Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan merupakan bahasa persatuan yang digunakan oleh lebih dari 270 juta penduduk di seluruh kepulauan Indonesia. Meskipun banyak yang mengira bahasa Indonesia adalah bahasa yang baru muncul, kenyataannya bahasa ini memiliki sejarah panjang dan akar yang dalam.
Bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu, bahasa yang telah lama digunakan di Nusantara sebagai bahasa perdagangan, diplomasi, dan komunikasi antar etnis. Artikel ini akan mengulas secara mendalam bagaimana bahasa Melayu menjadi cikal bakal bahasa Indonesia, serta bagaimana perkembangan dan proses standarisasinya hingga menjadi bahasa nasional.
Asal Usul Bahasa Melayu
Bahasa Melayu berasal dari rumpun bahasa Austronesia yang telah berkembang selama berabad-abad di kawasan Asia Tenggara, khususnya di wilayah kepulauan Melayu yang mencakup Malaysia, Indonesia, Brunei, Singapura, dan bagian selatan Thailand serta Filipina.
Bahasa ini telah digunakan sebagai bahasa komunikasi lintas budaya dan perdagangan di wilayah ini sejak zaman dahulu kala.
Sejak abad ke-7, bahasa Melayu telah menjadi lingua franca di Nusantara. Bukti awal penggunaan bahasa Melayu ditemukan pada prasasti-prasasti kuno seperti Prasasti Kedukan Bukit (683 M) dan Prasasti Talang Tuo (684 M) dari kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan.
Pada masa itu, bahasa Melayu memiliki peran penting sebagai bahasa resmi kerajaan dan administrasi. Selain itu, karena letak strategisnya di jalur perdagangan internasional, bahasa Melayu digunakan secara luas oleh para pedagang Arab, Tiongkok, India, dan Eropa.
Baca juga: Mengapa Bahasa Indonesia Disebut Sebagai Bahasa yang Egaliter?
Pengaruh Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca
Pada abad ke-15 dan 16, bahasa Melayu berkembang semakin pesat sebagai bahasa perdagangan dan bahasa perantara (lingua franca) di kepulauan Nusantara, terutama dengan berkembangnya kesultanan-kesultanan Melayu seperti Kesultanan Malaka.
Kesultanan Malaka memainkan peran penting dalam memperluas penggunaan bahasa Melayu karena lokasinya yang strategis sebagai pusat perdagangan dan interaksi budaya.
Para pedagang dari berbagai negara yang datang ke Malaka belajar bahasa Melayu untuk bertransaksi dan berkomunikasi.
Dalam proses ini, bahasa Melayu menyerap banyak kosakata dari bahasa lain seperti Arab, Sanskerta, Persia, Portugis, Belanda, dan Tionghoa. Hal ini membuat bahasa Melayu semakin kaya dan fleksibel, mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi komunikasi.
Bahasa Melayu sebagai Basis Bahasa Indonesia
Setelah ratusan tahun digunakan sebagai bahasa perdagangan dan perantara, bahasa Melayu pada akhirnya diakui sebagai bahasa yang memiliki potensi untuk menjadi bahasa persatuan.
Pada awal abad ke-20, di tengah kebangkitan nasionalisme di Indonesia, para pemimpin pergerakan nasional menyadari perlunya bahasa yang bisa menyatukan berbagai suku dan etnis di Indonesia yang memiliki bahasa daerah masing-masing.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, dalam Kongres Pemuda II di Jakarta, bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa persatuan yang dikenal sebagai “Bahasa Indonesia”.
Deklarasi ini dikenal dengan “Sumpah Pemuda”, yang salah satu isinya berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.” Keputusan ini diambil karena bahasa Melayu memiliki kelebihan sebagai bahasa yang mudah dipelajari dan netral (tidak terkait dengan etnis atau kelompok tertentu).
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Lingua Franca? Ciri dan contohnya
Proses Standarisasi Bahasa Indonesia
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara melalui Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk memastikan keseragaman dalam penggunaan bahasa Indonesia, pemerintah Indonesia membentuk lembaga khusus untuk membina dan mengembangkan bahasa ini, yaitu Pusat Bahasa (sekarang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa).
Proses standarisasi melibatkan penyusunan ejaan, tata bahasa, kosakata, serta penyusunan kamus resmi. Salah satu upaya penting dalam standarisasi bahasa Indonesia adalah “Ejaan yang Disempurnakan” (EYD) yang diperkenalkan pada tahun 1972 untuk menggantikan “Ejaan Van Ophuijsen” yang digunakan sebelumnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, bahasa Indonesia terus berkembang dan menyerap kosakata baru dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah di Indonesia maupun bahasa asing.
Pengaruh dan Keunikan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia terus berkembang dengan dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Saat ini, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa yang kaya akan kosakata dan memiliki pengaruh dari berbagai bahasa, baik bahasa lokal maupun internasional.
Penggunaan bahasa Indonesia juga telah merambah ke berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.
Bahasa Indonesia tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga identitas bangsa yang menyatukan berbagai suku, agama, dan budaya di Indonesia. Bahasa ini memiliki peran yang penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, serta sebagai simbol kedaulatan dan kebanggaan nasional.
Baca juga: Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur: Pelopor Pelestarian Bahasa dan Budaya di Indonesia
Bukan sekadar alat komunikasi
Bahasa Indonesia adalah sebuah bahasa yang memiliki akar kuat dari bahasa Melayu, yang telah lama digunakan di Nusantara sebagai bahasa perdagangan dan komunikasi antar etnis.
Dengan sejarah panjang yang melibatkan asimilasi budaya, bahasa Melayu berkembang menjadi bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga simbol persatuan dan identitas bangsa Indonesia.
Melalui proses standarisasi dan perkembangan yang dinamis, bahasa Indonesia terus beradaptasi dan berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman, mengokohkan perannya sebagai bahasa pemersatu di negara yang majemuk ini.