Buruh merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Dalam bahasa Jawa, buruh sering disebut sebagai “kuli” atau “gawean” yang merujuk pada orang yang bekerja untuk mendapatkan upah. Konsep buruh dalam masyarakat Jawa tidak hanya sebatas pekerjaan fisik, tetapi juga mengandung makna filosofis dan budaya yang mendalam.
Daftar isi artikel
Makna Buruh dalam Bahasa Jawa
Dalam bahasa Jawa, istilah “buruh” sering dikaitkan dengan kata “kuli”, yang merujuk pada pekerja yang mengandalkan tenaga fisik. Kata “gawean” juga sering digunakan untuk menggambarkan pekerjaan atau tugas yang dilakukan oleh seseorang. Dalam filosofi Jawa, buruh tidak hanya dipandang sebagai individu yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga sebagai bagian dari harmoni sosial yang disebut “gotong royong”.
Dalam kehidupan sehari-hari, buruh sering disebut dengan berbagai istilah sesuai dengan jenis pekerjaannya, seperti:
- Kuli bangunan (pekerja konstruksi)
- Kuli angkut (pekerja angkut barang)
- Kuli kebon (pekerja perkebunan)
- Abdi dalem (pekerja dalam lingkungan keraton)
Meskipun terkesan sederhana, pekerjaan buruh memiliki peran penting dalam kelangsungan ekonomi masyarakat Jawa. Mereka bekerja di berbagai sektor seperti pertanian, industri, dan jasa yang menopang kehidupan sehari-hari.
Peran Buruh dalam Masyarakat Jawa
Dalam budaya Jawa, buruh sering dikaitkan dengan nilai-nilai kerja keras, kejujuran, dan dedikasi. Ada beberapa konsep budaya yang erat kaitannya dengan buruh dalam masyarakat Jawa, antara lain:
- Gotong Royong
Budaya gotong royong mengajarkan bahwa pekerjaan seberat apa pun akan lebih ringan jika dilakukan bersama. Buruh dalam masyarakat tradisional sering bekerja secara kolektif untuk membangun rumah, menggarap sawah, atau melakukan proyek sosial lainnya. - Unggah-Ungguh
Etika kerja dalam budaya Jawa menekankan unggah-ungguh atau tata krama dalam bekerja. Buruh diharapkan menghormati pemberi kerja, sesama pekerja, serta menjaga hubungan baik dalam lingkungan kerja. - Nrimo Ing Pandum
Konsep ini mengajarkan bahwa seseorang harus menerima rezeki yang diberikan dengan ikhlas dan bersyukur. Banyak buruh di Jawa menjalani kehidupan dengan prinsip ini, meskipun menghadapi berbagai kesulitan ekonomi.
Tantangan yang Dihadapi Buruh di Jawa
Meskipun buruh memiliki peran penting, mereka juga menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan modern, antara lain:
- Upah yang Rendah
Banyak buruh, terutama yang bekerja di sektor informal, masih menerima upah yang rendah dan tidak sesuai dengan standar kehidupan yang layak. - Minimnya Jaminan Sosial
Sebagian besar buruh di sektor informal tidak memiliki jaminan kesehatan atau kesejahteraan, sehingga rentan terhadap risiko pekerjaan. - Persaingan Kerja
Dengan berkembangnya teknologi, banyak pekerjaan manual mulai tergantikan oleh mesin, sehingga buruh harus bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. - Kurangnya Pendidikan dan Keterampilan
Banyak buruh di Jawa yang memiliki tingkat pendidikan rendah, sehingga sulit bersaing di dunia kerja yang semakin modern dan membutuhkan keterampilan khusus.
Baca juga: Pengertian mBuru dalam Bahasa Jawa: Makna, Filosofi, dan Penggunaannya
Buruh dalam bahasa Jawa tidak hanya memiliki makna sebagai pekerja, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup yang mengajarkan kerja keras, kebersamaan, dan kesederhanaan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, buruh tetap menjadi bagian penting dalam roda perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat Jawa. Oleh karena itu, perhatian lebih terhadap kesejahteraan buruh, termasuk peningkatan upah dan jaminan sosial, sangat diperlukan agar mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih layak dan sejahtera.