kawruhbasa.com – Bahasa Jawa dikenal luas karena kekayaan kosakatanya yang penuh nuansa dan makna budaya. Salah satu kata yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa adalah “kuwatir.”
Kata ini berkaitan dengan perasaan yang sangat manusiawi, yakni rasa cemas atau tidak tenang terhadap sesuatu yang belum terjadi. Secara harfiah, arti kuwatir dalam bahasa Jawa adalah khawatir dalam bahasa Indonesia.
Daftar isi artikel
Pengertian Dasar Kuwatir
Kata kuwatir merujuk pada kondisi psikologis seseorang yang merasa cemas atau gelisah karena memikirkan suatu kemungkinan yang belum terjadi.
Dalam bahasa Jawa, perasaan ini sering muncul dalam dialog antaranggota keluarga, percakapan sosial, hingga dalam karya sastra.
Contoh kalimat:
- “Aku kuwatir yen dheweke ora tekan omah nganti wengi.”
- “Simbahe wis mulai kuwatir karo kahanane kutha saiki.”
Dari dua contoh tersebut, terlihat bahwa kuwatir digunakan untuk menyatakan perasaan cemas terhadap situasi yang belum pasti.
Konteks Penggunaan Kuwatir dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Dalam Keluarga
Perasaan kuwatir sering muncul dalam hubungan keluarga, khususnya antara orang tua dan anak. Orang tua yang tidak mendapat kabar dari anaknya dalam waktu lama, misalnya, akan merasa kuwatir. Dalam konteks ini, kuwatir menjadi simbol kasih sayang dan perhatian.
2. Dalam Hubungan Sosial
Dalam percakapan masyarakat Jawa, kuwatir juga digunakan untuk mengekspresikan empati terhadap orang lain. Misalnya:
- “Aku kuwatir kowe kecanthol masalah gara-gara milih dalan kuwi.” Pernyataan semacam ini menunjukkan rasa perhatian terhadap kondisi orang lain yang sedang atau mungkin mengalami kesulitan.
3. Dalam Konteks Spiritual
Sebagian masyarakat Jawa yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisional mengaitkan rasa kuwatir dengan kurangnya pasrah terhadap kehendak Tuhan. Dalam hal ini, ajaran spiritual Jawa menekankan pentingnya seimbang antara usaha dan kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa.
Nilai Budaya dan Filosofi Jawa dalam Kata Kuwatir
1. Eling lan Waspada
Rasa kuwatir dalam pandangan budaya Jawa tidak selalu dianggap negatif. Dalam banyak kasus, kuwatir merupakan bagian dari sikap “eling lan waspada” (selalu ingat dan berhati-hati). Seseorang yang kuwatir biasanya memiliki kepekaan tinggi terhadap situasi dan mampu mengantisipasi kemungkinan buruk.
2. Tanggung Jawab Moral
Kata kuwatir juga merefleksikan tanggung jawab moral terhadap orang lain. Misalnya, seorang kepala keluarga yang kuwatir terhadap masa depan anak-anaknya berarti memiliki kesadaran dan kepedulian tinggi.
3. Pengendalian Diri
Dalam budaya Jawa, terlalu berlebihan dalam rasa kuwatir bisa dianggap sebagai bentuk ketidakseimbangan batin. Oleh karena itu, orang Jawa diajarkan untuk tetap tenang, mengolah rasa, dan menyeimbangkan pikiran agar tidak larut dalam kekhawatiran yang tidak perlu.
Peribahasa dan Ungkapan Terkait Kuwatir
Masyarakat Jawa sering menggunakan peribahasa atau ungkapan untuk menggambarkan sikap terhadap rasa kuwatir. Beberapa di antaranya:
- “Wong kuwatir kakehan, uripe ora tenang.” (Orang yang terlalu khawatir, hidupnya tidak akan tenang.)
- “Kuwatir kudu, nanging aja nganti ngalahake akal sehat.” (Boleh merasa cemas, tapi jangan sampai mengalahkan akal sehat.)
- “Yen wis ditindakake sak abote, tinggal pasrah tanpa kuwatir.” (Jika sudah diupayakan sekuat tenaga, serahkan hasilnya dan hilangkan rasa khawatir.)
Ungkapan-ungkapan tersebut mengandung pesan agar seseorang tetap mawas diri tanpa kehilangan ketenangan batin.
Kuwatir dalam Karya Sastra Jawa
Dalam banyak karya sastra Jawa klasik maupun modern, kuwatir sering muncul sebagai elemen penting dalam penggambaran karakter.
Rasa cemas yang dirasakan oleh tokoh dalam cerita sering menjadi titik balik dalam alur narasi, memperlihatkan konflik batin dan ketegangan emosi.
Misalnya, dalam lakon wayang kulit, banyak tokoh yang menunjukkan rasa kuwatir saat menghadapi pertempuran atau ketika harus membuat keputusan penting. Ini menggambarkan bahwa rasa kuwatir adalah sesuatu yang manusiawi dan tak bisa dihindari.
Perspektif Pendidikan: Kuwatir dalam Pembelajaran Bahasa Jawa
Dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah, kata kuwatir dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan nilai-nilai sosial dan emosional kepada siswa.
Guru dapat mengajak siswa berdiskusi tentang pengalaman pribadi ketika merasa khawatir, serta bagaimana cara mengelola perasaan tersebut dengan bijak.
Contoh soal:
- “Tegese tembung kuwatir yaiku …”
- “Gawea ukara kang ngandhut tembung kuwatir.”
Dengan metode ini, siswa tidak hanya belajar kosakata, tapi juga keterampilan berpikir kritis dan refleksi diri.
Arti kuwatir dalam bahasa Jawa memang merujuk pada perasaan khawatir atau cemas. Namun lebih dari itu, kata ini juga membawa muatan nilai budaya dan filosofi hidup yang dalam. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, kuwatir tidak sekadar emosi negatif, tetapi juga bentuk perhatian, kepedulian, dan tanda kewaspadaan.
Dengan memahami makna dan konteks penggunaan kata kuwatir, kita tidak hanya memperkaya kosakata dalam bahasa Jawa, tetapi juga menyelami cara pandang masyarakat terhadap emosi dan hubungan antar manusia.
Mari terus melestarikan dan menggali kekayaan bahasa Jawa agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan relevan sepanjang masa.