kawruhbasa.com – Bahasa Jawa dikenal memiliki banyak kosakata yang tidak hanya mencerminkan arti secara harfiah, tetapi juga sarat makna budaya dan nilai filosofis.
Salah satu kata yang cukup umum namun menarik untuk dikaji lebih dalam adalah “lanang.” Kata ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan.
Daftar isi artikel
Makna Dasar Kata Lanang
Secara leksikal, arti lanang dalam bahasa Jawa adalah laki-laki. Kata ini digunakan untuk menyebut jenis kelamin pria, setara dengan kata “laki-laki” dalam bahasa Indonesia.
Namun, dalam praktiknya, kata lanang memiliki nuansa makna yang lebih luas tergantung konteks dan cara penggunaannya.
Contoh penggunaan:
- “Bocah lanang iku dolan nang kali.” (Anak laki-laki itu bermain di sungai.)
- “Iki sandhangan kanggo wong lanang.” (Ini pakaian untuk pria.)
Penggunaan Lanang dalam Kehidupan Sehari-hari
Kata lanang muncul dalam berbagai bentuk komunikasi masyarakat Jawa. Selain digunakan untuk menunjukkan jenis kelamin, kata ini juga dapat dimaknai secara kultural sebagai simbol kekuatan, tanggung jawab, dan kepemimpinan.
1. Dalam Konteks Keluarga
Dalam struktur keluarga Jawa, posisi seorang laki-laki seringkali dikaitkan dengan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Ungkapan seperti:
- “Lanang sejati kudu bisa nglindhungi keluargane.” (Laki-laki sejati harus bisa melindungi keluarganya.)
2. Dalam Konteks Sosial
Masyarakat Jawa memandang laki-laki sebagai sosok yang memiliki tanggung jawab sosial lebih besar. Karena itu, anak lanang biasanya dipersiapkan untuk menjadi figur pemimpin atau pelindung dalam komunitas.
Contoh kalimat:
- “Dheweke dadi lanang ing desane.” (Dia menjadi tokoh laki-laki di desanya.)
Perbandingan Kata Lanang dan Priya
Dalam bahasa Jawa, selain kata lanang, terdapat juga istilah “priya” yang memiliki makna serupa. Namun, priya lebih formal dan jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata lanang terasa lebih akrab dan dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.
Perbandingan:
- Lanang: Umum digunakan dalam percakapan informal.
- Priya: Umumnya digunakan dalam situasi resmi, sastra, atau dalam pidato.
Filosofi Jawa tentang Laki-Laki
Dalam pandangan Jawa tradisional, menjadi seorang lanang bukan hanya soal jenis kelamin, tetapi juga tanggung jawab moral dan sosial. Seorang lanang diharapkan memiliki sifat sabar, tangguh, bertanggung jawab, dan mampu menjadi panutan.
1. Lanang Sing Wicaksana
Ungkapan ini merujuk pada laki-laki yang bijaksana. Dalam masyarakat Jawa, kebijaksanaan menjadi nilai penting yang harus dimiliki oleh seorang laki-laki dewasa.
2. Lanang Ora Cengeng
Laki-laki tidak boleh mudah menyerah atau mengeluh. Ungkapan ini menanamkan nilai ketangguhan dan kesabaran yang menjadi bagian dari karakter ideal seorang pria Jawa.
Kata Lanang dalam Sastra dan Budaya
Dalam berbagai karya sastra dan tembang Jawa, kata lanang sering muncul sebagai simbol kekuatan atau kepemimpinan. Tembang macapat, misalnya, sering menyisipkan kata ini dalam bait-bait yang menggambarkan karakter ideal laki-laki.
Contoh dalam tembang:
- “Lanang kang becik budine, temen lan tansah andhap asor.” (Laki-laki yang baik budi pekertinya, jujur dan selalu rendah hati.)
Representasi Kata Lanang dalam Ungkapan Sehari-hari
Ungkapan-ungkapan berikut ini menunjukkan bagaimana kata lanang digunakan dalam berbagai ekspresi bahasa Jawa:
- “Lanang sakjane kudu wani lan jujur.” (Laki-laki seharusnya berani dan jujur.)
- “Bocah lanang kuwi wis bisa tanggung jawab.” (Anak laki-laki itu sudah bisa bertanggung jawab.)
Penggunaan ini menunjukkan bahwa kata lanang tidak hanya menjelaskan jenis kelamin, tetapi juga menekankan peran dan nilai dalam masyarakat.
Lanang dalam Konteks Modern
Di era modern, makna lanang tetap bertahan namun mengalami perluasan. Masyarakat kini mulai memandang peran laki-laki secara lebih seimbang, tidak lagi terpaku pada stereotip lama.
Namun demikian, nilai-nilai positif seperti tanggung jawab, kejujuran, dan keberanian masih dikaitkan erat dengan sosok lanang dalam budaya Jawa.
Media sosial, film, dan karya sastra modern berbahasa Jawa pun mulai menampilkan tokoh-tokoh lanang dengan karakter yang lebih variatif, merefleksikan perubahan cara pandang masyarakat terhadap laki-laki.
Arti lanang dalam bahasa Jawa adalah laki-laki. Kata ini memiliki makna dasar yang sederhana, namun dalam penggunaannya mengandung nilai-nilai yang lebih kompleks.
Sebagai bagian dari bahasa dan budaya Jawa, kata lanang mencerminkan peran sosial, tanggung jawab, dan karakter ideal seorang pria.
Dengan memahami makna dan filosofi kata lanang, kita tidak hanya mengenal struktur bahasa Jawa secara lebih dalam, tetapi juga belajar memahami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya masyarakat Jawa.
Kata-kata sederhana seperti lanang ternyata mampu merepresentasikan jati diri dan harapan masyarakat terhadap generasi penerusnya.