Kawruhbasa.com – Dalam bahasa Jawa, banyak kata yang memiliki makna unik dan kaya akan filosofi. Salah satu kata yang menarik untuk dibahas adalah “dhuwit”. Kata ini memiliki arti yang mendalam, bukan hanya dalam konteks ekonomi, tetapi juga dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa.
Daftar isi artikel
Apa Itu Dhuwit?
Secara harfiah, dhuwit dalam bahasa Jawa berarti “uang”. Kata ini digunakan untuk merujuk pada alat tukar yang memiliki nilai dalam transaksi ekonomi. Namun, dalam budaya Jawa, dhuwit bukan sekadar benda mati, tetapi juga simbol kesejahteraan, usaha, dan bahkan keserakahan.
Makna Kiasan Dhuwit dalam Bahasa Jawa
Dalam percakapan masyarakat Jawa, “dhuwit” sering digunakan sebagai metafora yang menggambarkan berbagai situasi atau karakter seseorang. Berikut beberapa makna kiasan yang sering ditemukan:
1. Dhuwit sebagai Simbol Kesuksesan
Dalam budaya Jawa, seseorang yang memiliki banyak dhuwit sering dianggap sukses. Ungkapan “sing duwe dhuwit, sing duwe kekuasaan” menunjukkan bahwa uang sering kali berperan besar dalam menentukan status sosial seseorang.
2. Ungkapan “Ora Duwe Dhuwit, Ora Duwe Kekancan” dalam Bahasa Jawa
Ungkapan ini berarti “tidak punya uang, tidak punya teman.” Ini menggambarkan kenyataan pahit bahwa dalam beberapa situasi, seseorang dihargai karena kekayaannya, bukan karena kepribadiannya.
3. Dhuwit sebagai Simbol Ketamakan
Ada juga istilah “mangan ora mangan sing penting duwe dhuwit”, yang berarti seseorang lebih mementingkan memiliki uang dibandingkan kebutuhan dasar lainnya. Ungkapan ini sering digunakan untuk menggambarkan keserakahan atau ambisi berlebihan dalam mencari kekayaan.
Penggunaan Kata Dhuwit dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai bagian dari bahasa Jawa yang kaya akan filosofi, kata “dhuwit” juga muncul dalam berbagai peribahasa dan nasihat bijak. Beberapa contoh penggunaannya antara lain:
1. “Aja mung nguber dhuwit, nanging uga nguber ilmu”
Artinya: Jangan hanya mengejar uang, tetapi juga kejar ilmu. Ungkapan ini mengajarkan pentingnya keseimbangan antara materi dan pengetahuan dalam hidup.
2. “Wong sing duwe dhuwit, uripe luwih gampang, nanging ora mesthi bahagia”
Artinya: Orang yang punya uang hidupnya lebih mudah, tetapi tidak selalu bahagia. Filosofi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak hanya diukur dari kekayaan.
3. “Dhuwit bisa tuku kasur empuk, nanging ora bisa tuku turu nyenyak”
Artinya: Uang bisa membeli kasur yang empuk, tetapi tidak bisa membeli tidur yang nyenyak. Ini mengajarkan bahwa meskipun uang bisa membeli kenyamanan, ketenangan batin tetap lebih penting.
Dhuwit dalam Budaya Jawa
Dalam budaya Jawa, dhuwit sering kali dikaitkan dengan nilai-nilai moral. Masyarakat Jawa percaya bahwa uang harus diperoleh dengan cara yang baik dan halal. Ada istilah “dhuwit panas”, yang berarti uang yang diperoleh dengan cara tidak benar, dan dipercaya tidak akan membawa keberkahan.
Selain itu, dalam berbagai upacara adat Jawa, penggunaan dhuwit juga memiliki makna tersendiri. Misalnya, dalam tradisi seserahan pernikahan, calon pengantin pria harus memberikan uang sebagai simbol tanggung jawab dalam membangun rumah tangga.
Baca juga: Arti Mudhun dalam Bahasa Jawa: Makna, Filosofi, dan Penggunaannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam bahasa Jawa, “dhuwit” memiliki lebih dari sekadar arti harfiah sebagai alat pembayaran. Kata ini mencerminkan berbagai nilai kehidupan, mulai dari kesuksesan, keserakahan, hingga kebijaksanaan dalam mengelola keuangan. Penggunaannya dalam peribahasa dan ungkapan sehari-hari juga menunjukkan betapa kaya dan dalamnya budaya serta filosofi Jawa.
Sebagai bagian dari kearifan lokal, memahami makna dhuwit dalam bahasa Jawa membantu kita lebih mengenal budaya dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa. Jadi, lain kali ketika mendengar kata “dhuwit,” ingatlah bahwa itu bukan sekadar uang, tetapi juga cerminan bagaimana seseorang menggunakannya dalam kehidupan.