mencari tempat untuk berteduh.
Baca juga: Ucapan Ultah Bahasa Jawa: Menyampaikan Doa dan Harapan dengan Kearifan Lokal
6. Udan Talitik – Hujan Awal
“Udan talitik” adalah istilah yang digunakan untuk menyebut hujan yang turun pertama kali setelah musim kemarau yang panjang.
Ini adalah jenis hujan yang ditunggu-tunggu karena membawa kesejukan dan kehidupan baru bagi tanaman yang layu dan tanah yang kering. Udan talitik sering kali menjadi pertanda awal datangnya musim hujan.
7. Udan Tiba – Hujan Mendadak
Kata “udan tiba” digunakan untuk menggambarkan hujan yang datang secara tiba-tiba, biasanya tanpa ada tanda-tanda sebelumnya seperti mendung atau awan gelap.
Hujan ini bisa turun dengan deras atau sedang, namun yang menjadi ciri khasnya adalah ketibaannya yang tak terduga.
8. Udan Tetes – Hujan yang Hanya Beberapa Tetes
“Udan tetes” merujuk pada hujan yang sangat ringan, mungkin hanya beberapa tetes air yang turun. Biasanya, hujan ini terjadi selama periode transisi antara musim kemarau dan musim hujan.
Dalam bahasa Jawa, istilah ini juga bisa menjadi simbol harapan akan hujan yang lebih deras yang dapat membasahi tanah dan tanaman.
Baca juga: Kintun Bahasa Jawa Artinya: Makna dan Penggunaannya dalam Kehidupan Sehari-Hari
9. Udan Dlingu – Hujan Beserta Kilat
“Udan dlingu” adalah istilah untuk hujan yang disertai dengan kilat. Biasanya hujan jenis ini terjadi saat musim hujan di puncaknya, di mana langit sering kali diterangi oleh kilat yang menyambar, disertai dengan guntur yang menggelegar.
10. Udan Sela – Hujan yang Sementara
Istilah ini mengacu pada hujan yang turun sebentar saja, biasanya tidak berlangsung lama. “Udan sela” adalah hujan yang turun sejenak untuk kemudian berhenti, dan mungkin akan turun lagi di kemudian hari.
Makna Kultural Hujan bagi Masyarakat Jawa
Bagi masyarakat Jawa, hujan memiliki makna yang dalam. Bukan hanya soal air yang turun dari langit, tetapi juga pertanda dari alam tentang kehidupan, kesuburan, dan berkah. Hujan dipandang sebagai anugerah, sekaligus ujian yang harus diterima dengan lapang dada.
Dalam berbagai tradisi dan upacara adat, hujan sering dimohonkan atau disambut dengan syukur, menandakan betapa pentingnya hujan bagi kehidupan sehari-hari.
Demikianlah beberapa istilah dalam bahasa Jawa untuk menggambarkan hujan, masing-masing dengan keunikan dan maknanya tersendiri.
Hal ini menunjukkan betapa kayanya bahasa dan budaya Jawa dalam menyikapi setiap fenomena alam, termasuk hujan, yang sering dianggap biasa oleh banyak orang. Dengan memahami berbagai istilah ini, kita bisa lebih menghargai bagaimana masyarakat Jawa memaknai dan merespons alam di sekitar mereka.