Kawruhbasa.com – Dalam bahasa Jawa, banyak kata yang memiliki makna unik dan kaya akan filosofi. Salah satu kata yang menarik untuk dibahas adalah “dhenger”. Meskipun kurang dikenal secara luas, kata ini memiliki makna mendalam dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa.
Daftar isi artikel
Apa Itu Dhenger?
Secara harfiah, dhenger dalam bahasa Jawa dapat merujuk pada kondisi pendengaran seseorang atau cara seseorang merespons suara di sekitarnya. Namun, dalam konteks yang lebih luas, kata ini juga memiliki makna kiasan yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Makna Kiasan Dhenger dalam Bahasa Jawa
Dalam percakapan masyarakat Jawa, “dhenger” sering digunakan sebagai metafora yang menggambarkan berbagai situasi atau karakter seseorang. Berikut beberapa makna kiasan yang sering ditemukan:
1. Dhenger dalam Konteks Kepedulian dan Perhatian
Orang yang memiliki pendengaran tajam atau selalu tanggap terhadap informasi sering disebut “dhenger” dalam arti positif. Misalnya, seseorang yang selalu peka terhadap masalah sosial atau cepat menangkap instruksi disebut memiliki sikap dhenger.
2. Ungkapan “Dhenger Tapi Ora Ngrungokke” dalam Bahasa Jawa
Ungkapan ini berarti “mendengar tetapi tidak menyimak.” Ini sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mendengar suara atau instruksi tetapi tidak benar-benar memahami atau memperhatikannya. Dalam kehidupan sehari-hari, ungkapan ini kerap digunakan oleh orang tua kepada anak-anaknya ketika mereka tidak serius mendengarkan nasihat.
3. Dhenger sebagai Simbol Ketidakpedulian
Ada juga istilah “mung dhenger nanging ora nyimak”, yang berarti seseorang hanya mendengar suara tetapi tidak menaruh perhatian atau peduli terhadapnya. Ungkapan ini sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya.
Penggunaan Kata Dhenger dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai bagian dari bahasa Jawa yang kaya akan filosofi, kata “dhenger” juga muncul dalam berbagai peribahasa dan nasihat bijak. Beberapa contoh penggunaannya antara lain:
1. “Aja mung dhenger, ning kudu ngerti lan nglakoni”
Artinya: Jangan hanya mendengar, tetapi juga harus memahami dan menjalankan. Ungkapan ini mengajarkan pentingnya mendengarkan dengan perhatian dan bertindak sesuai dengan apa yang dipahami.
2. “Wong urip kudu gelem dhenger lan sinau saka pengalaman”
Artinya: Hidup harus mau mendengar dan belajar dari pengalaman. Filosofi ini mengajarkan bahwa mendengarkan pengalaman orang lain bisa menjadi pelajaran berharga dalam kehidupan.
3. “Dhenger tanpa nyimak iku padha karo ora krungu”
Artinya: Mendengar tanpa menyimak sama saja seperti tidak mendengar. Ungkapan ini menekankan pentingnya perhatian penuh dalam komunikasi.
Dhenger dalam Budaya Jawa
Dalam budaya Jawa, mendengar bukan sekadar proses fisiologis, tetapi juga berkaitan dengan nilai kesopanan dan penghormatan. Orang Jawa sering diajarkan untuk menjadi pendengar yang baik, terutama ketika berhadapan dengan orang tua atau sesepuh. Ini menunjukkan bahwa dhenger bukan sekadar aktivitas mendengar, tetapi juga tentang bagaimana seseorang merespons dan memahami apa yang ia dengar.
Selain itu, dalam berbagai upacara adat Jawa, mendengarkan wejangan dari para tetua memiliki peran penting. Misalnya, dalam tradisi pitutur luhur, wejangan dari sesepuh yang disampaikan dalam bentuk cerita atau peribahasa harus didengarkan dengan penuh perhatian agar nilai-nilai moral dapat terserap dengan baik.
Baca juga: Arti Dhengkul dalam Bahasa Jawa: Makna, Filosofi, dan Penggunaannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam bahasa Jawa, “dhenger” memiliki lebih dari sekadar arti harfiah sebagai proses mendengar. Kata ini mencerminkan berbagai nilai kehidupan, mulai dari kepedulian, perhatian, hingga penghormatan kepada orang lain. Penggunaannya dalam peribahasa dan ungkapan sehari-hari juga menunjukkan betapa kaya dan dalamnya budaya serta filosofi Jawa.
Sebagai bagian dari kearifan lokal, memahami makna dhenger dalam bahasa Jawa membantu kita lebih mengenal budaya dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa. Jadi, lain kali ketika mendengar kata “dhenger,” ingatlah bahwa itu bukan sekadar mendengar, tetapi juga tentang memahami dan merespons dengan bijak.