Bahasa Jawa merupakan salah satu warisan budaya Nusantara yang kaya akan nilai dan makna. Dalam setiap kata yang terkandung di dalamnya, seringkali terdapat filosofi mendalam yang merefleksikan cara pandang dan kehidupan masyarakat Jawa. Salah satu kata yang memiliki makna menarik untuk ditelaah adalah “atur”. Kata ini, meskipun sederhana, mencerminkan berbagai aspek budaya Jawa, mulai dari sopan santun hingga konsep kehidupan yang harmonis.
Daftar isi artikel
Makna Dasar Kata “Atur”
Secara harfiah, kata “atur” dalam bahasa Jawa dapat diartikan sebagai “mengatur”, “menyampaikan”, atau “memberikan”. Namun, dalam konteks penggunaannya, kata ini memiliki cakupan yang lebih luas.
Misalnya, dalam frase “atur sembah”, kata ini berarti “menyampaikan penghormatan” atau “memberikan rasa hormat” kepada seseorang yang lebih tua atau dihormati. Hal ini menunjukkan bahwa “atur” tidak hanya bermakna tindakan fisik, tetapi juga mencakup dimensi emosional dan spiritual.
Penggunaan Kata “Atur” dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, kata “atur” sering digunakan dalam berbagai situasi. Berikut beberapa contoh penggunaannya:
Atur Piyambak
Frase ini berarti “mengatur diri sendiri”. Dalam konteks ini, “atur” mencerminkan tanggung jawab individu untuk menjaga keteraturan dalam kehidupan pribadi.
Atur Pangapunten
Ungkapan ini berarti “memohon maaf”. Kata “atur” di sini menunjukkan bahwa permintaan maaf bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan kepada orang lain.
Atur Sugeng
Artinya adalah “menyampaikan ucapan selamat”. Frase ini sering digunakan dalam acara-acara resmi atau tradisional untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang yang sedang dirayakan.
Filosofi di Balik Kata “Atur”
Dalam budaya Jawa, kata “atur” tidak sekadar digunakan sebagai kata kerja. Ia memiliki makna filosofis yang mencerminkan prinsip-prinsip kehidupan masyarakat Jawa. Salah satu nilai yang terkandung dalam kata ini adalah konsep “rukun” atau keharmonisan.
Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi keharmonisan dalam hubungan sosial. Oleh karena itu, penggunaan kata “atur” sering kali menunjukkan upaya untuk menjaga hubungan yang baik antara individu. Contohnya, dalam konteks “atur sembah”, tindakan menyampaikan penghormatan dianggap sebagai cara untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara orang yang lebih muda dan orang yang lebih tua.
Atur dalam Konteks Budaya dan Tradisi
Selain dalam percakapan sehari-hari, kata “atur” juga sering muncul dalam berbagai upacara adat dan tradisi Jawa. Beberapa di antaranya adalah:
Atur Sesaji
Dalam tradisi Jawa, “atur sesaji” berarti memberikan persembahan kepada leluhur atau kekuatan alam sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur. Hal ini mencerminkan hubungan antara manusia dengan alam semesta yang harus selalu dijaga.
Atur Dhahar
Saat seseorang mengundang tamu untuk makan, mereka sering menggunakan istilah “atur dhahar”. Frase ini menunjukkan keramahtamahan dan penghormatan kepada tamu.
Atur Kata
Dalam acara formal, istilah ini digunakan untuk merujuk pada penyampaian pidato atau sambutan. “Atur kata” menunjukkan bahwa berbicara di depan orang lain adalah sebuah tanggung jawab yang harus dilakukan dengan sopan dan penuh penghormatan.
Makna Spiritualitas dalam Kata “Atur”
Selain aspek sosial dan budaya, kata “atur” juga memiliki dimensi spiritual. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, “atur” sering dikaitkan dengan hubungan manusia dengan Tuhan.
Contohnya, dalam doa atau sembahyang, orang Jawa sering menggunakan istilah “atur sembah” untuk menggambarkan tindakan menyampaikan doa dan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Hal ini menunjukkan bahwa “atur” juga mencakup aspek religius yang mendalam.
Relevansi Kata “Atur” di Era Modern
Di era modern ini, makna kata “atur” tetap relevan dalam kehidupan masyarakat Jawa maupun Indonesia secara umum. Nilai-nilai yang terkandung dalam kata ini, seperti sopan santun, rasa hormat, dan tanggung jawab, merupakan hal-hal yang selalu dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagai contoh, dalam dunia kerja, konsep “atur” dapat diterapkan dalam bentuk pengaturan tugas dan komunikasi yang baik antarpegawai. Dalam hubungan keluarga, “atur” dapat digunakan untuk menjaga keharmonisan dan saling pengertian antara anggota keluarga.
Baca juga: Arti “Ati” dalam Bahasa Jawa: Lebih dari Sekadar Organ Tubuh
Kata “atur” dalam bahasa Jawa memiliki makna yang sangat kaya dan mendalam. Dari sekadar arti “mengatur” atau “menyampaikan”, kata ini mencakup nilai-nilai sosial, budaya, dan spiritual yang mencerminkan cara hidup masyarakat Jawa. Dalam setiap penggunaannya, “atur” mengajarkan pentingnya menjaga keharmonisan, menghormati orang lain, dan menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab.
Dengan memahami makna dan filosofi di balik kata “atur”, kita tidak hanya belajar tentang bahasa Jawa, tetapi juga tentang kearifan lokal yang dapat menjadi panduan hidup di era modern. Semoga nilai-nilai ini terus dilestarikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.